harapan
dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar dapat merumuskan tujuan
pembelajaran secara tegas dan jelas, sehingga dapat melaksanakan pembelajaran
yang benar-benar terfokus pada tujuan yang telah dirumuskannya.
A.
Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian dari strategi
pembelajaran?
2. Apa tujuan dari proses pembelajaran?
3. Bagaimana strategi pembelajaran
dalam ranah tujuan pembelajaran?
B.
Tujuan Penulisan
1. Supaya mahasiswa dapat mengetahui
pengertian strategi pembelajaran.
2. Agar mahasisiwa mengetahui tujuan
dari pembelajaran.
3. Agar mahasiswa mengetahui hubungan
startegi pembelajaran dalam ranah tujuan pembelajaran.
PEMBAHASAN
A.
Strategi Pembelajaran
Menurut Poerwadarminta, Pembelajaran
merupakan terjemahan dari kata instruction
yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau intruere yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti
instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara
bermakna melalui pembelajaran. Pengertian ini lebih mengarah kepada
guru sebagai pelaku perubahan. Muhammad Surya memberikan pengertian
pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pengertian ini lebih menekankan kepada murid (individu) sebagai pelaku
perubahan. Strategi pembelajaran adalah suatu rencana yang dilaksanakan
pendidik (guru) untuk mengoptimalkan potensi peserta didik agar siswa terlibat
aktif dan mencapai hasil seperti yang diharapkan.
B.
Tujuan
Pembelajaran
1.
Pengertian
tujuan pembelajaran
Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno
(2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para
ahli. Robert F. Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku
yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan
tingkat kompetensi tertentu. Kemp dan David E. Kapel menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau
penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil
belajar yang diharapkan.
Henry Ellington menyatakan bahwa tujuan pembelajaran
adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Oemar
Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi
mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung
pembelajaran. Sementara itu, menurut Standar Proses pada Permendiknas Nomor 41
Tahun 2007, tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajara yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Ini
berarti kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran mencakup kemampuan
yang akan dicapai siswa selama proses belajar dan hasil akhir belajar pada
suatu kompetensi dasar. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diuraikan jika tujuan
pembelajaran adalah
tercapainya perubahan perilaku pada siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran yaitu perubahan perilaku dan tingkah laku yang positif dari
peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dan tujuan tersebut
dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik bahwa perumusan
tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung
implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat secara
tertulis (written plan).
Meskipun para ahli memberikan rumusan
tujuan pembelajaran yang beragam tapi tampaknya menunjuk pada esensi yang sama,
yaitu:
1.
Tujuan pembelajaran adalah
tercapainya perubahan perilaku pada siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
2.
Tujuan dirumuskan dalam bentuk
pernyataan atau deskripsi yang spesifik.
Dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun
2007 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan
petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik,
mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan
prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi
belajar siswa. Sementara itu, Fitriana Elitawati (2002) menginformasikan hasil
studi tentang manfaat tujuan dalam proses belajar mengajar bahwa perlakuan yang
berupa pemberian informasi secara jelas mengenai tujuan pembelajaran khusus
kepada siswa pada awal kegiatan proses belajar-mengajar, ternyata dapat
meningkatkan efektifitas belajar siswa.
Memperhatikan penjelasan di atas,
tampak bahwa tujuan pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam
pembelajaran, yang di dalamnya dapat menentukan mutu dan tingkat efektivitas
pembelajaran.
2.
Manfaat
tujuan pembelajaran
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran
dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih
Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran,
yaitu:
·
Memudahkan dalam
mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa
dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri
·
Memudahkan guru memilih dan
menyusun bahan ajar
·
Membantu memudahkan guru menentukan
kegiatan belajar dan media pembelajaran
·
Memudahkan guru mengadakan
penilaian.
3.
Macam Tujuan Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran guru
seringkali tidak sekedar mencapai tujuan yang telah dirumuskan, guru juga
berusaha untuk mencapai tujuan yang tidak dirumuskan. Pencapaian tujuan yang
tidak dirumuskan diusahakan seecara tidak langsung dari kegiatan-kegiatan dalam
proses pembelajaran.
Tujuan-tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya secara tertulis dan diharapkan dan diharapkan secara langsung dalam
kegiatan pembelajaran disebut tujuan instruksional. Tujuan instruksional
dirumuskan dengan dua cara, yaitu Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan
Instruksioanal Khusus (TIK).
Tujuan Instruksional Umum adalah
pernyataan umum tentang tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
Karena rumusannya bersifat umum, TIU masih belum dapat membantu guru menentukan
strategi pembelajaran.
Tujuan Instruksional Khusus merupakan
pernyataan yang jelas dan lebih spesifik tentang tujuan yang hendak dicapai dalam
kegiatan pembelajaran. TIK dirumuskan dengan mengacu kepada TIU yang telah ada
dalam GBPP (Garis-garis Besar Program Pembelajaran). Penulisan TIK secara jelas
dan berdasarkan perilaku yang dapat diamati dan dapat diukur, dapat :
·
Membatasi tugas dan menghilangkan
segala kekaburan dan kesulitan dalam penafsiran.
·
Menjamin terlaksananya proses
penilaian yang tepat
·
Membantu dalam memutuskan
strategi yang paling tepat untuk keberhasilan proses pembelajaran.
·
Merupakan suatu rangkuman yang
lengkap yang berfungsi sebagai pedoman awal.
Selain
tujuan instruksional ada juga tujuan pengiring. Tujuan pengiring adalah tujuan
yang harus dipikirkan guru dimana guru tidak perlu menuliskannya dalam
persiapan mengajar. Tujuan pengiring dicapai sebagai dampak pengiring (nurturant
effects) kegiatan pembelajaran. Walaupun tujuan pengiring tidak dirumuskan
secara tertulis, tujuan pengiring tetap mengacu pada tujuan umum pembelajaran.
Kesadaran
guru mengenai adanya tujuan pengiring yang dapat dicapai secara tidak langsung
dalam kegiatan pembelajaran, akan dapat :
·
Menjamin pembentukan pelajar
seumur hidup.
·
Menjamin terikatnya tujuan
instruksional satu dengan tujuan instruksionala yang lain, sehingga terwujud
tujuan pembelajaran yang lebih umum.
·
Meningkatkan kebermaknaan
kegiatan pembelajaran bagi siswa.
Antara
tujuan instruksional dengan tujuan pengiring mempunyai keterikatan satu sama
lain. Keterikatan anatara keduanya dimungkinkan sebagai akibat adanya
tujuan-tujuan pembelajaran yang tidak dapat dirumuskan dalam tujuan instruksional
bidang studi tertentu. Misalnya untuk menghubungkan anatara tujuan
instruksional mengenai berhitung (aritmatika) dengan tujuan instruksional
mengenai rugi/laba (ekonomi), maka guru dapat memikirkan tujuan pengiring yang
menjembatani antar keduanya. Konsekuensi logis dari adanya keterikatan antara
tujuan instruksional dengan tujuan pengiring ini adalah dipilihnya
pengalaman-pengalaman belajar yang memungkinkan untuk hal tersebut.
C. Strategi pembelajaran
dalam konteks ranah tujuan pembelajaran
Seorang
guru dalam memilih dan menetapkan strategi pembelajaran tidak lepas dari tujuan
pembelajaran karena tujuan pembelajaran merupakan awal dan muara dari kegiatan
pembelajaran itu sendiri. Guru professional harus dapat merumuskan tujuan
pembelajarannya dalam bentuk
perilaku siswa yang dapat diukur yaitu menunjukkan apa yang dapat dilakukan
oleh siswa tersebut sesudah mengikuti pelajaran. Ada dua kriteria yang harus
dipenuhi dalam memilih tujuan pembelajaran, yaitu: (1) preferensi nilai
guru yaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai apa yang penting dan
seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara membelajarkannya; dan
(2) analisis taksonomi perilaku; dengan
menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat menentukan dan
menitikberatkan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan dikembangkan, apakah
seorang guru hendak menitikberatkan pada pembelajaran kognitif, afektif ataukah
psikomotor.
Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa sebagai tujuan
belajar, saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran
dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai tujuan pembelajaran, yang dikenal dengan
sebutan taksonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy). Menurut Bloom perilaku individu
dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu:
1.
Ranah kognitif adalah ranah
yang membahas tujuan pembelajaran dengan proses mental yang berawal dari
tingkat pengetahuan ketingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Ranah kognitif
terdiri dari 6 tingkatan, yaitu:
-
Pengetahuan (knowledge),
merupakan kemampuan seseorang dalam menghafal atau mengingat kembali atau
mengulang kembali pengetahuan yang diterimanya. Contoh: Siswa dapat
menggambarkan satu buah segitiga sembarang.
-
Pemahaman (comprehension),
diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan,
atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah
diterimanya. Contoh: Siswa dapat menjelaskan kata-katanya sendiri tentang
perbedaan bangun geometri yang berdimensi dua dan berdimensi tiga.
-
Penerapan (application),
diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan
berbagai masalah yang timbul di kehidupan sehari-hari. Contoh: Siswa dapat
menghitung panjang sisi miring dari suatu segitiga siku-siku jika diketahui
sisi lainnya (Uno, 2008).
-
Analisis (analysis), diartikan
kemampuan menjabarkan atau menguraikan suatu konsep menjadi bagian-bagian yang
lebih rinci, memilah-milih, merinci, mengaitkan hasil rinciannya. Contoh:
Mahasiswa dapat menentukan hubungan berbagai variabel penelitian dalam mata
kuliah Metodologi Penelitian.
-
Sintetis (synthetis),
diartikan kemampuan menyatukan bagian-bagian secara terintegrasi menjadi suatu
bentuk tertentu yang semula belum ada. Contoh: Mahasiswa dapat menyusun rencana
atau usulan penelitian dalam bidang yang diminati pada mata kuliah Metodologi
Penelitian.
-
Evaluasi (evaluation),
diartikan kemampuan membuat penilaian judgment tentang nilai (value)
untuk maksud tertentu. Contoh: Mahasiswa dapat memperbaiki program-program
computer yang secara fisik tampak kurang baik dan kurang efisien pada mata
kuliah Algoritma dan pemrograman (Suparman, 2001).
2.
Ranah afektif adalah ranah yang
berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interest, apresiasi atau penghargaan dan
penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif ini ada 5, yaitu:
-
Kemauan menerima, berarti
keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu seperti
keinginan membaca buku, mendengar music, atau bergaul dengan orang yang
mempunyai ras berbeda.
-
Kemauan menanggapi, berarti
kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif kegiatan tertentu seperti
menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan, mengikuti diskusi kelas,
menyelesaikan tugas dilaboratorium atau menolong orang lain.
-
Berkeyakinan, berarti kemauan
menerima sistem nilai tertentu pada individu seperti menunjukkan kepercayaan
terhadap sesuatu, apresiasi atau penghargaan terhadap sesuatu, sikap ilmiah
atau kesungguhan untuk melakukan suatu kehidupan sosial.
-
Penerapan karya, berarti
penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada
suatu sistem nilai yang lebih tinggi, seperti menyadari pentingnya keselarasan
antara hak dan tanggung jawab, bertanggung jawab terhadap hal yang telah
dilakukan, memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
-
Ketekunan dan ketelitian,
berarti individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan
perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya, seperti bersikap
objektif terhadap segala hal.
3.
Ranah psikomotor berkaitan
dengan ketrampilan atau skill yang bersikap manual atau motorik. Tingkatan
psikomotor ini meliputi:
-
Persepsi, berkenaan dengan
penggunaan indra dalam melakukan kegiatan. Contoh: mengenal kerusakan mesin
dari suaranya yang sumbang.
-
Kesiapan melakukan suatu
kegiatan, berkenaan dengan melakukan sesuatu kegiatan atau set termasuk di
dalamnya metal set atau kesiapan mental, physical set (kesiapan fisik)
atau (emotional set) kesiapan emosi perasaan untuk melakukan suatu
tindakan.
-
Mekanisme, berkenaan dengan
penampilan respon yang sudah dipelajari dan menjadi kebiasan sehingga gerakan
yang ditampilkan menunjukkan kepada suatu kemahiran. Contoh: menulis halus,
menari, menata laboratorium dan menata kelas.
-
Respon terbimbing, berkenaan
dengan meniru (imitasi) atau mengikuti, mengulangi perbuatan yang diperintahkan
atau ditunjukkan oleh orang lain, melakukan kegiatan coba-coba (trial and
error).
-
Kemahiran, berkenaan dengan
penampilan gerakan motorik dengan ketrampilan penuh. Kemahiran yang
dipertunjukkan biasanya cepat, dengan hasil yang baik namun menggunakan sedikit
tenaga. Contoh: tampilan menyetir kendaran bermotor.
-
Adaptasi, berkenaan dengan
ketrampilan yang sudah berkembang pada diri individu sehingga yang bersangkutan
mampu memodifikasi pada pola gerakan sesuai dengan situasi dan kondisi
tertentu. Contoh: orang yang bermain tenis, pola-pola gerakan disesuaikan
dengan kebutuhan mematahkan permainan lawan.
-
Organisasi, berkenaan dengan
penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi atau masalah
tertentu, biasanya hal ini dapat dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai ketrampilan
tinggi, seperti menciptakan model pakaian, menciptakan tarian, komposisi music.
Cara Pencapaian Tujuan
Seperti yang telah dijelaskan bahwa
setiap tujuan mempunyai taksonominya sendiri-sendiri. Lebih lanjut dapt
dikenali bahwa setiap taksonomi merupakan kelas atau tingkat yang berjenjang
dari tingkat rendah sampai tingkat tinnggi. Konsekuensi dari adanya hal iini,
adalah diterimanya cara pencapaian tujuan cara berjenjang pula. Pencapaian
tujuan pada tingkat yang rendah diperlukan untuk pencapaian pada tingkat yang
lebih tinggi.
Untuk tujuan ranah kognitif urutan
pencapaiannya dimulai dari pengetahuan, pengertian, penggunaan analisis,
sitesis, dan svaluasi. Misalnya untuk tujuan ranah kognitif : “ siswa mampu
menerapkan sifat asosiatif pada operasi penjumlahan bilangan bulat”, maka siswa
terlebih dahulu harus mampu menjelaskan pengertian sifat asosiatif pada operasi
penjumlahan bilangan bulat.
Dari iliustrasi tersebut, dapat
dilihat bahwa sebelum bisa menerapkan (tingkat penggunan) sebelumnya siswa
harus mampu menjelaskan (tingkat pengertian dan sebelumnya lagi siswa harus
bisa menyebutkan (tingkat pengetahuan). Jelaslah bahwa pencapaian tujuan ranah
kognitif dilakukan dan terlaksana secara berjenjang.
Tujuan ranah afektif mempunyai
uruntan dimulai dari menerima dan diakhiri dengan ketekunan dan ketelitian.
Misalnya untuk ranah afektif :” siswa mampu mengenal tarian gaya Jawa Timuran”,
maka sebelumnya sisiwa telah mampu mendaftar gaya tarian yang dipentaskan dan
sebelumnya juga telah mampu mengamati gaya sebuah tarian.
Cara pencapaian tujuan psikomotor
juga sama dengan cara pencapaian tujuan kognitif dan afektif. Namun demikian,
memperoleh kemampuan psikomotor adalah persoalan individual dan bukanlah
persoalan kelompok. Oleh karena itu, mengkondisikan kegiatan pembelajaran
secara individual akan lebih menguntungkan untuk pencapaian tujuan
psikomotorik. Selain itu, cara pencapaian tujuan ranah psikomotorik bersifat
procedural.
PENUTUP
- Kesimpulan
Strategi pembelajaran merupakan suatu
rencana yang dilaksanakan pendidik (guru) untuk mengoptimalkan potensi peserta
didik agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mencapai hasil
yang diharapkan. Guru dalam memilih strategi pembelajaran tidak lepas dari
tujuan pembelajaran itu sendiri karena tujuan pembelajaran merupakan komponen
penting dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya
perubahan perilaku pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Taksonomi tujuan pembelajaran atau
ranah tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu ranah kognitif, rahah
afektif dan ranah psikomotorik. Cara pencapaian tujuan dilakukan secara
berjenjang sesuai dengan taksonominya sendiri-sendiri. Setiap ranah mempunyai
tingkatan-tingkatan tersendiri dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Moedjiono. 1991.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud
(http://arditeach.wordpress.com/2010/09/25/strategi-pembelajaran/)
diakses pada hari kamis, 18 November 2010 jam 14.00 WIB
(http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/definisi-strategi-pembelajaran.html)
diakse pada hari kamis, 18 November 2010 jam 14.05 WIB
(http://blog.unsri.ac.id/Agung/makalah/perumusan-tujuan-pembelajaran/mrdetail/11168/)diakses
pada hari kamis, 18 November 2010 jam 14.06 WIB
(http://dirgahayu.staff.uii.ac.id/2008/09/08/tujuan-pembelajaran/)
diakses pada hari kamis, 18 November 2010 jam 14.10 WIB
(http://nurulfikri.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=253:tujuan-pembelajaran-sebagai-komponen-penting-dalam-pembelajaran&catid=13:guru&Itemid=32)
diakses pada hari kamis, 18 November 2010 jam 14.15 WIB
(http://arditeach.wordpress.com/2010/09/25/strategi-pembelajaran/)
diakses pada hari kamis, 18 November 2010 jam 14.46 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar