PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan
adalah salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Untuk itu pemerintah dengan
segala keterbatasannya sudah berusaha untuk memajukan pendidikan di Indonesia
dengan berbagai cara. Salah satu yang sudah dilakukan pemerintah adalah
penggatian kurikulum yang dinilai lebih sesuai. Dimana, jika dulu pemerintah menetapkan
kurikulum 1994 dengan basis teori behavoristik yang berakibat pada teacher
center pada model pembelajarannya, sekarang pemerintah sudah mempunyai
paradigma baru yang dinilai lebih sesuai. Paradigma baru tersebut adalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang lebih menekankan kepada eksplore
potensi siswa. Kurikulum ini adalah lanjutan dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi. KTSP berbasis pada teori konstruktivistik yang lebih mendalam bagi
pengembangan kreativitas siswa dibanding dengan teori behavioristik.
Pada
kurikulum KTSP yang telah ditetapkan ini, lebih menekankan adanya berbagai
kreativitas guru dalam menyempurnakan pembelajaran. Pembelajaran di sekolah
mencakup beberapa proses yaitu input, proses dan output. Dalam input diantaranya
terdiri dari pengetahuan siswa. Pada proses diantaranya mencakup berbagai
metode yang diterapkan oleh guru untuk menyampaikan materi. Sedangkan pada
Output terdapat tahapan penilaian untuk mengetahui keberhasilan yang telah
dicapai.
Penilaian
adalah proses output yang sangat penting untuk mengukur keberhasilan tujuan
yang telah diterapkan dalam kurikulum. Penilaian sendiri mempunyai berbagai
metode yang dapat digunakan oleh guru. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai
penilaian portofolio untuk menambah wawasan para calon pendidik yang nantinya
dapat diterapkan dalam praktek di sekolah.
C.
TUJUAN
Makalah
ini bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi calon pendidik tentang
penilaian menggunakan portofolio. Yaitu agar para calon pendidik mengetahui
pengertian penilaian portofolio, jenis-jenis penilaian portofolio, dan gambaran
umum lainnya mengenai penilaian portofolio. Dimana diharapkan makalah ini dapat
menjadi pedoman bagi calon pendidik
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Portofolio
Istilah portofolio diambil dari bidang
seni, yakni “istilah yang berarti suatu kumpulan karya sesuai maksud” (Stecher,
dalam Fredman et al., 2001). Suatu portofolio, menurut Collins (dalam Collette
& Chiappetta, 1994), adalah “suatu tempat yang berisi sekumpulan bukti dari
keterampilan, pengetahuan, minat, dan
kecenderungan seseorang”. Bahan dalam portofolio tersebut digunakan untuk
membuat keputusan tentang kualitas kinerja individu yang mengembangkan
portofolio itu. Portofolio digunakan dalam berbagai bidang. Para artis
mengembangkan portofolio kerja seni mereka. Mereka menyeleksi hasil kerja yang
menunjukkan bukti-bukti kemampuan sebagai artis dan kualitas kerjanya.
Fotografer juga menghasilkan portofolio dari foto-foto yang telah diambilnya.
Mereka memasukkan foto-foto
yang memperlihatkan kualitas kerjanya.
Dalam ranah persekolahan, portofolio adalah
koleksi yang sangat berguna tentang upaya,
kemajuan, dan kemampuan siswa dalam jangka
waktu tertentu (Cherian & Mau, 2003). Sebuah portofolio adalah koleksi
multidimensi dari infomasi yang dikumpulkan, yang memungkinkan guru dan siswa
mengkonstruksi gambaran terorganisasi, proses, dan deskriptif tentang
pembelajaran siswa (Farr, dalam Duffy et al., 1999). Sebagai sebuah bentuk
asesmen, portofolio merupakan sebuah kumpulan seleksi dan sistematisasi karya
siswa yang memperlihatkan ketuntasan atau pertumbuhan dalam area tertentu dalam
jangka waktu tertentu (Jones, 2001). Koleksi tersebut dapat meliputi
contoh-contoh karya, contoh hasil tulisan, karya seni, yang diseleksi
berdasarkan pertimbangan siswa itu sendiri untuk menunjukkan tentang dirinya.
Dengan portofolio, refleksi siswa sebagai swaasesmen dapat dijalankan dan
dilakukan pengkaitan antara apa yang siswa pelajari dengan maknanya. Senada
dengan pernyataan tersebut, di dalam Buku KTSP SMP (Depdiknas, 2006) dinyatakan
bahwa asesmen portofolio merupakan penilaian melalui koleksi karya (hasil
kerja) siswa yang sistematis, yakni: pengumpulan data melalui karya siswa,
pengumpulan dan penilaian yang terus menerus, refleksi perkembangan berbagai
kompetensi, memperlihatkan tingkat perkembangan kemajuan belajar siswa, bagian
integral dari proses pembelajaran, untuk satu periode, dan tujuan diagnostik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebuah asesmen portofolio adalah
koleksi kerja siswa yang menunjukkan
usaha, kemajuan, atau kemampuan siswa pada
area yang ditentukan. Koleksi ini meliputi:
1) partisipasi siswa di dalam seleksi isi
portofolio; 2) petunjuk bagaimana menyeleksinya; 3)
kriteria untuk penilaian; dan 4) bukti
refleksi-diri siswa (sesuai dengan pendapat Meyer et al.,
dalam Reckase, 1995).
Dalam pembelajaran IPA, sebuah portofolio
seharusnya memperlihatkan pertumbuhankemampuan siswa di dalam pepembelajaran
IPA. Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja yang menyediakan bukti-bukti
kompetensi siswa. Portofolio tersebut juga menunjukkan inisiatif, kemampuan dan
keterampilan siswa. Menurut Collette dan Chiappetta (1994), agar koleksi hasil
kerja siswa dapat disebut sebagai portofolio, diperlukan persyaratan sebagai
berikut :
1) Sebuah
portofolio seharusnya mengandung kerja orisinil siswa dalam periode tertentu.
2) Bahan
dalam portofolio dapat juga termasuk bahan-bahan yang tidak dihasilkan oleh
siswa, misalnya handout, LKS, catatan dosen, dan catatan laboratorium. Dokumen2
dokumen tersebut merupakan bukti-bukti berbagai aktivitas yang terjadi selama
periode tertentu dalam pembelajaran IPA.
3) Koleksi
hasil kerja dalam portofolio seharusnya memperlihatkan aspek-aspek yang berbeda
dari kemampuan siswa. Koleksi tersebut menunjukkan bukti-bukti kemampuan dan
kompetensi siswa di dalam satu atau lebih bidang. Koleksi tersebut seharusnya
juga menyediakan contoh-contoh minat, kapabilitas, dan keterampilan siswa di
dalam satu atau lebih bidang.
4) Sebuah
portofolio seharusnya mengandung bahan-bahan yang menunjukkan bahwa siswa
telah menuntaskan aspek-aspek tertentu
dalam pembelajaran, sebagai contoh menulis laporan, merancang eksperimen,
menangani kerja proyek, atau mempresentasikan sesuatu topik IPA tertentu.
5) Sebuah
portofolio seharusnya merupakan bukti kerja siswa sehingga dapat diases. Menurut
Barton & Collins (dalam Surapranata dan Hatta, 2004), objek-objek
portofolio dibedakan menjadi empat macam yaitu: hasil karya peserta didik atau
artifak, reproduksi, pengesahan (attestation),
dan produksi (production). Sedangkan menurut Rhoades & McCabe
(dalam Maurer, 1996), terdapat 5 jenis model portofolio yakni portofolio
kelompok, portofolio individu, portofolio karir, portofolio kelas, dan
portofolio kualitas program.
B.
Pentingnya
Portofolio
Penggunaan portofolio untuk asesmen siswa
memungkinkan siswa dan guru menyelenggarakan proses pembelajaran melalui
asesmen (Freidman et al., 2001). Dengan kata lain penggunaan portofolio akan
menjadikan asesmen merupakan bagian tak terpisahkan
dari pembelajaran. Hal ini berimplikasi
bahwa prosedur asesmen tidak hanya melalui pengukuran dan penguatan terhadap
hasil belajar, akan tetapi lebih ke arah penguatan pengembangan
strategi-strategi, sikap-sikap, keterampilan-keterampilan, dan proses kognitif
yang esensial untuk pembelajaran sepanjang
hayat. Lebih lanjut Freidman et al. (2001)
memperinci manfaat portofolio, sebagai
berikut:
1. Sumbangan portofolio terhadap asesmen
Sumbangan ini meliputi asesmen terhadap
hasil pembelajaran, penyediaan bukti-bukti kinerja, penggambaran bukti-bukti
yang dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu, kemajuan siswa sebagai hasil
belajar, serta asesmen formatif dan sumatif.
2. Berfokus pada atribut-atribut
kepribadian siswa
Manfaat dalam area ini misalnya menyediakan
bukti-bukti personal dan profesional dalam pembelajaran siswa, menyediakan
umpan balik terhadap nilai-nilai, perasaan, dan cara untuk penanganan sejumlah
pengalaman yang signifikan terhadap kepribadiannya.
3. Menguatkan hubungan antara guru dan
siswa
Memungkinkan adanya dialog antar siswa dan
dengan guru, mengingatkan siswa bahwa pembelajaran adalah proses dua arah,
cerminan kerja siswa dan guru, meningkatkan harapan guru terhadap kemampuan
berpikir dan pemecahan masalah siswanya.
4. Merangsang penggunaan strategi-strategi
reflektif
Memfasilitasi penggunaan pengalaman masa
lalu untuk pembelajaran dan mengenali kemajuan, merangsang penggunaan
keterampilan reflektif, menggunakan strategi-strategi analisis dalam proses
metakognitif, dan memungkinkan guru untuk memisahkan kualitas bukti dari
kemampuan siswa dalam merefleksikan bukti tersebut.
5. Meluaskan pemahaman terhadap kompetensi
profesional
Persepsi siwa dan interpretasinya terhadap
pengalamannya akan menumbuhkan pemahaman siswa terhadap pertumbuhan
profesional. Oleh karena itu, portofolio sangat bernilai untuk siswa.
Hal lain yang bernilai adalah bahwa
portofolio itu “nyata” (tangible), sehingga merupakan sarana efektif untuk
berkomunikasi dengan siswa, orang tua, guru lain, dan kepala sekolah tentang
kemajuan siswa (Jones, 2001).
C.
Jenis
Portofolio
Portofolio yang berbeda-beda jenisnya
dihasilkan dari dan untuk memenuhi maksud dan konteks pendidikan. Tidak ada
satu ‘portofolio”; terdapat berbagai portofolio (Foster and Masetr, dalam
Klenowski, 2002). Berdasarkan tujuan asesmen portofolio, menurut Klenowski
(2002) portofolio dapat dibagi menjadi: 1) portofolio untuk tujuan sumatif, 2)
portofolio untuk sertifikasi dan seleksi, 3) portofolio untuk tujuan penilaian
dan promosi, 4) portofolio untuk mendukung pembelajaran dan pengajaran, 5)
portofolio untuk tujuan pengembangan profesional.
Menurut Duffy (1999), terdapat empat jenis
atau tingkatan portofolio berdasarkan tanggung jawab siswa terhadap kerjanya
dan bagaimana guru membantu siswanya:
1. Portofolio Semua Hal (The Everything Portfolio)
Portofolio semua hal (atau portofolio
perkembangan) merupakan suatu kumpulan karya
siswa melintasi berbagai variasi siswa,
kelas, semester, atau tahun. Portofolio ini berisi
karya siswa, baik selama proses maupun
draft final. Seleksi karya dalam portofolio jenis
ini bukan merupakan tujuan utama. Guru
menggunakan portofolio jenis ini untuk
mengevaluasi kemajuan siswa. Guru dapat
menggunakan informasi dalam portofolio
jenis ini untuk sebagai bahan pertemuan
antara guru, siswa, dan orang tua atau antara
guru dengan siswa. Secara umum, portofolio
ini dievaluasi sebagai contoh karya siswa
dalam berbagai tingkat pencapaian
kompetensi, jadi cenderung sumatif.
2. Portofolio Produk (The Product Portfolio)
Di dalam portofolio produk, guru
menyediakan daftar isi suatu topik atau produk. Siswa
memasukkan contoh-contoh karyanya dalam
area daftar isi tersebut. Portofolio ini
menjadi semacam ceklis kompetensi. Guru
merumuskan topik penting untuk dipelajari,
dan siswa menyelesaikan tugas-tugasnya
untuk menuntaskan topik tersebut, dan
dibuktikan oleh terpenuhinya daftar isi
seputar topik itu dengan karya siswa. Evaluasi
portofolio ini berupa pertemuan antara guru
dan siswa, dan selama pertemuan guru dapat
memberikan umpan balik sumatif, namun umpan
balik ini sebagai informasi formatif
bagi siswa. Guru memilih karya terbaik
siswa, dan menjelaskan mengapa itu merupakan
karya terbaiknya. Informasi dari penjelasan
guru ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk
mengembangkan portofolio selanjutnya.
3. Portofolio “Pameran” (The Showcase Portfolio)
Di dalam portofolio “pameran” atau
protofolio contoh, guru menyediakan daftar isi suatu
topik, dan siswa mengevaluasi elemen-elemen
untuk portofolionya dan memberikan
alasan rasional untuk tiap seleksinya.
Siswa diingatkan untuk tidak sekedar memasukkan
karya yang dinilai baik oleh guru, akan
tetapi harus pula mempertimbangkan audien dan
tujuan portofolio itu. Di dalam evaluasi
portofolio, guru melakukan pertemuan dengan
siswa, dan guru memberikan umpan balik
sumatif terhadap produk siswa serta umpan
balik formatif tentang alasan siswa selama
proses seleksi karyanya.
4. Portofolio Tujuan (The Objective Portfolio)
Tingkat terakhir adalah portofolio tujuan.
Di dalam portofolio jenis ini, guru merumuskan
daftar tujuan atau pernyataan tentang
kualitas kinerja. Siswa menyeleksi dari kumpulan
karyanya untuk mempertemukan karya
terbaiknya dengan tujuan tersebut. Portofolio
jenis ini sebaiknya tidak dibatasi pada
karya tertulis saja, akan tetapi segala artifak dan
kinerja siswa (misalnya dalam berbagai
berbagai format media) yang berkaitan dengan
tujuan atau kualitas kinerja yang diminta.
Portofolio jenis ini membutuhkan kemampuan
siswa dalam menganalisis tujuan, mereviu
kemungkinan karya, menyeleksi contoh
terbaik dari keterampilan yang diminta
dalam tujuan, serta memberikan alasan seleksi
karyanya. Untuk setiap tujuan yang telah
dituntaskan, guru memberikan umpan balik
kualitatif individual. Untuk tujuan yang
belum dituntaskan, guru memberikan umpan
balik formatif yang memungkinkan siswa mendapatkan
pemahaman yang lebih baik
tentang tujuan tersebut.
D.
Penerapan
Asesmen Portofolio
Portofolio haruslah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari pembelajaran. Menurut
Gronlund (2003) pertimbangan utama dalam
perencanaan pengembangan portofolio adalah
tujuan portofolio, jenis-jenis bukti yang
dimasukkan, petunjuk untuk menyeleksi dan
mengevaluasi isi, merawat dan menggunakan
portofolio, serta mengevaluasi portofolio.
Dalam mengevaluasi kinerja siswa secara
keseluruhan yang tercermin dalam portofolio,
dapat disusun kriteria umum untuk
mengevaluasi struktur portofolio, tingkat kemajuan siswa,
serta rubrik skor keseluruhan. Secara lebih
operasional Cooper (dalam Sweat-Guy &
Buzzetto-More, 2006) mengidentifikasi enam
langkah apabila hendak melakukan asesmen
portofolio: mengidentifikasikan ruang
lingkup keterampilan, mendesain hasil belajar yang
dapat diukur, mengidentifikasikan strategi
pembelajaran, mengidentifikasikan indikator
kinerja, mengumpulkan bukti, dan penilaian.
Walaupun tampak operasional, pernyataan
Cooper ini lebih mengarah kepada
langkah-langkah asesmen kinerja secara umum.
Klenowski (2002) merumuskan langkah-langkah
pengembangan asesmen portofolio,
yang ia bagi menjadi tiga fase, sebagai
berikut:
1. Fase satu: Konseptualisasi portofolio
Fase ini meliputi pemahaman asesmen
perkembangan, kontinum perkembangan, peta
kemajuan, dan acuan patokan. Kemampuan
untuk mengembangkan dokumen portofolio
memerlukan waktu dan ditunjukkan oleh
akumulasi koleksi karya. Maksud asesmen
perkembangan adalah untuk menilai
pencapaian siswa dalam peta kemajuan, kontium
perkembangan, atau seperangkat deskriptor
kemajuan untuk mengidentifikasikan
pengalaman belajar yang sesuai dan
memonitor belajar siswa. Kegiatan ini di dalam
“ranah KTSP” mirip dengan merumuskan pengalaman
belajar dan indikator dari suatu
level Kompetensi Dasar (KD).
2. Fase dua: Pengembangan portofolio
Kegiatan dalam fase ini meliputi asesmen
formatif, umpan balik, asesmen kinerja, dan
memantapkan validitas. Asesmen formatif
terjadi pada selama proses dan ditujukan untuk
meningkatkan pembelajaran siswa. Proses
kompleks ini cenderung berpusat pada guru,
dengan guru berperan memberikan umpan balik
pada aspek-aspek spesifik yang
ditujukan untuk membantu siswa memperbaiki
kinerjanya. Asesmen kinerja dapat
menjadi bagian integral dari karya
portofolio. Validitas portofolio akan dibahas dalam
subbab tersendiri.
3. Fase tiga: Penilaian portofolio
Kegiatan dalam fase ini meliputi memastikan
reliabilitas, standar, asesmen sumatif, dan
asesmen holistik. Hal yang berkaitan dengan
reliabilitas dibahas dalam subbab tersendiri.
Asesmen sumatif berimplikasi pada
peninjauan kinerja yang telah lalu. Di dalam
portofolio, asesmen sumatif ditujukan untuk
menentukan karya siswa dibandingkan
dengan kriteria target.
F. Isu-isu Teknis tentang
Portofolio
1. Validitas Portofolio
Validitas dalam asesmen portofolio mengacu
kepada bukti yang tersedia untuk
interpretasi asesmen dan konsekuensi
potensial dalam pemanfaatan asesmen (Klenowski,
2002). Semua asesmen pada dasarnya berdasarkan
sampling perilaku atau kinerja yang
digunakan untuk generalisasi ke ‘semesta
perilaku’ (Nuttal, dalam Klenowski, 2002).
Sampling perilaku ini pada akhirnya bergantung pada
asesor/guru, sehingga hal ini
menjadi titik kritis validitas asesmen, termasuk
asesmen portofolio. Dikaitkan dengan
istilah-istilah validitas yang umum, Nitko
(dalam Klenowski, 2002) menyatakan sebagai
berikut:
a. Validitas isi di dalam portofolio antara
lain ditunjukkan apakah karya di dalam
portofolio searah dengan tujuan pembelajaran.
b. Validitas konstruk di dalam portofolio
antara lain ditunjukkan, apakah karya di dalam
portofolio mencerminkan keterampilan yang
sesuai dengan konstruk keterampilan.
(Sebagai contoh, keterampilan pemecahan
masalah memiliki konstruk yang berbeda
dengan keterampilan komunikasi).
c. Validitas kriteria menunjukkan seberapa
baik korelasi atau prediksi pengukuran
kriteria eksternal dengan fokus asesmen.
Friedman et al. (2001) menyatakan bahwa
kekuatan asesmen portofolio adalah asesmen
portofolio memiliki kekuatan validitas
prediktif, yakni menunjukkan kekuatan untuk
memprediksi kinerja atau profesionalitas
selanjutnya.
2. Reliabilitas Portofolio
Esensi dari reliabilitas portofolio adalah
apakah hasil asesmen dari portofolio serupa
masih sama jika dilakukan oleh dua orang
asesor? Garret et al. (2003), setelah
menganalisis bahwa berbagai penelitian yang
ada masih memfokuskan pada bagaimana
menerapkan asesmen alternatif dan dampak
asesmen alternatif, merumuskan dasar
metodologi untuk proses establishing dan refining sistem
penskoran asesmen alternatif
untuk skala luas, dengan memfokuskan pada
reliabilitas asesmen portofolio. Garret et al.
(2003) merumuskan enam kriteria untuk
penskoran portofolio yang reliabel, yakni:
1) Penskoran
harus terjadi pada kondisi yang sama.
2) Kriteria
yang spesifik, dibuktikan oleh rubrik penskoran, harus dipahami dan
digunakan.
3) Contoh-contoh
(eksemplar) harus tersedia untuk tiap tingkat skala penskoran.
4) Pengecekan
berkala untuk reliabilitas harus dilakukan.
5) Penilaian
multipel harus digunakan dalam penskoran
6) Pencatatan
akurat dan evaluasi proses harus dilakukan untuk memonitor hasilhasilnya.
G. Portofolio Elektronik
(e-Portfolio)
Portofolio elektronik, selanjutnya
disingkat e-portofolio, adalah koleksi digital artifakartifak
yang merepresentasikan indivisual,
kelompok, komunitas, organisasi, atau institusi
(Lorenzo & Ittelson, 2005). Koleksi ini
dapat diletakkan pada media cakram padat (CD atau
DVD) maupun web. Pada saat ini World Wide Web (WWW) telah mempermudah berbagai
pekerjaan, termasuk dalam pendidikan. Hypertext markup language (HTML) menyokong
hyperlinking, termasuk membuat bentuk web. Bentuk web
mudah dibuat, diedit, disimpan,
dan ditayangkan. Web dapat menyokong
pembelajaran dengan berbagai macam cara. Bentuk
web dapat meniadakan kertas dalam asesmen
tertulis. Web memungkinkan karya siswa
tersedia untuk setiap orang di dalam
komunitas pembelajarannya, baik siswa yang lain, guru,
orang tua, maupun administrator,
menyediakan sarana bagi guru atau siswa yang alain untuk
mengomentari karya seorang siswa. Dengan
menggunakan bentuk web, siswa dapat
mengkompilasi karya-karyanya yang terus
berkembang dan kemampuan bentuk web untuk
hal tanpa batas. Suatu koleksi karya siswa
ini akan menunjukkan upaya, kemajuan, dan
kemampuan siswa, dan ini merupakan
portofolio siswa. Dengan demikian, bentuk web dapat
digunakan untuk mengoleksi portofolio oleh
(maha)siswa, dan dengan mudah dapat diakses
oleh (maha)siswa lain, guru/dosen, orang
tua, dan berbagai pihak lain. Portofolio dalam
bentuk web ini selanjutnya disebut
portofolio elektronik, disingkat e-portofolio.
Menurut University of British, e-portofolio merupakan koleksi berbasis
web dan bersifat
personal dari kerja, tanggapan terhadap
kerja, dan merefleksikan penggunaan keterampilan
kunci dan prestasi untuk berbagai konteks
dan periode. Di dalam e-portofolio, maha(siswa)
mengkoleksi, menseleksi, dan merefleksi (collect, select, and reflect) pembelajarannya di
dalam dan di luar kelas (Lakin, et al.,
2003). E-Portofolio memberikan tambahan kuat dalam
asesmen karena menyediakan nilai tambah dan
memperkaya siswa. Melalui e-portofolio,
tanggungjawab pembelajaran dikomunikasikan
kepada siswa dan menjadikan pembelajaran
berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hewet (dalam Leah & Sharon, 2006),
bahwa e-portofolio membuat siswa merasa
memiliki dan bertanggungjawab terhadap
pembelajarannya.
E-portofolio memerlukan sistem yang harus
dikembangkan lebih dahulu, selanjutnya
(maha)siswa dapat mengakses template e-portofolio untuk diisi dengan
karya-karyanya.
Sistem e-portofolio dapat didesain sesuai
penjelasan Love & Cooper (dalam Sweat-Guy &
Buzzetto-More, 2006), yakni sistem
e-portofolio haruslah menekankan pada tujuan
pembelajaran daripada isu-isu teknis,
sehingga e-portofolio seyogyanya mengandung
template-template yang memudahkan siswa membangun portofolio
sesuai dengan bahannya
dan memungkinkan siswa memberi komentar
yang memberikan arah bahwa e-portofolio
sebagai metadokumentasi. Sedangkan menurut
Darren (2003), terdapat lima elemen yang
harus diperhatikan dalam mendesain sistem
e-portofolio, yakni desain, semantik, pembuatan
(factoring), komunitas, dan desentralisasi.
Salah satu sistem e-portofolio yang telah
dikembangkan dan diteliti adalah StoneSoup
oleh Robin (2006). StoneSoup merupakan
sistem aplikasi portofolio yang memfokuskan
pada proses belajar siswa, dengan area yang
diteliti berupa bentuk web yang memungkinkan
siswa untuk menjawab pertanyaan tentang apa
yang telah mereka pelajari, digunakan sebagai
jembatan untuk meningkatkan kemampuan
menulis siswa. Terdapat empat kategori standar
(yang dapat diubah oleh guru sesuai
kebutuhan) dalam StoneSoup.
Keunggulan e-portofolio dibandingkan dengan
portofolio tradisional berbasis kertas
menurut Beetham (dalam Orsini-Jones dan De,
2007) adalah:
1) Sistem berbasis kertas tidak dapat
mengakomodasi peningkatan jangkauan asesmen
dan tidak fleksibel.
2) Pada saat ini umumnya perguruan tinggi
telah memanfaatkan eLearning secara
ekstensif.
3) E-Portofolio dengan mudah mempublikasikan
dalam bentuk web dan secara
profesional dapat ‘dilihat dan dirasakan’.
4) E-portofolio merupakan platform yang
dapat digunakan untuk lintas keseluruhan
kurikulum.
5) E-portofolio umumnya dirancang untuk
mendukung Perencanaan Pengembangan
Personal dan meningkatkan praktik
keterampilan reflektif dan mandiri (kunci sukses
di dalam dunia akademik dan profesional).
6) E-portofolio berpusat pada pengguna,
yakni pebelajar yang memiliki pilihan terhadap
siapa yang ‘dimungkinkan’ masuk ke dalam
lingkungannya.
7) E-portofolio memungkinkan adanya sharing dengan sejumlah antar-muka (interface).
E-Portofolio membuat siswa melakukan
refleksi diri dengan menyediakan beragam
fitur untuk mengekspresikan pengalaman
belajarnya, dan merupakan bentuk asesmen yang
efektif untuk mendorong siswa dan dosen
mengases keterampilan-keterampilan yang tidak
dapat diases oleh asesmen tradisional,
misalnya berpikir tingkat tinggi, berkomunikasi, dan
berkolaborasi (Sweat-Guy &
Buzzetto-More, 2006). Pernyataan ini mengindikasikan bahwa
asesmen e-portofolio dapat digunakan untuk
mendorong dan merefleksi diri pertumbuhan
keterampilan generik pada siswa.
Penelitian Bhattacharya et al. (2007)
menunjukkan adanya manfaat e-portofolio
terhadap siswa, guru, administrator, dan
sumber daya manusia lain untuk keperluan
pembelajaran, asesmen, dan tenaga kerja.
Akan tetapi, diperlukan kehati-hatian dalam
mengkaji basis teori tentang konsep
e-portofolio sebelum mengimplementasikannya.
Penelitian Cranney et al. (2005) menunjukan
bahwa dengan mengikutkan e-portofolio ke
dalam kurikulum dan menyediakan struktur
pengembangan e-portofolio yang spesifik dalam
perkuliahan, terdapat peningkatan
kepedulian terhadap tingkat kemampuan pada diri siswa
dan siswa terdorong untuk mengembangkan
lebih lanjut kemampuannya. Hal ini
mengindikasikan bahwa asesmen portofolio
dapat mendorong pertumbuhan kesadaran dan
motivasi untuk berkembang, yang merupakan
salah satu atribut keterampilan generik, yang
memberi peluang perlu ditelitinya
pemanfaatan sistem asesmen e-portofolio untuk
menumbuhkan berbagai keterampilan generik
yang lain.
Penelitian Oliver et al. (1999) menemukan
bahwa keterampilan generik dapat
dikembangkan dalam lingkungan pembelajaran
berbasis-web. Temuan ini mengindikasikan
fungsi web dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan
keterampilan generik, dalam hal ini
web dimanfaatkan untuk membangun sistem
asesmen e-portofolio untuk menumbuhkan
keterampilan generik.
H. Kekurangan dan Kelebihan
Portofolio
Konteks
asesmen berkenaan dengan portofolio (Stiggins, 1994: 422):
Tujuan:
dokumen peningkatan/kemajuan siswa selama satu satuan waktu.
Hakekat
hasil belajar: pengetahuan, penalaran, keterampilan,
produk, dan/atau afektif perlu dinyatakan dalam portofolio yang mengarahkan
siswa untuk
mengumpulkan
sampel pekerjaannya.
Fokus
bukti: menunjukkan perubahan performan/kinerja siswa dari
waktu ke
waktu
atau status dalam satu aspek tertentu pada waktunya.
Rentang
waktu: Apabila kemajuan siswa menjadi fokus, perlu ada
pembatasan waktu (satu bulan, satu semester).
Hakekat
bukti: Jenis bukti apa yang akan digunakan untuk
menunjukkan
kemampuan
siswa (tes, sampel pekerjaan, hasil observasi).
-
Kelebihan portofolio :
(a)
memungkinkan pendidik mengaseskemampuan siswa untuk membuat, menulis,
menghasilkan berbagai tipe tugas akademik;
(b)
memungkinkan guru menilai keterampilan atau kecakapan siswa;
(c)
mendorong kolaborasi (komunikasi dan hubungan) antara siswa dan guru;
(d)
memungkinkan guru mengintervensi proses dan menentukan di mana dan bilamana guru
perlu membantu.
-
Kelemahan Portofolio :
a.
memerlukan waktu yang relatif panjang dan segera
b.
guru harus tekun, sabar, dan terampil
c.
tidak ada kriteria yang standar
Walaupun tidak adanya kriteria yang standar
dalam asesmen portofolio, tetapi ada komposisi tertentu yang menjadi kuncinya,
terutama untuk asesmen portofolio di dalam kelas (Popham, 1995). Guru perlu
meyakinkan dirinya bahwa siswa memiliki portofolionya sendiri. Guru juga perlu
menentukan jenis sampel karya yang akan dikumpulkan. Setelah terkumpul sampel
karya siswa perlu disimpan di tempat yang khusus. Selanjutnya guru bersama
siswa memilih kriteria untuk menilai sampel karya portofolio. Dalam penilaian
hendaknya diutamakan siswa yang menilai karya mereka sendiri secara sinambung.
Yang tidak kalah pentingnya adalah menjadwal dan melaksanakan kegiatan seminar.
Terakhir, sebaiknya orangtua siswa dilibatkan dalam proses asesmen portofolio.
Dalam penggunaan portofolio
hendaknya dipertimbangkan beberapa hal :
Pertama,
hargai kepemilikan siswa terhadap hasil karyanya.
Kedua, siswa (secara
perorangan) serta guru bersama-sama memilih sampel karya siswa dalam konteks kelas
yang mendukung minat siswa, pengambilan keputusan dan kolaborasi.
Ketiga, undanglah
orangtua untuk terlibat dalam proses portofolio, atau tetap adakan kontak
dengan mereka tentang kegiatan-kegiatan yang sedang dan telahberlangsung dalam
proses portofolio melalui buletin atau berita sekolah.
Keempat,
upayakan ada kegiatan diskusi untuk memantapkan tampilan portofolio, dengan
cara memberikan masukan yang sifatnya memberi saran, bukan menilai, dalam hal menemukan
atau memunculkan keunikan atau keunggulan karya mereka.
Kelima, diskusikan
unsur-unsur lain yang mungkin ditampilkan dari karya mereka agar mereka yakin
bahwa karya mereka layak untuk ditampilkan secara bertanggungjawab dan membanggakan.
Keenam,
hendaknya siswa dibantu dalam memilih karya mereka untuk dipamerkan. Ketujuh,
mintalah siswa untuk memberikan alasan mengapa mereka
memilih
karya tertentu mereka untuk dipamerkan atau ditayangkan dengan cara
menuliskannya
dalam kartu-kartu laporan secara teratur (periodik) untuk dapat dirujuk apabila
akan diperbaharui atau direvisi.
Kedelapan,
adakan waktu untuk mereviu portofolio oleh gurur sendiri, catat kekuatan dari
masing-masing portofolio.
Kesembilan,
perbaharui portofolio yang ada secara berkala, siswa dilibatkan untuk membandingkan,
menganalisis, dan memilih dengan berhati-hati dan berdasarkan pertimbangan yang
dapat dipertanggung-jawabkan.
Kesepuluh,
siswa mendapat kesempatan untuk mendiskusikan dengan siswa lainnya dalam
pertemuan yang dijadwal, atau bahkan digelar dalam forum yang lebih luas
(pameran).
Terakhir,
gunakan portofolio dalam diskusi bersama orangtua, dan pihak pengambil
keputusan tentang kemajuan dan perkembangan potensi siswa.
Dengan segala keunggulan dan keterbatasannya asesmen
portofolio dapat
diberdayakan
sebagai alternatif untuk mengases kemajuan siswa dalam beberapa aspek, bukan
hanya aspek pengetahuan atau penguasaan materi pelajaran. Selain itu asesmen portofolio
merupakan bagian yang terpadu dari pembelajaran, tidak terpisah. Salah satu keunggulan
asesmen portofolio yang sangat potensial untuk diterapkan dalam pembelajaran
(IPA) di SD adalah "self assessment". Melalui program yang direncanakan
dengan baik guru mengembangkan kemampuan mereka untuk mengases kemajuan mereka
sendiri. Dengan demikian mereka dapat menggunakan kemampuan mereka untuk memperbaharui penguasaan materi
dan kemampuan mereka dengan mereka sendiri aktif mencari dari berbagai sumber.
Kemampuan ini sangat penting untuk dikembangkan baik bagi mereka sendiri maupun
bagi kepentingan siswa yang menjadi tanggung jawab mereka. Dengan menggunakan asesmen portofolio, guru sebagai
fasilitator juga akan termotivasi untuk terus secara aktif
meng"update" dan meng"upgrade" kemampuannya, karena asesmen
portofolio memang sudah sejak beberapa tahun terakhir ini dianjurkan dengan
sangat untuk diterapkan di sekolah dasar. Apabila guru dituntut untuk dapat
menerapkan pembelajaran portofolio (yang melibatkan asesmen portofolio) dan
menerapkan asesmen portofolio, maka sudah sepatutnya mereka memberdayakan diri
untuk memberi contoh pada mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab mereka.
Pelajaran IPA sangat memungkinkan guru SD untuk memberdayakan kemampuan dan
potensi siswa untuk mengungkap gejala alam yang diobservasi melalui berbagai
bentuk asesmen. Pelajaran IPA sangat memungkinkan guru SD untuk memberdayakan
kemampuan dan potensi siswa untuk mengungkap gejala alam yang diobservasi
melalui berbagai bentuk asesmen. Selanjutnya untuk mempertahankan kondisi
belajar peserta didik agar mereka terdorong untuk mau belajar, perlu
diperhatikan adanya kondidsi eksternal dan kondisi internal yang akan
mempengaruhi prroses belajar. Selain itu peserta didik perlu diberi kesempatan
untuk beraktivitas atau belajar dengan cara melakukan tugas-tugasnya (learning
by doing) melalui tugas-tugas yang relevan dengan tujuan belajarnya.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja
yang menyediakan bukti-bukti kompetensi siswa. Portofolio juga menunjukkan
inisiatif, kemampuan dan keterampilan siswa. Penilaian portofolio ada
bermacam-macam, diantaranya yaitu :
1. Portofolio Semua Hal (The Everything Portfolio)
2. Portofolio Produk (The Product Portfolio)
3. Portofolio “Pameran” (The Showcase Portfolio)
4. Portofolio Tujuan (The Objective Portfolio)
Penggunaan portofolio untuk asesmen siswa
memungkinkan siswa dan guru menyelenggarakan proses pembelajaran melalui
asesmen. Dengan kata lain penggunaan portofolio akan menjadikan asesmen
merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran. Hal ini berimplikasi bahwa
prosedur asesmen tidak hanya melalui pengukuran dan penguatan terhadap hasil belajar,
akan tetapi lebih ke arah penguatan pengembangan strategi-strategi,
sikap-sikap, keterampilan-keterampilan, dan proses kognitif yang esensial untuk
pembelajaran sepanjang hayat.
B.SARAN
1.
Sebaiknya calon peserta didik memahami
salah satu model asesmen ini agar dapat
menerapkannya pada kehidupan nyata.
2.
Sebaiknya para calon pendidik
benar-benar merealisasikan pemahaman tentang penilaian portofolio ini jika
sudah menjadi guru.
3.
Guru dapat menjadikan makalah in sebagai
referensi metode penilalian portofolio.
DAFTAR PUSTAKA
Nuryani Y. Rustaman & Andrian Rustaman.
Asesmen Portofolio dalam pembelajaran IPA
di Sekolah Dasar. www.upi.ac.id.Diakses tanggal 27 Oktober 2010
Wahono Widodoh. Asesmen Portofolio.ttp://vahonov.files.wordpress.com/2009/07
/asesmen-portofolio.pdf.
Diakses tanggal 28 Oktober 2010
Yulian Nurani Sujiono.2010.Mengajar dengan Portofolio.Jakarta:PT Indeks
Makasih ini sangat bermanfaat, terutama bagi sekolah yang mau akreditasi. Kebetulan sekolah saya mau akreditasi.
BalasHapus