BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Seiring
dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin maju, dalam dunia
pendidikan juga mengalami perubahan dan perkembangan. Tak terkecuali dalam proses
pembelajaran. Dulu, pembelajaran yang berorientasi pada guru (teaher centered) masih dianggap baik dan
tidak menjadi masalah ketika diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas.
Namun sekarang, pembelajaran yang berpusat pada guru tersebut telah dianggap
kurang baik, kurang berhasil untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga tidak
relevan lagi jika masih diterapkan.
Pembelajaran
yang saat ini dianggap baik, bisa berhasil untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien, adalah pembelajaran yang berorientasi
pada siswa (student centered). Karena
pendidikan atau pembelajaran yang sebenarnya adalah bukan hanya merupakan
proses mentransfer ilmu atau pengetahuan, tapi pembelajaran adalah kegiatan
membelajarkan siswa agar memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh
siswa sendiri dengan pengalaman langsung, akan lebih bermakna bagi siswa. Dalam
hal ini guru hanyalah sebagai fasilitator, motivator, moderator, dan evaluator. Guru bukanlah
satu-satunya sumber belajar bagi murid. Apalagi di era teknologi dan
globalisasi seperti sekarang ini.
Dalam Kurikulum KTSP 2006, tentang Standar Isi Kurikulum Pendidikan
Nasional telah disebutkan tentang tujuan masing-masing mata pelajaran, termasuk
mata pelajaran Matematika. Tujuan mata pelajaran Matematika menurut Standar Isi
Kurikulum adalah:
1.
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2.
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3.
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, mednyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4.
Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5.
Memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin
tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah.
Tercapainya tujuan mata pelajaran atau lebih tepatnya tujuan pembelajaran
ini sangat dipengaruhi oleh bagaimana guru dalam merencanakan, melaksanakan,
dan mengelola kegiatan pembelajarannya. Begitupun halnya dalam pembelajaran
Matematika.
Oleh karena itu, pengetahuan dan keterampilan dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengelola kegiatan pembelajaran ini perlu dimiliki oleh
seorang guru.
Selain guru harus mengetahui tujuan kompetensi apa yang akan dicapai
dalam kegiatan pembelajaran, guru juga harus memiliki keterampilan dalam
memilih strategi, pendekatan, model, metode, dan media apa yang sesuai untuk
digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh
siswa-siswanya.
Makalah ini akan menjelaskan tentang sebuah pendekatan pembelajaran “Realistik”
dan model pembelajaran “PAIKEM” dan penerapannya dalam pembelajaran Matematika
di SD, sebagai salah satu cara untuk merealisasikan tercapainya tujuan
pembelajaran Matematika di SD sebagaimana tersebut dalam Standar Isi Kurikulum
Pendidikan Nasional, secara efektif dan efisien, dengan menerapkan pembelajaran
yang berorientasi pada siswa (student
centered), sehingga pembelajaran Matematika akan lebih bermakna, dan
memperoleh hasil sesuai yang diharapkan.
Selama ini, meskipun pembelajaran “teacher
centered” sudah dianggap tidak sesuai lagi, namun masih banyak dipraktikkan
oleh guru di sekolah-sekolah SD. Apalagi dalam Mata pelajaran Matematika.
Pembelajaran Matematika di SD lebih banyak cenderung teoritik-kognitif dan guru
memaksakan siswanya untuk bisa, dengan cara menghafalkan rumus-rumus dan
hitungan-hitungan yang cukup atau bahkan sangat memusingkan siswa-siswanya. Dan
hal inilah yang mengkonotasikan Matematika sebagai mata pelajaran yang
menyeramkan, menakutkan, membosankan,
atau menyebalkan bagi siswa.
Pengetahuan dan keterampilan tentang pembelajaran Matematika di SD yang
berorientasi pada siswa (student centered)
dan bagaimana cara mengaplikasikannya dalam model-model pendekatan dan strategi
pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa, sangat perlu
untuk dimiliki bagi seorang guru maupun calon guru SD. Lebih-lebih karena siswa
SD memiliki karakteristik perkembangan yang menuntut usaha kreativitas yang
cukup tinggi , agar pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan perkembangan
peserta didiknya. Salah satunya adalah adanya tuntutan agar guru bisa
mengaktifkan siswa, karena siswa SD memiliki tingkat aktivitas yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan siswa SMP atau SMA.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah disampaikan di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagi
berikut:
1.
Apakah yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran
Realistik itu?
2.
Bagaimana implementasi pendekatan pembelajaran
Realistik dalam pembelajaran Matematika di SD?
3.
Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran
PAIKEM itu?
4.
Bagaimana implementasi model pembelajaran PAIKEM
dalam pembelajaran Matematika di SD?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui tentang pendekatan pembelajaran
Realistik.
2.
Untuk megetahui tentang implementasi pendekatan
pembelajaran realistik dalam pembelajaran Matematika.
3.
Untuk mengetahui tentang model pembelajaran PAIKEM.
4.
Untuk mengetahui tentang implementasi model
pembelajaran PAIKEM dalam pembelajaran Matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan
Pembelajaran Realistik
1.
Pengertian
Pendekatan Realistik
Pengertian
Pendekatan Realistik menurut Sofyan (www.makalahdanskripsi.blogspot.com , 2010) adalah sebuah pendekatan pendidikan yang berusaha
menempatkan pendidikan pada hakiki dasar pendidikan itu sendiri.
Sedangkan
menurut Sudarman Benu (www.makalahdanskripsi.blogspot.com , 2010) Pendekatan Realistik adalah pendekatan yang menggunakan
masalah situasi dunia nyata sebagai titik tolak pembelajaran Matematika, yaitu
dengan pemecahan masalah.
Matematika Realistik yang telah diterapkan dan dikembangkan di Negara Belanda teorinya mengacu pada matematika yang harus dikaitkan dengan realitas dan matematika merupakan aktifitas manusia.
Matematika Realistik yang telah diterapkan dan dikembangkan di Negara Belanda teorinya mengacu pada matematika yang harus dikaitkan dengan realitas dan matematika merupakan aktifitas manusia.
Dalam
pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi- strategi untuk memberikan informasi
kepada siswa berkembang ketika mereka menyelesaikan masalah pada situasi- situsi
biasa yang telah diakrabinya, dan keadaan itulah yang dijadikan titik awal
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) atau Realistic Mathematic Education (RME).
Jadi dapat
disimpulkan bahwa Pendekatan Realistik juga dapat diberi pengertian sebagai
suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelediki
dan memahami konsep matematika melalui suatu masalah dalam situasi yang nyata.
Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa.
Realistic
Mathematic Education (RME) adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak
pada hal- hal yang real bagi siswa (Zulkardi). Teori ini menekankan keterampilan
proses, berdiskusi, berkolaborasi, dan berargumentasi dengan teman sekelas
sehingga mereka dapat menemukan sendiri (Student Invonting). Hal ini kebalikan
dari pembelajaran dimana guru memberi (Teaching Telling) yang pada akhirnya
murid menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara
individual ataupun kelompok.
Pada Pendekatan
Realistik, peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau
evaluator. Sementara murid berfikir, mengkomunikasikan argumennya, mengklasifikasikan
jawaban mereka, serta berlatih untuk saling menghargai strategi atau pendapat
orang lain.
Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, Realistik Mathematic Education
ini adalah pembelajaran yang mengacu pada konstruktifis sosial yang dikhususkan
pada pendidikan Matematika.
Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa Pendekatan Realistik
adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sehari- hari sebagai
sumber inspirasi dalam pembentukan konsep dan sekaligus mengaplikasikan konsep-
konsep tersebut atau bisa dikatakan suatu pembelajaran matematika yang
berdasarkan pada hal- hal nyata atau real bagi siswa dan mengacu pada
konstruktivis sosial.
2. Tujuan
Pembelajaran Matematika Realistik
Menurut
Kuiper & Kouver (1993) seperti yang dikutip dalam www.makalahdanskripsi.blogspot.com ( 2010) tentang pembelajaran matematika realistik menyatakan bahwa
tujuan Pembelajaran Matematika Realistik adalah sebagai berikut:
a.
Menjadikan
Matematika lebih menarik, relevan dan bermakna, tidak terlalu formal dan tidak
terlalu abstrak.
b. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
c. Menekankan belajar Matematika “learning by doing”.
d. Memfasilitasi penyelesaian masalah
matematika tanpa menggunakan penyelesaian yang baku.
e. Menggunakan konteks sebagai titik
awal pembelajaran Matematika.
3.
Prinsip- prisip Pembelajaran
Realistik
Ada 5 prinsip utama dalam
pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik, yaitu:
a. Didominasi oleh masalah- masalah
dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep
Matematika.
b. Perhatian diberikan pada
pengembangan model”situasi skema dan simbol”.
c. Adanya sumbangan dari para siswa,
sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif.
d. Interaktif sebagai karakteristik proses
pembelajaran Matematika.
e. Intertwinning yaitu membuat jalinan antar topik atau antar pokok bahasan.
Gravemeijer
(dalam Fitri. 2007: 10) menyebutkan tiga prinsip kunci dalam Pembelajaran Realistik sebagaimana yang dikutip dalam www.olalanenymoo.wordpress.com
(2011).
Ketiga prinsip kunci tersebut adalah:
a.
Penemuan
kembali secara terbimbing atau Matematika secara progresif (Gunded Reinvention atau Progressive Matematizing).
Yaitu bahwa dalam menyeleseikan topik- topik Matematika,
siswa harus diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama, sebagaimana
konsep- konsep Matematika yang dikemukakan. Namun siswa diberikan masalah nyata
yang memungkinkan adanya penyelesaian yang berbeda.
b.
Didaktif
yang bersifat fenomena (didaktial phenomology).
Yaitu topik matematika yang akan disampaikan dalam
pembelajaran diupayakan berasal dari fenomenan sehari-hari.
c.
Model
dikembangkan sendiri (self developed models).
Dalam memecahkan masalah ‘contextual problem”, yakni siswa diberi
kesempatan untuk mengembangkan model mereka sendiri. Pengembangan model ini
dapat berperan dalam menjembatani pengetahuan informal dan pengetahuan formal
serta konkret dan abstrak.
4. Karakteristik
Pendekatan Realistik
Menurut Grafemeijer ( www.olalanenymoo.wordpress.com.2011)
ada 5 karakteristik pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Pembelajaran Realistik yaitu sebagai berikut:
a. Menggunakan masalah kontekstual.
Masalah konsektual berfungsi sebagai aplikasi dan sebagai
titik tolak bagi Matematika yang akan dipelajari. Bagaimana masalah Matematika
itu muncul maka hendaknya dalam pembelajaran Matematika tersebut berhubungan
dengan kehidupan sehari- hari.
b. Menggunakan model atau jembatan.
Perhatian diarahkan kepada pengembangan model, skema, dan
simbolisasi. Jadi tidak hanya mentransfer
rumus Matematika. Dengan menggunakan media pembelajaran siswa akan lebih faham
dan mengerti tentang pembelajaran Matematika, seperti pada Aritmatika Sosial.
c. Menggunakan kontribusi siswa
Kontribusi yang besar pada saat proses kegiatan belajar diharapkan
dari konstruksi siswa itu sendiri, dengan mengarahkan mereka dari metode
informal ke arah metode yang lebih formal. Dalam kehidupan sehari- hari
diharapkan siswa dapat membedakan penggunaan Aritmatika Sosial. Contohnya pada
jual beli, siswa tahu harga baju yang didiskon dengan harga baju yang tidak
didiskon.
d. Interaktivitas
Negosiasi secara eksplisit, intervensi, dan evaluasi sesama murid dan guru adalah faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif dimana strategi informal siswa digunakan sebagai jembatan untuk mencapai strategi formal. Secara berkelompok siswa diminta untuk membuat pertanyaan kemudian diminta mempresentasikan didepan kelas sedangkan kelompok yang lain menanggapinya. Disini guru bertindak sebagai fasilitator dan moderator.
Negosiasi secara eksplisit, intervensi, dan evaluasi sesama murid dan guru adalah faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif dimana strategi informal siswa digunakan sebagai jembatan untuk mencapai strategi formal. Secara berkelompok siswa diminta untuk membuat pertanyaan kemudian diminta mempresentasikan didepan kelas sedangkan kelompok yang lain menanggapinya. Disini guru bertindak sebagai fasilitator dan moderator.
e. Terintegrasi dengan topik
pembelajaran lainnya (bersifat holistik).
Sebagai contoh, Aritmatika Sosial tidak hanya terdapat pada
pembelajaran Matematika saja, tetapi juga terdapat pada pembelajaran yang
lainnya, misalnya pada Akutansi, Ekonomi, dan kegiatan jual beli dalam kehidupan
sehari- hari.
5. Kelebihan
dan Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik
a.
Kelebihan
Beberapa kelebihan yang terdapat
pada pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik antara lain yaitu:
1) Pelajaran menjadi menyenangkan bagi
siswa dan mengurangi suasana tegang.
2) Materi dapat mudah dipahami oleh
siswa.
3) Karena menggunakan media atau alat
peraga benda yang berada di sekitar, maka media dan alat peraga mudah didapatkan.
4) Menjadi tantangan bagi guru untuk
mempelajari bahan pembelajaran, sebelum dipelajari oleh siswanya..
5) Lebih meningkatkan kreativitas baik
bagi guru, maupun siswa.
6) Siswa mempunyai kecerdasan cukup
tinggi tampak semakin pandai.
b.
Kelemahan
Di samping memiliki kelebihan, Pembelajaran
MatematikaRealistik ini juga memiliki kekurangan atau kelemahan. Beberapa
kelemahan dari Pembelajaran Matematika Realistik antara lain yaitu:
1) Sulit diterapkan dalam suatu kelas
yang besar (jumlah siswanya banyak).
2) Membutuhkan waktu yang lama untuk
memahami materi pelajaran.
3) Siswa yang mempunyai kecerdasan
sedang atau kurang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mampu memahami materi
pelajaran.
B. Implementasi
Pembelajaran Matematika Realistik di SD
Gambaran tentang implementasi
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) misalnya tentang pembelajaran pecahan
di Sekolah Dasar. Sebelum mengenalkan pecahan kepada siswa diawali dengan
misalnya pembagian kue dengan bagian yang sama banyak atau sama besar, supaya
siswa memahami pembagian dalam bentuk yang sederhana dan yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga siswa benar-benar memahami konsep pembagian.
Dan baru kemudian diperkenalkan istilah pecahan.
Pembelajaran
ini sangat berbeda dengan pembelajaran yang bukan Pembelajaran Matematika
Realistik (PMR), dimana siswa sejak awal dicekoki dengan penjelasan guru
tentang istilah pecahan, jenis maupun rumus-rumus pecahan, baru kemudian
menggunakan rumus dan cara tersebut untuk memecahkan masalah atau soal-soal.
Pembelajaran matematika realistik diawali dengan dunia nyata, agar dapat memudahkan siswa dalam belajar Matematika, kemudian siswa dengan bantuan guru diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep Matematika. Setelah itu, diaplikasikan dalam masalah sehari-hari dalam bidang lain.
Pembelajaran matematika realistik diawali dengan dunia nyata, agar dapat memudahkan siswa dalam belajar Matematika, kemudian siswa dengan bantuan guru diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep Matematika. Setelah itu, diaplikasikan dalam masalah sehari-hari dalam bidang lain.
1. Langkah-langkah
Pembelajaran Matematika Realistik
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran Matematika yang berdasarkan
prinsip dan karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik adalah sebagai
berikut:
a.
Langkah 1: Memahami masalah
kontekstual
Yaitu guru
memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari kepada siswa dan
meminta siswa untuk memahami masalah tersebut, serta memberi kesempatan kepada
siswa untuk menanyakan masalah yang belum di pahami.
Karakteristik
Pembelajaran Matematika Realistik yang muncul pada langkah ini adalah
karakteristik pertama yaitu menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak
dalam pembelajaran, dan karakteristik keempat yaitu interaksi.
b.
Langkah 2: Menjelaskan masalah
kontekstual
Jika dalam
memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan
kondisi tentang masalah tersebut dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk berupa
saran seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan yang
belum dipahami.
c. Langkah
3 : Menyelesaikan masalah
1) Siswa mendeskripsikan masalah
kontekstual, melakukan interpretasi aspek Matematika yang ada pada masalah yang
dimaksud, dan memikirkan strategi pemecahan masalah.
2) Siswa bekerja menyelesaikan masalah
dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga
dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian siswa yang satu dengan yang lainnya.
3) Selama siswa menyelesaikan masalah,
guru mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas, sehingga siswa
dapat memperoleh penyelesaian masalah-masalah tersebut. Karakteristik Pembelajaran
Matematika Realistik yang muncul pada langkah ini yaitu karakteristik kedua yakni
menggunakan model atau contoh.
d.
Langkah 4 : Membandingkan jawaban
1) Siswa membentuk kelompok ( boleh
secara berpasangan dengan teman sebangkunya), bekerja sama mendiskusikan
penyelesaian masalah-masalah yang telah diselesaikan secara individu
(negosiasi, membandingkan, dan berdiskusi). Dalam membentuk kelompok yang tida
secara berpasangan, namun tetap dengan mempertimbangkan keefisiensinan waktu.
2) Selama siswa melakukan kegiatan
diskusi ini, guru mengamati dan memberi bantuan jika dibutuhkan.
3) Setelah diskusi selesai dilakukan,
wakil-wakil kelompok menuliskan masing-masing ide penyelesaian dan alasan dari
jawabannya, dan menyampaikannya dalam forum diskusi kelas. Guru sebagai
fasilitator dan moderator mengarahkan siswa berdiskusi, membimbing siswa
mengambil kesimpulan sampai pada rumusan konsep atau prinsip berdasarkan Matematika
formal (idealisasi, abstraksi). Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik
yang muncul pada kegiatan ini yaitu interaksi.
e.
Langkah 5: Menyimpulkan
Berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa
menyusun kesimpulan belajar sampai memperoleh
hasil rumusan konsep atau prinsip dari topik atau masalah yang dipelajari atau
yang diselesaikan berdasarkan Matematika formal yakni idealisasi dan abstraksi.
Peran guru disini adalah sebagai fasilitator dan moderator. Karakteristik PMR
yang muncul pada langkah ini adalah adanya interaksi antara siswa dengan guru.
2. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Matematika
Realistik
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan
Pendidikan: SD Negeri Tegal Panggung
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas /
Semester : V (lima) / 2 (dua)
Alokasi
Waktu : 2 X 35 menit
A.
Standar
Kompetensi
6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun
B.
Kompetesi
Dasar
6.1 Mengidentifikasi
sifat-sifat bangun ruang
C. Indikator
1. Kognitif
a. Produk
1) Menemukan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan
dengan volume bangun ruang ( kubus, balok,kerucut, dll).
2) Menjelaskan cara menghitung volume bangun
ruang.
3)
Menemukan rumus volume bangun
ruang.
b. Proses
1) Menemukan
masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang.
2) Menghitung
volume bangun ruang.
3) Menemukan
rumus / konsep volume bangun ruang.
2.Afektif
a. Tanggung jawab dalam mengerjakan tugas.
b. Kerja sama dalam mengerjakan tugas kelompok.
c. Menghargai pendapat teman lain dalam diskusi.
d. Ulet serta teliti dalam
menemukan dan menyelesaikan masalah.
3. Psikomotor
a. Memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan volume bangun ruang.
b. Melakukan
penghitungan pada volume bangun ruang.
c. Membuat
contoh bangun ruang.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Produk
1) Setelah mendengarkan penjelasan
dari guru tentang masalah-masalah
kontekstual yang berkaitan dengan volume bangun
ruang, siswa
mampu memecahkan masalah tersebut dengan
benar.
2) Setelah diberi
tugas untuk memecahkan
masalah, siswa dapat
menjelaskan cara menghitung
volume bangun ruang dengan benar.
3) Setelah berdiskusi, siswa dapat
menemukan rumus volume bangun
ruang dengan benar.
b.Proses
1) Setelah mendengar
penjelasan dari guru, siswa
dapat menemukan
masalah yang
berkaitan dengan penghitungan
volume bangun ruang
dengan benar.
2) Setelah mendapat tugas dari guru,
siswa mampu menghitung
volume
bangun ruang dengan benar.
3)Setelah berdiskusi, siswa dapat
menemukan rumus volume bangun
Ruang dengan benar.
2. Afektif
a. Setelah mendapat tugas dari
guru, siswa memiliki sikap tanggung
jawab.
c. Setelah
berdiskusi, siswa memiliki sikap kerjasama.
d. Setelah
berdiskusi, siswa memiliki sikap menghargai
e. Setelah
melaksanakan tugas dari guru, siswa memiliki sikap ulet dan teliti.
3.Psikomotor
a. Setelah
melaksanakan tugas dari guru, siswa mampu memecahkan masalah yang berkaitan
dengan volume bangun ruang dengan benar.
b. Setelah
tanya jawab dan berdiskusi, siswa dapat menghitung volume suatu bangun ruang
dengan benar.
c. Setelah
berdiskusi, siswa dapat membuat contoh bangun ruang dengan benar.
E.
Materi
Pokok
Menemukan
rumus volume bangun ruang
F.
Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan: Pembelajaran Realistik
Metode : Ceramah, penugasan, diskusi, dan tanya
jawab.
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan
a. Salam pembuka dan berdoa.
b. Apersepsi dengan tanya
jawab tentang volume.
c. Memotivasi siswa tentang
pentingnya materi pembelajaran
d. Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
e. Informasi tentang kegiatan yang akan dilalui
siswa.
2. Kegiatan Inti
a. Siswa dikenalkan adanya suatu masalah dalam
kehidupan sehari-
hari yang berkaitan
dengan penghitungan volume bangun ruang.
Misalnya mencari volume
air padabak mandi.
b. Siswa
secara individu diberi tugas untuk memecahkan masalah yang telah disampaikan,
yakni pemecahan masalah tentang penghitungan volume air pada bak mandi, atau
lainnya yang berkaitan dengan volume.
c. Siswa
membentuk kelompok, lalu membandingkan, bertukar pendapat dan mendiskusikan ide
pemecahan masalah yang telah diperolehnya dalam mencari volume air pada bak
mandi atau lainnya dengan teman sekelompoknya.
d. Siswa
diberi kesempatan untuk bertanya jika ada kesulitan dalam memecahkan masalah.
e. Setelah
diskusi kelompok selesai, salah satu dari siswa (wakil kelompok) menuliskan
hasil diskusi dan menyampaikan dalam
diskusi kelas secara bergantian, sehingga semua kelompok menyampaikan hasil
diskusinya.
f. Siswa
atau kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau menanggapi selama
diskusi kelas berlangsung.
g. Siswa
diberi penguatan selama kegiatan belajar dan diskusi.
3.
Kegiatan Akhir
d. Siswa
bersama-sama menyimpulkan hasil belajar
dengan dibimbing oleh guru.
e. Evaluasi
f. Siswa
diberikan pesan-pesan moral
g. Ketua
kelas memimpin berdoa bersama untuk mengakhiri pembelajaran.
h. Salam
penutup
H. Sumber dan Media Belajar
Sumber : Buku Matematika
Yudisthira SD Kelas V, Buku Penunjang
Ganeca SD Kelas V, Buku
Kurikulum KTSP.
Media : Benda-benda konkret bangun ruang seperti
kotak kardus.
I.Evaluasi
1.
Kognitif: Tes Subjektif
2. Afektif
: Non tes (pengamatan selama proses pembelajaran)
3. Psikomotor : Produk
C. Pembelajaran Model PAIKEM
1. Pengertian PAIKEM
Pembelajaran PAIKEM
merupakan Pembelajaran Partisipatif, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan(UPPL, 2012).
Muhibin Syah ( 2009) dalam makalah PLPG yang berjudul Bahan Pelatihan
PAIKEM, memberikan pengertian tentang PAIKEM yaitu bahwa
PAIKEM dapat didefinisikan sebagai suatu model pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama
metode tertentu dan dengan berbagai media pengajaran yang disertai penataan
lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi partisipatif, aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa
merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan.
Selain itu, PAIKEM juga memungkinkan siwa melakukan kegiatan yang beragam
untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti
tidak semata-mata “disuapi” guru.
Banyak metode pembelajaran yang bisa diterapkan untuk mengimplementasikan
model pembelajaran PAIKEM ini. Di antara metode-metode
pembelajaran tersebut ialah: 1) metode ceramah plus, 2) metode diskusi; 3)
metode demonstrasi; 4) metode role-play; dan 5) metode simulasi.
a.
Pembelajaran
Partisipatif
Pembelajaran
Partisipatif adalah pembelajaran dimana semua unsur dalam pembelajaran dituntut
untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Unsur-unsur
dalam pembelajaran tersebut antara lain yaitu:
1) Siswa
atau Pembelajar, sebagai subjek pembelajaran
2) Guru,
sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator pembelajaran.
3) Sumber
belajar, sebagai objek pembelajaran.
4) Sarana
prasara, media dan alat peraga (Laboaran).
Unsur-unsur
pembelajaran merupakan sebuah sistem yang saling berperan dan mendukung, serta berkontribusi
dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Unsur-usur tersebut hendaknya
memaksimalkan partisipasinya dengan memberdayakan semua kompetensi yang
dimilkinya, agar pembelajaran memperoleh input atau hasil sesuai yang
diharapkan.
b. Pembelajaran Aktif
Secara harfiah
active artinya: ”in the habit of doing things, energetic” (Hornby, 1994:12),
artinya terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya.
Keaktifan merupakan kegiatan yang melibatkan
aktivitas mental dan fisik, serta adanya interaksi antar siswa maupun siswa
dengan guru dalam proses pembelajaran (http// www. Upi. ac. id.UT, 1998).
Pembelajaran
yang aktif berarti pembelajaran yang
memerlukan keaktifan semua siswa dan
guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual.
Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga
siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat
memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa
dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa didorong
untuk bertanggung jawab terhaap proses
belajarnya sendiri.
Menurut
Taslimuharrom (2008), seperti yang dikutip oleh Muhibin
Syah, menyatakan bahwa dalam sebuah proses belajar dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung:
1)
Keterlekatan pada tugas (Commitment)
Dalam hal ini,
materi, metode, dan strategi pembelajaran hendaknya bermanfaat bagi siswa (meaningful), sesuai dengan kebutuhan siswa (relevant), dan bersifat
atau memiliki keterkaitan dengan
kepentingan pribadi (personal).
2) Tanggung jawab (Responsibility)
Sebuah
proses pembelajaran perlu memberikan
wewenang kepada siswa untuk berpikir kritis secara bertanggung jawab, sedangkan
guru lebih banyak mendengar dan menghormati ide-ide siswa, serta memberikan
pilihan dan peluang kepada siswa untuk mengambil keputusan sendiri.
3) Motivasi (Motivation)
Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi intrinsic
siswa. Motivasi intrinsik
adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat
mendorongnya melakukan tindakan belajar. Dalam perspektif psikologi kognitif,
motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik (bukan
ekstrinsik) karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada
dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan memiliki
pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh
lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah
atau dorongan keharusan dari orangtua dan guru.
Motivasi belajar siswa akan meningkat apabila ditunjang oleh pendekatan yang lebih
berpusat pada siswa (student centered learning). Guru mendorong siswa untuk aktif
mencari, menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri. Ia tidak hanya menyuapi
murid, juga tidak seperti orang yang menuangkan air ke dalam ember.
Keaktifan
guru juga dituntut, agar pembelajaran benar-benar aktif. Dalam hal ini,
keaktifan guru dapat dilihat pada kegiatan antara lain:
1)
memberikan umpan balik,
2) mengajukan
pertanyaan yang menantang, dan
3) mendiskusikan
gagasan siswa.
Di
sisi lain, keaktifan siswa sebagai pembelajar dalam proses pembelajaran agar
memperoleh input yang berupa pengetahuan dan pengalaman belajar dapat dilihat
dari keaktifan siswa dalam hal:
1) bertanya
atau meminta penjelasan,
2) menanggapi
dan memberi alasan
3) mengemukakan gagasan,dan
4)
mendiskusikan
gagasan orang lain dan gagasannya sendiri.
c.
Pembelajaran
Inovatif
McLeod, mengartikan inovasi sebagai:
“something newly introduced such as
method or device”. Berdasarkan
takrif ini, segala aspek (metode, bahan, perangkat dan sebagainya) dipandang baru
atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum
dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru
lain.
Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila
dilakukan dengan cara mengintegrasikan media atau alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru atau maju ke dalam proses pembelajaran tersebut, sehingga terjadi proses renovasi mental, di
antaranya membangun rasa pecaya diri siswa.
Penggunaan bahan pembelajaran,
software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah
satu alternatif.
d. Pembelajaran Kreatif
Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan / kreasi baru atau yang
berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak
sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum.
Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku,
namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian,
ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan
sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru
menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.
e.
Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif
(effective / berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi
dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya
pengalaman dan hal baru yang “didapat“
siswa. Guru pun diharapkan memeroleh “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi
dua arah dengan siswanya.
Untuk
mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir
pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan
sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh
data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan penilian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekankan
pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar.
f.
Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran
yang menyenangkan (joyful) perlu
dipahami secara luas, bukan hanya berarti selalu diselingi dengan lelucon,
banyak bernyanyi atau tepuk tangan yang meriah.
Pembelajaran
yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa
nyaman, aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan
keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.
Selain itu pembelajaran perlu memberikan tantangan kepada
siswa untuk berpikir, mencoba dan belajar lebih lanjut, penuh dengan percaya
diri dan mandiri untuk mengembangkan
potensi diri secara optimal. Dengan demikian, diharapkan kelak siswa
menjadi manusia yang berkarakter penuh percaya diri, menjadi dirinya sendiri
dan mempunyai kemampuan yang kompetitif (berdaya saing).
Adapun ciri-ciri
pokok pembelajaran yang menyenangkan, ialah:
1) adanya
lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat tegang (stress), aman, menarik, dan tidak membuat
siswa ragu melakukan sesuatu meskipun keliru untuk mencapai keberhasilan yang
tinggi,
2)
terjaminnya
ketersediaan materi pelajaran dan metode yang relevan,
3)
terlibatnya
semua indera dan aktivitas otak kiri dan kanan,
4)
adanya
situasi belajar yang menantang (challenging) bagi peserta didik untuk
berpikir jauh ke depan dan mengeksplorasi
materi yang sedang dipelajari, dan
5)
adanya
situasi belajar emosional yang positif ketika para siswa belajar bersama, dan
ketika ada humor, dorongan semangat, waktu istirahat, dan dukungan yang enthusiast.
Dari
keterangan dan uraian yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
PAIKEM memiliki karakteristik sebagai berikut:
1)
Berpusat
pada siswa (student-centered ),
2)
Belajar
yang menyenangkan (joyfull learning),
3)
Belajar yang berorientasi pada
tercapainya kemampuan tertentu (competency-based learning),
4)
Belajar secara tuntas (mastery learning),
5)
Belajar secara berkesinambungan (continuous learning), dan
6)
Belajar sesuai dengan ke-kini-an dan
ke-disini-an (contextual
learning).
UPPL (2012)
menjelaskan bahwa kesenangan siswa dalam pembelajaran dapat didukung melalui:
1)
Lingkungan
belajar yang menyenangkan,
2)
Media
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa,
3)
Pendekatan
pembelajaran yang sesuai,
4)
Sumber belajar
yang bervariasi, dan
5)
Bermain
edukatif sebagai salah satu cara menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
D.
Implementasi Model PAIKEM dalam Pembelajaran
Matematika
Perencanaan
proses pembelajaran meliputi Silabus dan Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi
(SK), Kompetensi
Dasar
(KD), Indikator
pencapaian kompetensi, Tujuan pembelajaran, Materi
ajar, Alokasi
waktu, Metode
pembelajaran, Kegiatan
pembelajaran, Evaluasi
atau penilaian hasil belajar, dan Sumber
belajar.
Dalam model pembelajaran
PAIKEM, guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap
dan sistematis agar pembelajaran benar-benar mencerminkan
pembelajaran model PAIKEM sehingga pembelajaran berlangsung secara partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan.
Selain itu pembelajaran
hendaknya bersifat interaktif, inspiratif, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Implementasi model
pembelajaran PAIKEM dalam pembelajaran Matematika di SD sangat perlu dilakukan
untuk meniadakan kesan Matematika sebagai mata pembelajaran yang menakutkan,
memusingkan, dan membosankan, seperti yang selama ini terjadi.
Sebaliknya, bila
pembelajaran Matematika terutama di SD senantiasa menerapkan prinsip PAIKEM siswa
akan merasa tertarik dan merasa senang serta asyik mempelajari Matematika,
bahkan tumbuh kesadaran untuk merasa perlu dan penting untuk mempelajari Matematika.
Berikut adalah contoh RPP dengan model pembelajaran PAIKEM:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan
Pendidikan: SD Negeri Tegal Panggung
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas /
Semester : VI(enam) / 1(satu)
Alokasi
Waktu : 2 X 35 menit
A. Standar Kompetensi
4. Mengumpulkan dan mengolah data
B.
Kompetesi
Dasar
4.2 Mengolah
dan menyajikan data dalam bentuk tabel
C. Indikator
1. Kognitif
a. Produk
1) Menemukan masalah-masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan pengolahan
dan penyajian data.
2) Menjelaskan cara mengolah dan menyajikan
data dalam bentuk tabel
.
2. Proses
1) Menemukan
masalah yang berkaitan dengan pengolahan data.
2) Menemukan
cara menyajikan data.
2.Afektif
a. Tanggung jawab dalam mengerjakan tugas.
b. Kerja sama dalam mengerjakan tugas kelompok.
c. Menghargai pendapat teman lain dalam diskusi.
d. Teliti dalam mengolah dan
menyajikan data.
4. Psikomotor
a. Memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pengolahan data
b. Membuat
tabel penyajian data.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Produk
1) Setelah mendengarkan penjelasan
dari guru tentang
masalah-masalah
kontekstual yang
berkaitan dengan pengolahan dan
penyajian data,
siswa mampu mengolah dan menyajikan data dengan
benar.
2) Setelah diberi
tugas untuk memecahkan
masalah, siswa dapat
menjelaskan cara mengolah dan
menyajikan data dengan benar.
b.Proses
1) Setelah mendapat tugas dari guru kemudian berdiskusi, siswa dapat
menemukan
masalah tentang pengolahan data dengan benar.
2) Setelah berdiskusi, siswa
mampu menyajikan data dengan
benar.
2. Afektif
a. Setelah
mendapat tugas dari guru, siswa memiliki sikap tanggung
Jawab.
b. Setelah berdiskusi, siswa memiliki sikap
kerjasama.
c. Setelah
berdiskusi, siswa memiliki sikap menghargai
d. Setelah
melaksanakan tugas dari guru, siswa memiliki sikap teliti.
3. Psikomotor
a. Setelah
melaksanakan tugas dari guru dan berdiskusi, siswa mampu mengolah data dengan
benar.
b. Setelah
tanya jawab dan berdiskusi, siswa dapat menyajikan data dengan benar.
F.
Materi
Pokok
Mengolah
dan menyajikan data
F.
Model dan Metode Pembelajaran
Model : PAIKEM
Metode : Ceramah bervariasi,
penugasan, diskusi, dan tanya jawab.
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan
a. Salam pembuka dan berdoa.
b. Apersepsi dengan memberi
contoh sebuah penyajian data.
c. Memotivasi siswa tentang
pentingnya materi pembelajaran
d. Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
e.
Informasi tentang kegiatan yang akan dilalui siswa.
2. Kegiatan Inti
a. Siswa
dikenalkan adanya suatu masalah dalam kehidupan
sehari-
hari yang berkaitan dengan kegiatan
mengolah dan menyajikan
data.
b. Siswa
membentuk kelompok, lalu dengan lembar LKS, siswa mengerjakan tugas untuk
melakukan kegiatan mengolah dan menyajikan data dalam bentuk tabel.
c. Siswa
diberi kesempatan untuk bertanya jika ada kesulitan dalam memecahkan masalah.
d. Setelah
diskusi kelompok selesai, salah satu dari siswa (wakil kelompok) menuliskan
hasil diskusi dan menyampaikan dalam
diskusi kelas secara bergantian, sehingga semua kelompok menyampaikan hasil
diskusinya.
e. Siswa
atau kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau menanggapi selama
diskusi kelas berlangsung.
f. Siswa
diberi penguatan selama kegiatan belajar dan diskusi.
4.
Kegiatan Akhir
a. Siswa
bersama-sama menyimpulkan hasil belajar
dengan dibimbing oleh guru.
b. Evaluasi
c. Siswa
diberikan pesan-pesan moral
d. Siswa
diberi tugas rumah tentang pengolahan data.
e. Ketua
kelas memimpin berdoa bersama untuk mengakhiri pembelajaran.
f. Salam
penutup
H. Sumber
dan Media Belajar
Sumber : Buku Matematika
Yudisthira SD Kelas VI, Buku Penunjang
Ganeca SD Kelas VI,
Buku Kurikulum KTSP.
Media : Contoh Tabel Data
I.Evaluasi
1.
Kognitif: Tes Subjektif
2. Afektif
: Non tes (pengamatan selama proses pembelajaran)
3.
Psikomotor : Produk
BAB III
PENUTUP
Pengetahuan
dan keterampilan tentang pembelajaran Matematika di SD yang berorientasi pada
siswa (student centered) dan
bagaimana cara mengaplikasikannya dalam model-model pendekatan dan strategi
pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa, sangat perlu
untuk dimiliki bagi seorang guru maupun calon guru SD. Lebih-lebih karena siswa
SD memiliki karakteristik perkembangan yang menuntut usaha kreativitas yang
cukup tinggi , agar pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan perkembangan
peserta didiknya.
Pendekatan Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah sehari- hari sebagai sumber inspirasi dalam pembentukan
konsep dan sekaligus mengaplikasikan konsep- konsep tersebut atau bisa dikatakan
suatu pembelajaran matematika yang berdasarkan pada hal- hal nyata atau real
bagi siswa dan mengacu pada konstruktivis sosial.
Sedangkan model pembelajaran PAIKEM adalah suatu model pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama
metode tertentu dan dengan berbagai media pengajaran yang disertai penataan
lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi partisipatif,
aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa
merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan.
Implementasi pendekatan pembelajaran Realistik dan model
pembelajaran PAIKEM dalam pembelajaran Matematika di SD sangat perlu dilakukan
untuk meniadakan kesan Matematika sebagai mata pembelajaran yang menakutkan,
memusingkan, dan membosankan, seperti yang selama ini terjadi. Sebaliknya, siswa akan merasa tertarik dan merasa senang
serta asyik mempelajari Matematika, bahkan tumbuh kesadaran untuk merasa perlu
dan penting untuk mempelajari Matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Muhibin Syah, 2009. Bahan Pelatihan PAIKEM. Bandung: PLPG UIN
Sunan
Kalijaga
BSNP, 2006. Kurikulum KTSP. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
UPPL, 2012. Materi Pembekalan PPL I PGSD. Universitas
Negeri Yogyakarta
www.makalahdanskripsi.blogspot.com. 2010. Pembelajaran mtk-realistik-
rme.html
www.olalanenymoo.wordpress.com.2011.
Pembelajaran-mtk-realistik
http// www. Upi. ac. Id, UT. Strategi Belajar Mengajar, 1998.
Jakarta: UT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar