BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan, berbagai upaya perlu kita lakukan. Salah satunya yaitu, upaya yang
dilakukan oleh seorang pendidik atau guru, bagaimana ia merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran di kelas, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara efektif dan efisien.
Seorang pendidik harus memiliki
pengetahuan dan pemahaman secara mendasar tentang pembelajaran, memiliki
wawasan yang luas tentang pendidikan atau pembelajaran, dan memiliki kemampuan
untuk melaksanakan proses belajar-mengajar di kelas secara baik, mampu
mendorong terjadinya proses belajar pada diri anak, serta mampu menciptakan
kondisi pembelajaran yang merangsang aktivitas mental dan pikiran anak didik.
Seiring dengan perkembangan zaman, dimana
perkembangan ilmu pengetahuan telah membuat kehidupan semakin kompleks, maka
pembelajaran sekarang tidak sesederhana
seperti pembelajaran di masa lalu.
Pendidik tidak hanya sekedar sebagai
penyebar informasi, namun juga sebagai pemegang peran ganda lainnya, yang
hendaknya didasari oleh rasa tanggung jawab secara professional.
Pembelajaran merupakan
perbuatan yang kompleks, yakni melibatkan banyak komponen dan faktor yang perlu
dipertimbangkan oleh seorang pendidik.
Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
perlu pertimbangan yang arif dan bijak, disesuaikan dengan kondisi yang
dihadapi, sehingga tepat dalam menetapkan dan memilih strategi pembelajaran,
yang akhirnya dapat mencapai tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Seorang pendidik atau guru dituntut untuk
dapat mendesain atau merancang pembelajaran di kelas secara tepat, agar
menghasilkan terjadinya proses belajar. Pendidik juga dituntut untuk mampu melakukan berbagai `jenis tindakan yang
menggambarkan peranannya dalam pembelajaran.
- Rumusan Masalah
- Apa faktor-faktor dalam pembelajaran?
- Apa pentingnya strategi pembelajaran?
- Apa kriteria penetapan dan pemilihan strategi pembelajaran?
- Bagaimana peran guru dalam penetapan dan pemilihan strategi pembelajaran?
- Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui faktor-faktor dalam pembelajaran.
- Untuk mengetahui pentingnya strategi dalam pembelajaran.
- Untuk mengetahui kriteria penetapan dan pemilhan strategi pembelajaran.
- Untuk mengetahui peran guru dalam penetapan dan pemilihan strategi pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor-Faktor Dalam Pembelajaran
Dalam pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran,
terdapat pembentuk-pembentuk variabel pembelajaran. Dalam pernyataan Hilda Taba,
tindakan pembelajaran banyak variabel, yaitu: guru, subject matter, siswa, proses belajar, dan susunan pelajaran.
Selanjutnya, variabel-varibel pembelajaran itu sendiri yang merupakan
pertimbangan utama dalam memilih dan mengembangkan suatu strategi pembelajaran.
Lawrence T. Alexander dan Robert H. Davis menyebutkan
ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran.
Faktor tersebut adalah
1)
Tujuan pembelajaran khusus,
Strategi kegiatan pembelajaran presentasi tepat apabila
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran aspek kognitif dan psikomotor,
tetapi tidak tepat untuk afektif. Tujuan pembelajaran afektif lebih tepat
menggunakan pola kegiatan interaktif. Tujuan-tujuan pembelajaran segi kognitif
tingkat rendah penggunaan metode pembelajaran yang bermacam-macam dapat
digunakan dengan hasil yang relatif sama, tetapi apabila tujuan pembelajaran
tingkat tinggi seperti mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah, teknik
diskusi, mengembangkan keterampilan berkomunikasi antar pribadi.
2)
Keadaan siswa (karakteristik
siswa),
Setiap guru harus menyadari adanya kenyataan bahwa
senantiasa terdapat perbedaan individual dikalangan siswa. Berbeda dalam
kemapuan belajar, cara belajar, latar belakang, pengalam dan kepribadian mereka.
3)
Sumber dan fasilitas untuk
melaksanakan dari suatu strategi tertentu, dan
Fasilitator menyangkut peralatan, ruangan. Strategi
pembelajaran sangat ditentukan oleh jenis dan jumlah sumber yang tersedia untuk
melaksanakan strategi secara efektif.
4)
Karakteristik tekhnik penyajian
tertentu.
Unsur pokok yang harus diketahui oleh guru adalah sifat
dan karakteristik masing-masing metode pembelajarn. Tentunya dapat dipahami
bahwa metode tersebut mempengaruhi pemilihan strategi, sebab realisasi
penggunaan karenanya adalah wajar untuk dapat menentukan pilihan tentang metode
tertentu untuk kegiaitanpembelajaran didahului dengan pemahaman tentang sifat
dan karakteristik metode-metode tersebut.
Raka Joni (1980) menyebutkan faktor-faktor penentu
aktualisasi pembelajaran dari strtegi pembelajaran. Untuk dapat mengelola dan
merancang strategi pembelajaran seorang guru hendaknya menngenal faktor-faktor
penentu kegiatan pembelajaran, faktor-faktor penentu tersebut adalah :
·
Karakteristik mata pelajaran
yang meliputi tujuan, isi pelajaran, urutan dan cara mempelajarinya.
·
Karakteristik siswa yang
mencakup karakteristik perilaku masukan kognitif dan efektif, usia, jenis
kelamin, dan lainnya.
·
Karakteristik ekonomi dan
administrasi pembelajaran mencakup kuantitas dan kualitas prasarana, alokasi
jam peretemuan dan jumlah siswa dalam kelas.
·
Karakteristik guru meliputi
filosofinya tentang pendidikan dan pembelajaran kompetensinya dalam teknik
pembeljaran, kebiasaan pengalam kependidikan dan lainnya.
B. Pentingnya Strategi Dalam
Pembelajaran.
Strategi pembelajaran memiliki
keterkaitan yang kuat dengan tujuan pembelajaran. Keterkaitan tersebut dapat dilihat dari gambaran perilaku maupun
kompetensi yang harus dimiliki oleh
siswa selama dan setelah jam pelajaran dengan cara yang harus ditempuh untuk
mencapai tujuan tersebut.
Misalnya, pada mata pelajaran IPS di
kelas 4 topik yang berkaitan dengan system
social, kemampuan dan tujuan yang ingin dicapai adalah mampu menganalisis
masyarakat sebagai sistem sosial. Berikut ini terlihat hubungan antara salah
satu tujuan pembelajaran khusus dengan strategi/metode pembelajaran yang
dianggap dapat mencapai tujuan ataupun membentuk kompetensi tersebut. Dengan
demikian alternatif metode mengajar untuk mencapai tujuan tersebut akan
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
Tujuan pembelajaran/
kompetensi
|
Alternatif kegiatan
|
Mampu
menjelaskan aturan yang berlaku di sekolah dan di rumah.
|
-
Siswa mendengarkan penjelasan
guru tentang aturan-aturan di sekolah dan di rumah.
-
Siswa melakukan Tanya jawab
dengan guru tentang aturan di sekolah dan di rumah.
|
Dalam kurikulum saat ini, strategi/
metode pembelajaran tidak di sajikan secara khusus artinya guru dapat memilih
sendiri metode pembelajaran mana yang dianggap sesuai dan efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran maupun pembentukan kemampuan siswa. Untuk
memudahkan pemilihan strategi /metode mengajar guru harus memahami tujuan
pembelajaran maupun kompetensi yang akan ditempuh sisiwa. Disamping itu guru
juga harus memahami karakteristik metode mengajar yang akan dipilih sekaligus
memahami dampak kemampuan dari metode tersebut.
Strategi/metode mengajar merupakan
salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran karena untuk
mencapai tujuan pembelajaran maupun dalam upaya membentuk kemampuan siswa
diperlukan adanya suatu metode yang efektif. Penggunaan strategi/metode
mengajar harus dapat menciptakan terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa
maupun antara siswa dengan guru sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan
secara maksimal.
Strategi/metode mengajar memiliki
fungsi sentral dalam pembelajaran yaitu sebagai alat dan cara untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
C. Kriteria penetapan dan
pemilhan strategi pembelajaran.
Strategi
pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih
strategi kegiatan belajar yang akan digunakan sepanjang proses pembelajaran.
Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi,
sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
1. Batasan Strategi, Metode,
dan Teknik Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa
istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung
untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan
pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik
pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini
akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan
kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Ø Pendekatan
Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred
approaches) menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct
instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.
Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
Ø Strategi
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning, dan (2) group-individual learning (Rowntree). Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa
dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut.
Sebagaimana yang dikutip oleh Wina, Roy Killen menyebutnya dengan strategi
pembelajaran langsung (direct instruction). Dikatakan strategi pembelajaran langsung karena dalam strategi ini,
materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa; siswa tidak dituntut untuk
mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh.
Dengan demikian,
dalam strategi ekspositori guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Berbeda
dengan strategi discovery. Dalam strategi ini bahan pelajaran dicari dan
ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru
lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya
yang demikian strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak
langsung. Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri.
Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan
oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta
bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi
pembelajaran ini adalah belajar melalui modul, atau belajar bahasa melalui
kaset audio.
Berbeda dengan
strategi pembelajaran individual, belajar kelompok dilakukan secara beregu.
Sekelompok siswa diajar oleh seorang guru atau beberapa orang guru. Bentuk
belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran
klasikal; atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil semacam buzz
group. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual.
Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat
terjadi siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang
mempunyai kemampuan biasa-biasa saja; sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan
kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.
Ditinjau dari cara
penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan
antara strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran induktif.
Strategi
pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan
mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan
ilustrasi-ilustrasi; atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal
yang abstrak, kemudian secara perlahan-lahan menuju hal yang konkrit. Strategi
ini disebut juga strategi pembelajaran dari umum ke khusus.
Sebaliknya, dengan
strategi induktif, pada strategi ini bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal
yang konkrit atu contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan
pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi ini kerap dinamakan strategi
pembelajaran dari khusus ke umum.
Ø Metode
Metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya:
1.
Ceramah
Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode
yang bervariasi. Ceramah yang dimaksud adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode
yang bervariasi. Ceramah yang dimaksud adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
2.
Diskusi Umum (Diskusi Kelas)
Metode ini bertujuan
untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/
pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran
(gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta
dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya.
pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran
(gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta
dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya.
3.
Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode curah
pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun
gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta.
Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi
(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada
penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.
Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat,
informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya
kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap)
untuk menjadi pembelajaran bersama.
gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta.
Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi
(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada
penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.
Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat,
informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya
kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap)
untuk menjadi pembelajaran bersama.
4.
Diskusi Kelompok
Tujuan penggunaan metode
ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu
rumusan terbaik mengenai suatu persoalan. Setelah diskusi kelompok, proses
dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk
diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok
yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.
5.
Bermain Peran (Role-Play)
Bermain peran pada
prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran peran yang ada dalam
dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam
kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian terhadap .
kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian terhadap .
6.
Simulasi
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk
mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun
fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam
kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di
dalam situasi yang sesungguhnya
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk
mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun
fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam
kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di
dalam situasi yang sesungguhnya
Ø Teknik
Teknik
pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode
ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan
penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang
siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal
ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama.
2.
Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari
pada berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi dan lingkungan yang
akan dihadapinya.
Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari:
Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari:
a.
rumusan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan
b.
analisis kebutuhan dan
karakteristik peserta didik yang dihasilkan,
c.
jenis materi pelajaran yang
akan dikomunikasikan.
Komponen strategi pembelajaran
i.
Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan
sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara keseluruhan memegang
peranan penting.
ii.
Penyampaian Informasi
Penyampaian
informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan paling penting dalam
proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen
dari strategi pembelajaran. Artinya tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang
menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam belajar maka kegiatan
penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti.
iii.
Partisipasi Peserta Didik
Berdasarkan prinsip
student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan
belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL (Student Active Learning) yang maknanya
adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih berhasil apabila peserta didik
secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan
tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.
iv.
Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui
(a) apakah tujan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan
(b) apakah pengetahuan, sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui
(a) apakah tujan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan
(b) apakah pengetahuan, sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.
v.
Kegiatan Lanjutan
Kegiatan yang
dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan yang telah dilakukan
seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Dalam kenyataannya, setiap
kali setelah tes dilakukan selalu saja terdapat peserta didik yang berhasil
dengan bagus atau di atas rata-rata :
a. hanya menguasai
sebagian atau cenderung di rata-rata tingkat penguasaan yang diharapkan dapat
dicapai
b. Peserta didik
seharusnya menerima tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekuensi dari hasil
belajar yang bervariasi tersebut.
Gerlach dan Ely
(1990, him 173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran yang akan
digambarkan melalui bagan berikut ini: pemilihan strategi pembelajaran yang
didasari pada prinsip efisiensi, efektivftas, dan keterlibatan peserta didik
1.
Efisiensi
Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
2.
Efektivitas
Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapajauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi strategi yang efektif.
Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapajauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi strategi yang efektif.
3.
Keterlibatan Peserta Didik
Pada dasamya keteriibatan peserta
didik dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat
membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran yang
besifat inkuiri pada umumnya dapat memberikan rangsangan belajar yang lebih
intensif dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang hanya bersifat
ekspositori.
3.
Strategi Kontekstual
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu
yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah
peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
Beberapa strategi pengajaran yang dapat dikembangkan oleh guru
melalui pembelajaran kontekstual, antara lain:
1.
Pembelajaran berbasis masalah
Sebelum memulai
proses belajar-mengajar di dalam kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk
mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian siswa diminta untuk
mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu, tugas guru adalah
merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas
guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan
mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka.
2.
Memanfaatkan lingkungan siswa
untuk memperoleh pengalaman belajar
Guru memberikan
penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan siswa antara lain
di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru
memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar di luar kelas. Misalnya, siswa
keluar dari ruang kelas dan berinteraksi langsung untuk melakukan wawancara.
Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang
dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan
siswa dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan
materi pembelajaran.
3.
Memberikan aktivitas kelompok
Aktivitas belajar
secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan
interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyusun kelompok
terdiri dari tiga, lima maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan
penugasan.
4.
Membuat aktivitas belajar
mandiri
Peserta didik
tersebut mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan sedikit
atau bahkan tanpa bantuan guru. Supaya dapat melakukannya, siswa harus lebih
memperhatikan bagaimana mereka memproses informasi, menerapkan strategi
pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh.
Pengalaman pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji-coba terlebih dahulu;
menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi; serta berusaha tanpa
meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri
(independent learning).
5.
Membuat aktivitas belajar bekerjasama
dengan masyarakat
Sekolah dapat
melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk
menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna memberikan pengalaman belajar
secara langsung dimana siswa dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan.
Selain itu, kerja sama juga dapat dilakukan dengan institusi atau perusahaan
tertentu untuk memberikan pengalaman kerja. Misalnya meminta siswa untuk magang
di tempat kerja.
6.
Menerapkan penilaian autentik
Dalam pembelajaran
kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi
akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan
tertentu. Menurut Johnson (2002: 165), penilaian autentik memberikan kesempatan
luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses
belajar-mengajar. Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru
adalah portfolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis.
D. Peran guru dalam penetapan
dan pemilihan strategi pembelajaran
Jasa guru dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik sangatlah besar.
Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk
kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM),
serta mensejahterakan masyarakat demi kemajuan bangsa dan negara. Salah satu
peran guru dalam pembelajaran yaitu dapat memposisikan sebagai orang tua,
teman, fasilitator, pengembang kreativitas anak, motivator, dan lain-lain.
1. Peran Guru dalam Memahami
Siswa sebagai Dasar Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses pengembangan
pribadi siswa, sehingga perkembangan siswa harus menjadi dasar bagi
pembelajaran. Aspek-aspek perkembangan siswa yang mencakup perkembangan fisik
dan motorik, kognitif, pribadi, dan sosial mempunyai implikasi penting bagi proses
pembelajaran. Implikasi itu menyangkut pengembangan isis dan strategi
pembelajaran, dan kerja sama sekolah dengan orang tua.
Proses pembelajaran di sekolah dasar harus
bersifat terpadu denagn perkembangan fisik kognitif, sosial, moral, dan
emosional. Pendidikan di sekolah dasar ini berorientasi kepada isi, artinya
menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan, yaitu materi pelajaran. Pendekatan
perkembangan dalam pembelajaran menekankan pada kepadanan kurikulum dan proses
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak. Konsep pendekatan
perkembangan ini ada dua dimensi, yaitu dimensi umum dan individual. Sisi
penting dari pendekatan perkembangan ini adalah pengetahuan tentang
faktor-faktor yang secara individu padan dengan anak tertentu di dalam kelas.
2. Peran Guru dalam
Pengembangan Rancangan Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan proses inkuiri dan reflektif, yang
menekankan pentingnya pengalaman dan penghayatan guru terhadap proses tersebut.
Inkuiri di dalam pembelajaran mengandung makna mempertanyakan, menjelajahi
lebih jauh dan memperluas pemahaman tentang situasi. Sedangkan refleksi
mengimplementasikan adanya dugaan, penilaian dalam pertimbangan faktor-faktor
signifikan untuk mencapai tujuan. Rancangan pembelajaran harus dikembangkan atas
dasar tujuan-tujuan instruksional yang berorientasi pada perkembangan siswa.
Perkembangan adalah tujuan pembelajaran, rancangan pembelajaran baik rancangan
jangka pendek maupun jangka panjang mencakaup komponen-komponen sebagai
berikut:
a.
Analisis kurikulum, yaitu
kegiatan untuk merumuskan rencana dan bahan ajar yang lebih bermakna dan sesuai
dengan perkembangan peserta didik.
b.
Tujuan pembelajaran; ada empat
tipe tujuan pembelajaran yaitu tujuan perilaku, tujuan pemecahan masalah,
tujuan ekspresif, dan tujuan afektif.
c.
Rencana kegiatan berisi
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
d.
Rencana evaluasi, terdiri dari
kegiatan evaluasi sumatif dan evaluasi formatif.
3. Peran Guru dalam
Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen Kelas
Pembelajaran yang
efektif terwujud dalam perubahan perilaku peserta didik baik sebagai dampak
instruksional maupun dampak pengiring. Proses pembelajaran berlangsung dalam
suatu adegan yang perlu ditata dan dikelola menjadi suatu lingkungan atau
kondisi belajar yang kondusif.
Pendekatan
pluralistic dalam manajemen kelas memadukan berbagai pendekatan, dan memandang
manajemen kelas sebagai seperangkat kegiatan untuk mengembangkan dan memelihara
lingkungan belajar yang efektif.
Masalah pengajaran
dan manajemen kelas adalah dua hal yang dapat dibedakan tetapi sulit
dipisahkan. Keduanya saling terkait, dimana manajemen kelas merupakan prasyarat
bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif. Lingkungan belajar
dikembangkan dan dipelihara dengan memperhatikan faktor keragaman dan perkembangan
peserta didik. Manajemen kelas dikembangkan melalui tahap-tahap perumusan
kondisi ideal, analisis kesenjangan, pemilihan strategi, dan penilaian
efektivitas strategi. Penataan lingkungan fisik kelas merupakan unsure penting
dalam manajemen kelas karena memberikan pengaruh pada perilaku guru dan peserta
didik.
4. Peran Guru dalam Evaluasi
Pembelajaran
Evaluasi adalah proses memeperoleh informasi
untuk membentuk judgement dalam pengambilan keputusan. Tahap-tahap evaluasi
terdiri dari tahap persiapan evaluasi, tahap memperoleh informasi yang
diperlukan, tahap membentuk judgement, dan tahap menggunakan judgement untuk
mengambil keputusan. Informasi yang diperlukan untuk kepentingan evaluasi
dijaring dengan teknik-teknik inkuiri, observasi, analisis, tes. Pemilihan
teknik yang digunakan didasarkan atas jenis informasi yang harus diungkap,
sehingga dalam suatu evaluasi bisa digunakan berbagai teknik sekaligus.
Pengolahan hasil pengukuran atas hasil belajar dimaksudkan untuk mengevaluasi
proses dan hasil belajar siswa.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Seorang pendidik adalah pemegang
kunci keberhasilan pembelajaran di kelasnya, karena pada dasarnya peserta didik
hanya menjalankan apa yang diperintahkan oleh pendidiknya, atau gurunya.
Maka seorang pendidik harus memiliki
kemampuan secara kompleks. Artinya, seorang guru tidak hanya dituntut untuk
bisa menguasai ilmu yang akan ditransferkan pada peserta didiknya, tetapi
seorang guru juga dituntut untuk memiliki kemampuan bagaimana ia bisa
membelajarkan peserta didiknya, mendorong peserta didiknya untuk bisa aktif melakukan pembelajaran, sehingga
seorang murid tidak hanya sebagai manusia kosong kecil yang dijejali berbagai
pengetahuan, tetapi tidak tahu untuk apa, dan apa gunanya pengetahuan itu ia
dapat.
Oleh karena itu, seorang pendidik
harus mampu menetapkan dan memilih
strategi pembelajaran secara tepat, yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi
pembelajaran yang sedang dihadapi dan dilaksanakan di kelasnya, sehingga rencana
pembelajaran tetap bisa dilaksanakan, dan mencapai tujuan pembelajaran bagi
peserta didiknya secara efektif dan efisien, dengan melibatkan secara aktif
peserta didiknya.
Daftar
Pustaka
Satori,
Djam’an, dkk. 2008. Profesi Keguruan.
Jakarta: Universitas Terbuka
Oke
BalasHapusSip mas
BalasHapus