BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan yang di selenggarakan dalam
rangka memenuhi amanat UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, adalah
proses yang sangat kompleks. Sebagai suatu sub sistem dalam pembangunan bangsa,
di dalamnya terintegrasi komponen siswa, pengajar, kurikulum dan pembelajaran,
sarana dan prasarana, tata kelola penyelenggaraan, dan keuangan. Keberhasilan
mewujudkan amanat tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu dukungan
secara integratif dari sub sistem lain. Amanat yang sekaligus merupakan
cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa itu sulit dicapai bila fenomena
yang berlawanan dengan praktek pendidikan terus mengemuka di dalam masyarakat.
Perilaku politik yang mengatasnamakan demokrasi namun menampilkan kekerasan dan
kekasaran, perilaku ekonomi yang belum mensejahterakan tetapi masih menampilkan
kemiskinan, perilaku hukum yang menampilkan ketidakadilan dan tidak mampu
melindungi masyarakat dari penganiayaan, pertahanan negara yang menampilkan
ketidak mampuan melindungi wilayah, dan praktek-praktek lain yang secara
keseluruhan tidak mampu mengangkat citra dan harga diri bangsa.
Fenomena seperti itu seringkali pendidikan
ditempatkan sebagai tumpuan harapan untuk mengatasi masalah kehidupan bangsa
tersebut. Di dunia internasional pendidikan nasional kita dipandang masih
ketinggalan dan tidak mampu bersaing. Besarnya jumlah masyarakat yang masih
buta huruf dan tidak menamatkan pendidikan dasar 9 tahun, masih rendahnya daya
tampung perguruan tinggi dan masih sedikitnya perguruan tinggi Indonesia yang
mencapai kelas dunia adalah ungkapan yang mengemuka baik di media massa maupun
seminar-seminar pendidikan. Prestasi belajar sekelompok siswa dan mahasiswa di
berbagai ajang lomba internasional masih belum mampu mengangkat citra rendahnya
kualitas pendidikan di tanah air, karena masih sedemikian besarnya jumlah
peserta didik, jumlah sekolah, jumlah perguruan tinggi yang masih disebut
berkualitas rendah. Oleh karena itu perlu strategi pembelajaran untuk
meningkatkan mutu pembelajaran yang dapat mengangkat kualitas pendidikan secara
nasional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat
dirumuskan masalahnya yaitu sebagai berikut:
1. Apa
tujuan pembelajaran secara umum?
2. Apa
saja strategi yang terkait dengan pembelajaran?
3. Bagaimana
perencanaan pembelajaran itu?
4. Bagaimana
memilih metode mengajar yang efektif?
5. Bagaimana
pembelajaran yang efektif itu?
6. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran?
7. Bagaimana
pengaruh strategi pembelajaran terhadap mutu pembelajaran?
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Pembelajaran
Salah
satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme terhadap
pembelajaran bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan perlunya
tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner pada tahun
1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 yang dituangkan dalam
bukunya yang berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak pada
tahun 1970 hingga sekarang penerapannya semakin meluas hampir di
seluruh lembaga pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia.
Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini
dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F.
Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat
kompetensi tertentu. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan
bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam
perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa
tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai
hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .
Meski para ahli memberikan rumusan
tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang
sama, bahwa :
- tujuan pembelajaran adalah
tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran;
- ujuan dirumuskan dalam bentuk
pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk
digarisbawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa
perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal
ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya
dibuat secara tertulis (written plan).
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran
dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih
Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran,
yaitu:
1.
memudahkan dalam mengkomunikasikan
maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan
perbuatan belajarnya secara lebih mandiri
2.
memudahkan guru memilih dan menyusun
bahan ajar
3.
membantu memudahkan guru menentukan
kegiatan belajar dan media pembelajaran
4.
memudahkan guru mengadakan penilaian.
Hal
senada dikemukakan Mager (Hamzah B. Uno, 2008) bahwa tujuan pembelajaran
sebaiknya mencakup tiga komponen utama, yaitu:
1.
menyatakan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan
kemampuan apa yang harus dikuasainya pada akhir pelajaran;
2.perlu
dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku
tersebut;
3.
perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat
diterima.
Berkenaan
dengan perumusan tujuan performansi, Dick dan Carey (Hamzah Uno, 2008)
menyatakan bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas:
1.
tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh
anak didik.
2.
menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat yang
hadir pada waktu anak didik berbuat.
3.
menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak
didik yang dimaksudkan pada tujuan
Telah
dikemukakan di atas bahwa tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara jelas.
Dalam hal ini Hamzah B. Uno (2008) menekankan pentingnya penguasaan guru
tentang tata bahasa, karena dari rumusan tujuan pembelajaran itulah dapat
tergambarkan konsep dan proses berfikir guru yang bersangkutan dalam menuangkan
idenya tentang pembelajaran
Dalam Permendiknas RI
No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran
memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan
topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu
pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk
mengukur prestasi belajar siswa.
B.
Jenis Strategi Terkait Pembelajaran
Strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kemp
(1995). Dilain pihak Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan
secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi
pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang instruktur,
guru, widyaiswara dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis strategi
yang berkaitan dengan pembelajaran,yakni:
1. Strategi Pengorganisasian
Pembelajaran
Reigeluth,
Bunderson dan Meril (1977) menyatakan strategi mengorganisasi isi pelajaran
disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat
urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan.
Strategi pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
strategi mikro dan strategi makro. Startegi mikro mengacu kepada metode untuk
pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur
atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi
pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.
Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urusan, membuat sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan. Pemilihan isi berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada penentapan konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan urutan isi mengacu pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep yang akan diajarkan. Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip.
Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urusan, membuat sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan. Pemilihan isi berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada penentapan konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan urutan isi mengacu pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep yang akan diajarkan. Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip.
2.
Strategi Penyampaian Pembelajaran
Strategi
penyampaian isi pembelajaran merupkan komponen variabel metode untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran
adalah: (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan
informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk
kerja.
3. Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan
pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana
menata interaksi antara pebelajar dengan variabel metode pembelajaran lainnya.
Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi
pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses
pembelajaran. Paling tidak, ada 3 (tiga) klasifikasi penting variabel strategi
pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan
motivasi.
C. Perencanaan Pembelajaran
Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan yang harus direncanakan
oleh guru berdasarkan pada kurikulum yang berlaku. Perencanaan
pengajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan
isi/materi pelajaran yang harus dipelajari, merumuskan kegiatan belajar dan
merumuskan sumber belajar/media pembelajaran yang akan digunakan serta
merumuskan evaluasi belajar.
Fungsi
perencanaan pengajaran sebagai pedoman kegiatan guru dalam mengajar dan pedoman
siswa dalam kegiatan belajar yang disusun secara sistematis dan sistemik. Prinsip perencanaan pengajaran yang harus diperhatikan adalah:
- Perencanaan pengajaran harus berdasarkan kondisi siswa.
- Perencanaan
pengajaran harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
- Perencanaan
harus memperhitungkan waktu yang tersedia
- Perencanaan
pengajaran harus merupakan urutan kegiatan belajar-mengajar yang
sistematis.
- Perencanaan
pengajaran bila perlu lengkapi dengan lembaran kerja/tugas dan atau lembar
observasi.
- Perencanaan
pengajaran harus bersifat fleksibel.
- Perencanaan
pengajaran harus berdasarkan pada pendekatan sistem yang mengutamakan
keterpaduan antara tujuan, materi, kegiatan belajar dan evaluasi.
- Perencanaan
merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen Tujuan pembelajaran,
komponen isi/materi pembelajaran, komponen kegiatan belajar-mengajar, dan
komponen evaluasi belajar.
Langkah-langkah pengembangan persiapan mengajar secara umum dapat
dilakukan melalui: a) mempelajari Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) yang ada dalam
GBPP, b) merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) berdasarkan TPU, c)
menentukan materi/bahan pelajaran, d) menentukan kegiatan belajar-mengajar, e)
menetapkan alat, media, dan sumber pelajaran, dan f) menentukan alat evaluasi.
Perecanaan pengajaran
sebelum melakukan pembelajaran di kelas sangat penting dilakukan. Oleh karena
itu, hendaknya perencanaan pengajaran disusun atau direncanakan dengan baik dan
matang sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Manfaat
yang didapat dari perencanaan pengajaran yang baik antara lain:
1. Sebagai petunjuk
arah kegiatan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dilakukan.
2. Sebagai pola dasar
dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam
kegiatan pembelajaran.
3. Sebagai pedoman
kerja bagi setiap unsur, baik guru maupun murid.
4. Sebagai alat ukur
keefektifan suatu proses pembelajaran sehingga setiap saat dapat diketahui
ketepatan dan kelambanan kerja.
5. Untuk bahan
penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
6. Untuk menghemat
waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya
D. Pemilihan Metode Mengajar Efektif
Menuju Pembelajaran Berkualitas
Metode mengajar yang efektif dapat
menjadi salah satu hal ynag dapat memperbaiki mutu pembelajaran. Hal tersebut
dapat dilihat dari beberapa hal berikut ini:
Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar diantaranya adalah
faktor tujuan pembelajaran, karakteristik materi pelajaran, faktor siswa,
faktor alokasi waktu, dan fasilitas penunjang. Pembelajaran
merupakan kegiatan yang bertujuan yang banyak melibatkan aktivitas siswa dan
aktivitas guru. Untuk mencapai tujuan pengajaran perlu adanya metode mengajar. Metode
mengajar memiliki fungsi sentral dalam pembelajaran diantaranya yaitu sebagai
alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan metode mengajar harus
mempertimbangkan pengembangan kemampuan siswa yang lebih kreatif inovatif dan
dikondisikan pada pembelajaran yang bersifat problematis. Pembelajaran yang
memungkinkan siswa belajar secara mandiri dan belajar secara kelompok.
2. Hubungan Pengalaman Belajar dengan Metode Mengajar
Pengalaman belajar (learning experience) merupakan suatu proses atau
hasil kegiatan belajar yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Penggunaan metode ceramah esensinya menyajikan bahan pelajaran
secara lisan oleh guru, yang akan membentuk pengalaman belajar dalam kemampuan
menyimak, dan pemahaman terhadap informasi dari materi pelajaran yang
disajikan.
Penggunaan
metode diskusi esensinya menyajikan bahan pelajaran melalui sesuatu problem
yang harus diselesaikan secara bersama dibimbing oleh guru, yang akan membentuk
pengalaman belajar siswa dalam menjawab persoalan serta belajar secara kerja
sama dan membuat suatu keputusan.
Penggunaan
metode simulasi esensinya menyajikan bahan pelajaran melalui objek atau
kegiatan pembelajaran yang bukan sebenarnya. Pengalaman belajar yang diperoleh
dari metode ini meliputi kemampuan kerja sama, komunikatif, dan
mengiterpretasikan sesuatu kejadian. Penggunaan metode
demonstrasi esensinya menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara
langsung pada objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan
sesuatu proses. Pengalaman belajar yang diperoleh melalui metode ini meliputi
kemampuan bekerja dan berpikir secara sistematis, dan mengamati objek yang
sebenarnya.
Pengalaman belajar yang akan
diperoleh adalah menguji sesuatu, menguji hipotesis, menemukan hasil percobaan
dan mengembangkan rasa ingin tahu siswa. Dalam membentuk pengalaman belajar
siswa cenderung menggunakan metode-metode yang memiliki kadar CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif) dan keterampilan proses, serta metode mengajar digunakan
secara multi metode dan bervariasi.
3. Kondisi-kondisi dalam Pencapaian Tujuan Belajar
Kondisi-kondisi yang perlu diidentifikasi dalam
pencapaian tujuan belajar terdiri atas kondisi internal dan kondisi eksternal.
Kondisi internal yaitu kondisi-kondisi yang berasal dari dalam diri siswa,
sedangkan kondisi eksternal yaitu kondisi-kondisi yang timbul dari luar diri
siswa.
e. Rasa percaya diri untuk belajar
b. Sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran
c. Lingkungan sosial siswa di sekolah
E. Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran
yang efektif adalah pembelajaran dimana siswa aktif dan guru menerapkan model
pembelajaran yang variatif sehingga mewujudkan pembelajaran yang bermutu.
Adapun pembelajaran yang bermutu itu menyakut beberapa aspek yaitu :
1.
Dilaksanakan secara efisien (taat asas dan disiplin)
2. Dilaksanakan secara produktif (apa
yang diterima dapat di implemantasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran)
3.
Dilakukan secara efektif (target/tujuan pembelajaran tercapai)
4.
Dilaksanakan secara relevan (apa yang
didapat relevan dengan kebutuhan)
5.
Ada didalam suasana akademik yang memadai
Untuk mencapai pembelajaran yang efektif
diperlukan cara mengajar yang efekti. Hal ini berkaitan bahwa mengajar adalah hal yang kompleks dan karena
murid-murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang
efektif untuk semua hal. Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi,
dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal yang dibutuhkan dua hal
utama yaitu:
1. Pengetahuan dan keahlian proffesional
Guru yang efektif menguasai
materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan mengajar yang baik. Guru yang
efektif memiliki strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode
penetapan tujuan, perencanaan pengajaran, dan manajemen kelas.. Berikut adalah
penjelasan dari beberapa kriteria di atas:
a. Penguasaan
materi pelajaran
Guru yang efektif harus berpengetahuan, fleksibel, dan memahami materi. Tentu saja, pengetahuan subjek materi tidak hanya mencakup fakta, istilah, dan konsep umum. Ini juga membutuhkan pengetahuan dasar pengorganisasian materi, mengkaitkan berbagai gagasan, cara berpikir dan berargumentasi.
Guru yang efektif harus berpengetahuan, fleksibel, dan memahami materi. Tentu saja, pengetahuan subjek materi tidak hanya mencakup fakta, istilah, dan konsep umum. Ini juga membutuhkan pengetahuan dasar pengorganisasian materi, mengkaitkan berbagai gagasan, cara berpikir dan berargumentasi.
b.
Strategi Pengajaran
Dalam
hal ini bagaimana guru dapat membuat pengajaran materi dapat dikuasai oleh
murid. Pada pendidikan model lama (tradisional) terlalu menekankan murid harus
duduk diam, menjadi pendengar pasif dan menyuruh murid untuk menghafal
informasi yang relevan dan tidak relevan. Kemudian berganti pada prinsip
konstruktivisme, yaitu menekankan agar murid secara aktif menyusun dan
membangun pengetahuan dan pemahamannya. Namun tidak semua ahli setuju dengan
cara di atas, tetapi yang terpenting adalah walaupun anda menggunakan salah
satu strategi di atas, masih banyak hal yang harus diketahui, hal-hal yang
memberikan pengaruh dalam pengajaran yang efektif.
c.Penetapan tujuan dan keahlian perencanaan
instruksional
Guru yang efektif tidak sekadar mengajar di kelas, entah dia menggunakan perspektif tradisional atau konstruktivisme di atas. Mereka juga harus menentukan tujuan pembelajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu.
Guru yang efektif tidak sekadar mengajar di kelas, entah dia menggunakan perspektif tradisional atau konstruktivisme di atas. Mereka juga harus menentukan tujuan pembelajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu.
d.
Keahlian manajemen kelas
Aspek penting lainnya untuk menjadi guru yang efektif adalah mampu menjaga kelas tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif dapat mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif.
Aspek penting lainnya untuk menjadi guru yang efektif adalah mampu menjaga kelas tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif dapat mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif.
e.
Keahlian motivasional
Guru yang efektif mempunyai strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar. Guru yang efektif tahu bahwa murid akan termotivasi saat mereka bisa memilih sesuatu yang sesuai dengan minatnya. Guru yang baik akan memberi kesempatan murid untuk berpikir kreatif dan mendalam untuk proyek mereka sendiri.
Guru yang efektif mempunyai strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar. Guru yang efektif tahu bahwa murid akan termotivasi saat mereka bisa memilih sesuatu yang sesuai dengan minatnya. Guru yang baik akan memberi kesempatan murid untuk berpikir kreatif dan mendalam untuk proyek mereka sendiri.
f.
Keahlian komunikasi
Hal yang perlu diperlukan untuk mengajar adalah keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi non verbal dari murid, dan memapu memecahkan konflik secara konstruktif.
Hal yang perlu diperlukan untuk mengajar adalah keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi non verbal dari murid, dan memapu memecahkan konflik secara konstruktif.
g.
Bekerja secara efektif dengan murid dari berbagai kultur yang berbeda
Guru yang efektif harus mengetahui dan memahami anak dengan latar belakang kultural yang berbeda-beda, dan sensitif terhadap kebutuhan mereka. Mendorong murid satu dengan murid yang lain untuk berhubungan positif.
Guru yang efektif harus mengetahui dan memahami anak dengan latar belakang kultural yang berbeda-beda, dan sensitif terhadap kebutuhan mereka. Mendorong murid satu dengan murid yang lain untuk berhubungan positif.
h.
Keahlian teknologi
Guru yang efektif tahu cara menggunakan komputer dan cara mengajar murid menggunakan komputer untuk menulis dan berkreasi. Teknologi itu sendiri tidak selalu meningkatkan kemampuan belajar murid perlu kesesuaian antara kurikulum dengan teknologi yang sesuai dalam pengajaran.
Guru yang efektif tahu cara menggunakan komputer dan cara mengajar murid menggunakan komputer untuk menulis dan berkreasi. Teknologi itu sendiri tidak selalu meningkatkan kemampuan belajar murid perlu kesesuaian antara kurikulum dengan teknologi yang sesuai dalam pengajaran.
2. Komitmen dan motivasi
Menjadi guru yang efektif juga
membutuhkan komitmen dan motivasi. Aspek ini mencakup sikap yang baik dan
perhatian kepada murid. Komitmen sangat dibutuhkan dalam pengajaran, bagaimana
guru memberikan tenaga dan pikiran untuk memberikan pengajaran yang dapat
diterima oleh murid dengan baik. Guru yang efektif juga mempunyai kepercayaan
diri terhadap kemampuan mereka dan tidak akan membiarkan emosi negatif
melunturkan motivasi mereka.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Pembelajaran
Dalam
pembelajaran ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1.
Tujuan
Tujuan
adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal
tola dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama
halnya keberhasilan pengajaran. Sedikit banyaknya perumusan tujuan akan
mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru, dan secara langsung
guru mempengaruhi kegiatan belajar anak didik. Guru dengan sengaja menciptakan
lingkungan belajar guna mencapai tujuan pembelajaran.
2. Guru
2. Guru
Guru adalah komponen yang sangat
menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru
bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi tidak mungkin bisa
diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan
tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, tekhnik dan taktik
pembelajaran. Guru dalam proses pembelajaran memegang peran yang sangat
penting. Guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa tetapi
juga sebagai pengelola pembelajaran. Dengan demikian efektivitas proses
pembelajaran terletak dipundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses
pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Guru sangat
menentukan bagi keberhasilan anak mengingat guru adalah pengajar, dan pembimbing.
Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari beberapa faktor guru diantaranya:
a. Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk aspek tersebut adalah tempat kelahiran guru termasuk suku, latar belakang budaya dan ada istiadat, dan keadaan kelularga dari mana guru itu berasal.
b. Teacher trining experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru misalnya pengalaman latihan profesional, tingkatan pendidikan, dan pengalaman jabatan.
c. Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru misalnya sikap guru terhadap siswa, kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan kemampuan dalam penguasaan materi pelajar.
3. Siswa
Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari beberapa faktor guru diantaranya:
a. Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk aspek tersebut adalah tempat kelahiran guru termasuk suku, latar belakang budaya dan ada istiadat, dan keadaan kelularga dari mana guru itu berasal.
b. Teacher trining experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru misalnya pengalaman latihan profesional, tingkatan pendidikan, dan pengalaman jabatan.
c. Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru misalnya sikap guru terhadap siswa, kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan kemampuan dalam penguasaan materi pelajar.
3. Siswa
Menurut Dunkin, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yang dilihat dari aspek siwa yaitu
sebagai berikut:
a. Latar belakang siswa (pupil formative experience) meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tingkat sosial ekonomi, dari keluarga bagaimana siswa berasal dll. Kepribadian mereka bermacam-macam ada yang pendiam, ada yang periang, ada yang suda bicara, ada yang kreatif, keras kepala, manja.
b. Sifat yang dimiliki siswa (pupil properties) meliputi kemampuan, pengetahuan dan sikap. Tidak dapat disangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan atau tingkat kecerdasan yang bervariasi. Perbedaan-perbedaan semacam itu menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar. Karena itu perbedaan anak pada aspek biologis, intelektual dan psikologis tersebut dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.
Anak didik atau siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi jarak dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
a. Latar belakang siswa (pupil formative experience) meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tingkat sosial ekonomi, dari keluarga bagaimana siswa berasal dll. Kepribadian mereka bermacam-macam ada yang pendiam, ada yang periang, ada yang suda bicara, ada yang kreatif, keras kepala, manja.
b. Sifat yang dimiliki siswa (pupil properties) meliputi kemampuan, pengetahuan dan sikap. Tidak dapat disangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan atau tingkat kecerdasan yang bervariasi. Perbedaan-perbedaan semacam itu menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar. Karena itu perbedaan anak pada aspek biologis, intelektual dan psikologis tersebut dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.
Anak didik atau siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi jarak dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
- Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain-lain. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain-lain. Kelengkapan saran dan prasarana akan membantu guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Terdapat beberapa keuntugan bagi
sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan prasana. Pertama, kelengkapan
sarana dan prasarana dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar.
Mengajar dapat dilihat dari dua dimensi yaitu sebagai proses penyampaian materi
pelajaran dan sebagai proses pengaturan lingkungan yang dapat merangsang siswa
untuk belajar. Jika mengajar dipandang sebagai proses penyampaian materi, maka
dibutuhkan sarana pembelajaran berupa alat dan bahan yang dapat menyalurkan
pesan secara efektif dan efisien, sedangkan manakala mengajar dipandang sebagai
proses mengatur lingkungan agar siswa dapat belajar, maka dibutuhkan sarana
yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat mendorong siswa untuk
belajar. Kedua, kelengkapan saran dan prasarana dapat memberikan berbagai
pilihan pada siswa untuk belajar. Setiap siswa pada dasarnya memiliki gaya
belajar dan karakteristik yang berbeda-beda.
5. Kegiatan Pembelajaran
5. Kegiatan Pembelajaran
Pola umum kegiatan pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan menghasilkan kegiatan anak didik yang bermacam-macam. Guru yang menggunakan pendekatan individual, misalnya berusaha memahami anak didi sebagai makhluk individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang menggunakan pendekatan kelompok berusaha memahami anak didik sebagai makhluk sosial, dengan tingkat keberhasilan belajar mengajar yang tidak sama pula. Perpaduan dari kedua pendekatan itu malah akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik.Strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil belajar mengajar. Hasil pembelajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode ceramah tidak sama dengan hasil pembelajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode tanya jawab atau metode diskusii.
6.Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruh proses pembelajaran menuju pembelajaran yang berkualitas yaitu:
a. Faktor organisasi kelas, yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas berkecenderungan:
1. Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa, sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempint.
2. Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan semua sumber daya yang ada. Misalnya dalam penggunaan waktu diskusi. Jumlah siswa yang terlalu banyak akan memakan waktu yang banyak pula, sehingga sumbangan pikiran akan sulit didapatkan dari setiap siswa.
3. Kepuasan belajar setiap siswa akan kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan kelompok belajar yang terlalu banyak akan mendapatkan pelayanan yang terbatas dari setiap guru, dengan kata lain perhatian guru akan semakinterpecah.
4. Perbedaan individu antara anggota akan semakin tampak, sehingga akan sukar mencapai kesepakatan. Kelompok yang terlalu besar cenderung akan terpecah ke dalam sub-sub kelompok yang saling bertentangan.
5. Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama maju mempelajari materi.
6. Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin banyak siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok.
b. Faktor iklim sosial – psikologis maksudnya, keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal dan eksternal. Iklim sosial – psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah.
Sekolah yang mempunyai hubungan yang baik secara internal, yang ditunjukkan oleh kerjasama antar guru, salaing menghargai dan saling membantu, maka memungkinkan iklim belajar menjadi sejut dan tenang sehingga akan berdampak pada motivasi belajar siswa. Sebaliknya, manakala hubungan tidak harmonis, iklim belajar akan penuh dengan ketegangan dan ketidaknyamanan sehingga akan mempengaruhi psikologis siswa.
Iklim sosial – psikologis
eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar,
misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan
lembaga-lembaga masyarakat dan sebagainya. Iklim sosial yang banyak
mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
Sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan
demografi keluarga (letak rumah) semuanya dapat memberi dampak baik ataupun
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil dari belajar masing-masing siswa di
kelas saat pembelajaran.
7. Bahan dan Alat Evaluasi
7. Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didi. Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna kepentingan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bila tiba masa ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan dan harus selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan item-item soal evaluasi. Gurulah yang membuat dengan perencanaan yang sistematis dan dengan menggunakan alat evaluasi. Alat-alat evaluasi yang umumnya digunakan tidak hanya benar-salah (true – false) dan pilihan ganda (multiple choise) tapi juga menjodohkan (matching), melengkapi (completion) dan essay. Masing-masing alat evaluasi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Benar – salah ( B – S) dan pilihan ganda adalah bagian dari tes objetif. Maksdunya, objektive dalam hal pengoreksian, tapi belum tentu objektif dalam jawaban yang dilakukan oleh anak-anak didik. Karena sifat alat ini mengharuskan anak didik memilih jawaban yang sudah disediakan dan tidak ada alternatif lain diluar dari alternatif itu, maka bila anak didik tidak dapat menjawabnya, cenderung melakukan tindakan spekulasi pengambilan sikap untung-untungan ketimbang tidak bisa. Alat test dalam bentuk essaya dapat mengurangi sikap dan tindakan spekulasi pada anak didik. Sebab test ini hanya dapat dijawab bila anak didik betul-betul menguasai bahan pelajaran dengan baik. Bila tidak, kemungkinan besar anak didik tidak dapat menjawabnya dengan baik dan benar. Kelemahan alat test ini adalah dari segi pembuatan item soal tidak semua bahan pelajaran dalam satu semester dapat tertampung untuk disuguhkan kepada anak didik pada waktu ulangan. Essay memang alat test yang tidak objektif, karena dalam penilaiannya, kalaupun ada standar penilaian, masih terpengaruh dengan selera guru. Apalagi bila tulisan anak didik tidak mudah terbaca, kejengkelan hati segera muncul dan pemberian nilai tanpa pemeriksaanpun dilakukan. Berbagai permasalahan yang telah dikemukaan tersebut mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Validitas dan reliabilitas data dari hasil evaluasi itulah yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar atau pembelajaran yang telah berlangsung.
8. Suasana Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Semua anak didik dibagi menurut kelas masing-masing dan tingkatan masing-masing. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi suasa kelas. Sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan. Sistem silang adalah tekhnik lain dari kegiatan mengelompokkan anak didik dalam rangka evaluasi. Sistem ini dimaksudkan untuk mendapatkan data hasil evaluasi yang benar-benar objektif.
Karena sikap mental anak didik belum semuanya siap untuk berlaku jujur, maka dihadirkanlah satu atau dua orang pengawas atau guru yang ditugaskan untuk mengawasinyak. Selama pelaksanaan evaluasi, selama itu juga seorang pengawas mengamati semua sikap, gerak gerik yang dilakukan oleh anak didik.
Sikap yang merugikan pelaksanaan evaluasi dari seorang pengawas adalah membiarkan anak didik melakukan hubungan kerja sama diantara anak didik. Pengawas seolah-olah tidak mau tau apa yang dilakukan oleh anak didik selama ulangan. Lebih merugikan lagi adalah sikap pengawas yang sengaja menyuruh anak didik membuka buku atau catatan untuk mengatasi ketidakberdayaan anak didik dalam menjawab item-item soal. Suasana evaluasi yang demikian tentu saja, disadari atau tidak, merugikan anak didik untuk bersikap jujur dengan sungguh-sungguh belajar di rumah dalam mempersiapkan diri menghadapi ulangan. Anak didik merasa diperlakukan secara tidak adil, mereka tentu kecewa, mereka sedih, mereka berontak dalam hati, mengapa harus terjadi suasana evaluasi yang kurang enak dipandang mata. Dimanakah penghargaan pengawas atas jerih payahnya belajar selama ini. Dampak dikemudian hari dari sikap pengawas yang demikian, adalah mengakibatkan anak didik kemungkinan besar malas belajar dan kurang memperhatikan penjelasan ketika belajar mengajar berlangsung. Hal inilah yang seharusnya tidak boleh terjadi pada diri anak didik. Inilah dampak yang merugikan terhadap kualitas pembelajaran.
G. Pengaruh Strategi Pembelajaran Terhadap Mutu Pembelajaran
Hakikatnya
dalam pembelajaran itu terdiri dari beberapa komponen. Menurut Moedjiono, dkk
(1996) menyebutkan bahwa komponen pembelajaran itu meliputi siswa, guru,
tujuan, isi pelajaran, metode, media dan evaluasi. Tiap-tuap komponen tersebut
memiliki fungsi dan tugasnya sendiri, tetapi hakikat bekerjanya fungsi dan
tugas tersebut dalam jalinan kerja yang tidak terpisahkan. Pelaksanaan fungsi
tugas tiap-tiap komponen harus berfungsi
karena semuanya bermuara pada pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam pencapaian
tujuan sekaligus pencapaian pembelajaran yan bermutu. Hal tersebut tidak
terlepas dari strategi pembelajaran yang merupakan bagian dari keseluruhan
komponen pembelajaran. Strategi pembelajaran aktualisasinya berwujud
serangkaian dari keseluruhan tindakn strategis guru dalam rangka mewujudkan
kegiatan pembelajaran yang efektif dan efesien. Efektivitas strategi dapat
diukur dari ttingginya kuantitas dan kualitas hasil belajar yang dicapai anak.
Sedangkan efesien dalam arti penggunaan strategi yang dimaksud dalam arti
penggunaan strategi yang dimaksud seuai dengan waktu, fasilitas, maupun
kemampuan yang tersedia.
Kegiatan
belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang terarah.
Situasi yang memungkinkan terjadin ya pembelajaran yang optimal adalah situasi
dimana siswa berintraksi dengan guru da bahan pembelajaran telah diatur dalam rangka
mencapai tujuan. Selain itu, situasi yang lebih mengoptimalkan pembelajaran
yaitu menggunakan srtategi pembelajaran yang tepat. Hal ini dimkasudkan agar
dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar-mengajar selanjutunya harus
dievaluasi.
Dari uraian-uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran memberi pengaruh yang besar dalam
peningkatan mutu pembelajaran. Hal ini dikarenakan strategi pembelajaran yang
tepat dapat terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efesien. Dimana salah
satu aspek pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran itu dilaksanakan
secara efektif dan efesien. Jika strategi pembelajaran yang digunakan tepat dan
dalam setiap pembelajaran maka peningkatan mutu pembelajaran akan tercapai
dengan mudah. Selain mutu pembelajaran, tujuan pembelajaran pun dapat tercapai.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan
pemaparan-pemaparan di atas dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Tujuan pembelajaran adalah suatu
pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang
diharapkan.
2. Seorang guru dalam merencanakan
pembelajaran dituntut untuk dapat merumuskan tujuan pembelajaran secara tegas
dan jelas. Perumusan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu bagi
guru maupun siswa.
3. Pencapaian
standar proses untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dapat dimulai dari
menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses
pembelajaran.
4. Strategi
dan metode pengajaran merupakan salah satu komponen di dalam system
pembelajaran, tidak dapat dipisahkan dari komponen lain yang dipengaruhi oleh
factor-faktor, antara lain: tujuan pembelajaran, materi ajar, peserta
didik atau siswa, fasilitas, waktu dan
guru.
5. Strategi pembelajaran sangat penting
dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif, efesien, dan produktif sehingga tercapai pembelajaran yang bermutu.
6. Srategi pembelajaran yang tepat
memiliki pengaruh yang besar dalam peningkatan mutu pembelajaran.
B. Saran
Dalam rangka mewujudkan
pembelajaran yang bermutu kami sebagai calon guru SD memberikan beberapa saran
sebagai berikut:
- Guru mampu merumuskan dan memahami
tujuan pembelajaran dengan baik sesuai dengan kompetensi dasar.
- Guru mampu memahami karakteristik
siswa yang berbeda-beda untuk memilih strategi pembelajaran yang tepat.
- Guru menguasai dan memahami
berbagai strategi pembelajaran yang dapat mendukung berlangsungnya proses
belajar mengajar.
- Guru hendaknya menggunakan stategi
pembelajaran yang bervariasi dalam melaksanakan pembelajaran.
- Guru
haruslah cerdas dalam Intelektual, Emosional dan Spiritual agar proses
belajar mengajar itu berjalan dengan lancar. Pandai dalam menggunakan
waktu, dapat membedakan kepentingan pribadi dengan kepentingan pendidikan.
Sebab kita sebagai calon/guru sebagai alat untuk menciptakan generasi
penerus bangsa yang lebih baik dari pada kita saat sekarang ini.
- Guru mampu menciptakan pembelajaran
yang inovatif, efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai pembelajaran
yang bermutu sehingga dapatmenghasilkan bibit unggul generasi penerus
bangsa yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John, W. 2007. Psikologi
Pendidikan. Jakarta :
Kencan Prenada Media Group.
Winataputra Udin.2004.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Anitah Sri.2008.Strategi
Pembelajaran Di SD.Jakarta:Universitas Terbuka
Moedjiono,dkk.1991.Strategi
Belajar Mengajar.Jakarta:Dedikbud.
Saputre Suprihadi.2000.Strategi
Pembelajaran.Malang: Universitas Negeri Malang
Sudrajat Ahmad.2009.Tujuan Pembelajaran Sebagai
Komponen Pentinng Dalam Pembelajaran.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/08/30/tujuan-pembelajaran-sebagai-komponen-penting-dalam-pembelajaran/.
Diakses tanggal 21 Oktober 2010 pukul 15.00
Massofa.2008.PerencanaanPengajaran.http://massofa.wordpress.com/2008/01/25
/perencanaan-pengajaran/.Diakses
tanggal 21 Oktober 2010 pukul 15.20
Massofa.2008.Pemilihan Metode Mengajar Yang Efektif Untuk Sekolah Dasar.
http://massofa.wordpress.com/2008/01/15/pemilihan-metode-mengajar-yang-efektif-untuk-sekolah-dasar.
Diakses tanggal 21 Oktober 2010 pukul 15.45
Anonim.Cara Mengajar Yang Efektif. http://www.psikologizone.com/cara-mengajar-yang-efektif.
Diakses tanggal 21 Oktober 2010 pukul 15.30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar