BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang masalah
Ada beberapa
karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar
lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar(SD).
Seorang guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan
keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui
karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan juga
adalah kebutuhan peserta didik. pemahaman terhadap karakteristik peserta didik
dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk
menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam
memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.
Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah dan guru
seyogyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya dalam
rangka pencapaian perkembangan diri siswa.
Di samping
memperhatikan karakteristik anak, implikasi pendidikan dapat juga bertolak dari
kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan siswa SD dapat diidentifikasi dari
tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang
muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika
berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan
tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan
kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas maka penulis ingin mengetahui tentang :
1.
Bagaimana karakteristik anak usia SD?
2.
Bagaimana perkembangan anak usia SD?
C. Tujuan
makalah :
Tujuan pembuatan makalah ini untuk
mengetahui tentang :
1.
Pengertian Karasteristik siswa
2.
Perkembangan anak usia SD
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Karasteristik siswa
Karakter
menurut Puerwadarminta adalah watak, tabiat atau sifat-sifat kejiwaansedang
menurut IR Pedjawijatna mengemukakan karakter atau watak adalah seluruh aku
yang ternyata dalam tindakannya (insani). Dengan beberapa pengertian tersebut
dapat penulis katakan bahwa karakteristik siswa adalah merupakan semua watak
yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalah kehidupannya setiap saat.
Sehingga dengan demikian, karena watak dan perbuatan manusia yang tidak akan
lepas dari kondrat, dan sifat , serta bentuknya yang berbeda-beda, maka tidak
heran jika bentuk dan karakter siswa juga berbeda-beda. Adapun bentuk dan
karakter siswa SD khususnya adalah dapat di uraikan sebagai berikut.
a.
Bentuk –Bentuk karakteristik siswa SD
- Senang
bermain.
Karakteristik
ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan
permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru sd seyogiyanya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru
hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan
jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti
ipa, matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti
pendidikan jasmani, atau seni budaya dan keterampilan
- Senang
bergerak,
Orang dewasa
dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama
sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran
yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi
untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
- Anak
senang bekerja dalam kelompok.
Dari
pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam
proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar
setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar
menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat
(sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar
dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa
implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk
membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau
menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
4. Senang
merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.
Ditunjau dari
teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari
apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru
dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk
konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin,
moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran
akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi
contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang solat
jikalangsung dengan prakteknya
B. PERKEMBANGAN ANAK USIA SD
1.Pertumbuhan Fisik atau Jasmani
a)
Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain,
sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi
yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga
menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan
gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan
lain-lain.
b) Nutrisi dan kesehatan amat
mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan
pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya
anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan
orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan
perkembangan anak.
c) Olahraga juga merupakan faktor
penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak
aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat
mengganggu gerak dan kesehatan anak.
d) Orang tua harus selalu
memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering kali diderita anak, misalnya
bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh
karena itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain
kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap
hari sekalipun sederhana.
a)
Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor
utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan
orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang
dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif
dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.
b) Perkembangan emosional berbeda
satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan,
pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan
perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya,
etnik dan bangsa.
c) Perkembangan emosional juga dapat
dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor
eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang
tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak
dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan,
terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap
orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun
anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional
anak.
d) Perlakuan saudara serumah
(kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang
peranan penting pada perkembangan emosional anak.
e) Dalam mengatasi berbagai masalah
yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, biasanya orang tua
berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan
sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan
pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu
yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional
anak.
f) Stres juga dapat disebabkan oleh
penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua,
keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua
yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering
kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh
melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan,
penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama
anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.
Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 – 5 bulan. Orang tua yang
bijak selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang
sederhana sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan
bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan
pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang tua membimbing anaknya.
Fungsi
dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan, (b) sebagai
alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina hubungan sosial,
(d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e) untuk dapat mempengaruhi
pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
Potensi
anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a) kematangan alat
berbicara, (b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik untuk dicontoh oleh
anak, (d) kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk belajar dan berlatih dan (f)
bimbingan dari orang tua.
Di
samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat gangguan perkembangan
berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng, (b) anak sulit memahami isi
pembicaraan orang lain.
a)
Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan juga
harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat, dan
dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan keterampilan anak
dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak
apabila berbuat atau berperilaku yang positif.
b) Terdapat bermacam hadiah yang
sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang berupa materiil dan non materiil.
Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada kemudian hari anak
berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam masyarakat luas.
c) Fungsi hadiah bagi anak, antara
lain: (a) memiliki nilai pendidikan, (b) memberikan motivasi kepada anak, (c)
memperkuat perilaku dan (d) memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik
lagi.
d) Fungsi hukuman yang diberikan
kepada anak adalah: (a) fungsi restruktif, (b) fungsi pendidikan, (c) sebagai
penguat motivasi.
e) Syarat pemberian hukuman adalah:
(a) segera diberikan, (b) konsisten, (c) konstruktif, (d) impresional artinya
tidak ditujukan kepada pribadi anak melainkan kepada perbuatannya, (e) harus
disertai alasan, (f) sebagai alat kontrol diri, (g) diberikan pada tempat dan
waktu yang tepat.
BAB III
PENUTUP
Seorang guru
harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya,
maka sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Pemahaman
terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat
dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk
menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak itu sendiri. Secara ideal, dalam rangka pencapaian
perkembangan diri siswa, sekolah dan guru seyogiyanya dapat menyediakan dan
memenuhi berbagai kebutuhan siswanya dalam rangka pencapaian perkembangan diri
siswa. Sepeti Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis, Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman,
Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan, Pemenuhan Kebutuhan Harga
Diri , Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi Diri.
DAFTAR PUSTAKA
Izzaty, Rita Eka, dkk.2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press
LN, Syamsu
Yusuf.2004. Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Hawadi, Reni
Akbar. 2001. Psikologi Perkembangan Anak.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar