Kamis, 12 April 2012

PENILAIAN PORTOFOLIO


PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Untuk itu pemerintah dengan segala keterbatasannya sudah berusaha untuk memajukan pendidikan di Indonesia dengan berbagai cara. Salah satu yang sudah dilakukan pemerintah adalah penggatian kurikulum yang dinilai lebih sesuai. Dimana, jika dulu pemerintah menetapkan kurikulum 1994 dengan basis teori behavoristik yang berakibat pada teacher center pada model pembelajarannya, sekarang pemerintah sudah mempunyai paradigma baru yang dinilai lebih sesuai. Paradigma baru tersebut adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang lebih menekankan kepada eksplore potensi siswa. Kurikulum ini adalah lanjutan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi. KTSP berbasis pada teori konstruktivistik yang lebih mendalam bagi pengembangan kreativitas siswa dibanding dengan teori behavioristik.
Pada kurikulum KTSP yang telah ditetapkan ini, lebih menekankan adanya berbagai kreativitas guru dalam menyempurnakan pembelajaran. Pembelajaran di sekolah mencakup beberapa proses yaitu input, proses dan output. Dalam input diantaranya terdiri dari pengetahuan siswa. Pada proses diantaranya mencakup berbagai metode yang diterapkan oleh guru untuk menyampaikan materi. Sedangkan pada Output terdapat tahapan penilaian untuk mengetahui keberhasilan yang telah dicapai.
Penilaian adalah proses output yang sangat penting untuk mengukur keberhasilan tujuan yang telah diterapkan dalam kurikulum. Penilaian sendiri mempunyai berbagai metode yang dapat digunakan oleh guru. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai penilaian portofolio untuk menambah wawasan para calon pendidik yang nantinya dapat diterapkan dalam praktek di sekolah.


C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi calon pendidik tentang penilaian menggunakan portofolio. Yaitu agar para calon pendidik mengetahui pengertian penilaian portofolio, jenis-jenis penilaian portofolio, dan gambaran umum lainnya mengenai penilaian portofolio. Dimana diharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman bagi calon pendidik
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Portofolio

Istilah portofolio diambil dari bidang seni, yakni “istilah yang berarti suatu kumpulan karya sesuai maksud” (Stecher, dalam Fredman et al., 2001). Suatu portofolio, menurut Collins (dalam Collette & Chiappetta, 1994), adalah “suatu tempat yang berisi sekumpulan bukti dari
keterampilan, pengetahuan, minat, dan kecenderungan seseorang”. Bahan dalam portofolio tersebut digunakan untuk membuat keputusan tentang kualitas kinerja individu yang mengembangkan portofolio itu. Portofolio digunakan dalam berbagai bidang. Para artis mengembangkan portofolio kerja seni mereka. Mereka menyeleksi hasil kerja yang menunjukkan bukti-bukti kemampuan sebagai artis dan kualitas kerjanya. Fotografer juga menghasilkan portofolio dari foto-foto yang telah diambilnya. Mereka memasukkan foto-foto
yang memperlihatkan kualitas kerjanya.

Dalam ranah persekolahan, portofolio adalah koleksi yang sangat berguna tentang upaya,
kemajuan, dan kemampuan siswa dalam jangka waktu tertentu (Cherian & Mau, 2003). Sebuah portofolio adalah koleksi multidimensi dari infomasi yang dikumpulkan, yang memungkinkan guru dan siswa mengkonstruksi gambaran terorganisasi, proses, dan deskriptif tentang pembelajaran siswa (Farr, dalam Duffy et al., 1999). Sebagai sebuah bentuk asesmen, portofolio merupakan sebuah kumpulan seleksi dan sistematisasi karya siswa yang memperlihatkan ketuntasan atau pertumbuhan dalam area tertentu dalam jangka waktu tertentu (Jones, 2001). Koleksi tersebut dapat meliputi contoh-contoh karya, contoh hasil tulisan, karya seni, yang diseleksi berdasarkan pertimbangan siswa itu sendiri untuk menunjukkan tentang dirinya. Dengan portofolio, refleksi siswa sebagai swaasesmen dapat dijalankan dan dilakukan pengkaitan antara apa yang siswa pelajari dengan maknanya. Senada dengan pernyataan tersebut, di dalam Buku KTSP SMP (Depdiknas, 2006) dinyatakan bahwa asesmen portofolio merupakan penilaian melalui koleksi karya (hasil kerja) siswa yang sistematis, yakni: pengumpulan data melalui karya siswa, pengumpulan dan penilaian yang terus menerus, refleksi perkembangan berbagai kompetensi, memperlihatkan tingkat perkembangan kemajuan belajar siswa, bagian integral dari proses pembelajaran, untuk satu periode, dan tujuan diagnostik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebuah asesmen portofolio adalah koleksi kerja siswa yang menunjukkan
usaha, kemajuan, atau kemampuan siswa pada area yang ditentukan. Koleksi ini meliputi:
1) partisipasi siswa di dalam seleksi isi portofolio; 2) petunjuk bagaimana menyeleksinya; 3)
kriteria untuk penilaian; dan 4) bukti refleksi-diri siswa (sesuai dengan pendapat Meyer et al.,
dalam Reckase, 1995).

Dalam pembelajaran IPA, sebuah portofolio seharusnya memperlihatkan pertumbuhankemampuan siswa di dalam pepembelajaran IPA. Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja yang menyediakan bukti-bukti kompetensi siswa. Portofolio tersebut juga menunjukkan inisiatif, kemampuan dan keterampilan siswa. Menurut Collette dan Chiappetta (1994), agar koleksi hasil kerja siswa dapat disebut sebagai portofolio, diperlukan persyaratan sebagai berikut :
1) Sebuah portofolio seharusnya mengandung kerja orisinil siswa dalam periode tertentu.
2) Bahan dalam portofolio dapat juga termasuk bahan-bahan yang tidak dihasilkan oleh siswa, misalnya handout, LKS, catatan dosen, dan catatan laboratorium. Dokumen2 dokumen tersebut merupakan bukti-bukti berbagai aktivitas yang terjadi selama periode tertentu dalam pembelajaran IPA.
3) Koleksi hasil kerja dalam portofolio seharusnya memperlihatkan aspek-aspek yang berbeda dari kemampuan siswa. Koleksi tersebut menunjukkan bukti-bukti kemampuan dan kompetensi siswa di dalam satu atau lebih bidang. Koleksi tersebut seharusnya juga menyediakan contoh-contoh minat, kapabilitas, dan keterampilan siswa di dalam satu atau lebih bidang.
4) Sebuah portofolio seharusnya mengandung bahan-bahan yang menunjukkan bahwa siswa
telah menuntaskan aspek-aspek tertentu dalam pembelajaran, sebagai contoh menulis laporan, merancang eksperimen, menangani kerja proyek, atau mempresentasikan sesuatu topik IPA tertentu.
5) Sebuah portofolio seharusnya merupakan bukti kerja siswa sehingga dapat diases. Menurut Barton & Collins (dalam Surapranata dan Hatta, 2004), objek-objek portofolio dibedakan menjadi empat macam yaitu: hasil karya peserta didik atau artifak, reproduksi, pengesahan (attestation), dan produksi (production). Sedangkan menurut Rhoades & McCabe (dalam Maurer, 1996), terdapat 5 jenis model portofolio yakni portofolio kelompok, portofolio individu, portofolio karir, portofolio kelas, dan portofolio kualitas program.



B.     Pentingnya Portofolio

Penggunaan portofolio untuk asesmen siswa memungkinkan siswa dan guru menyelenggarakan proses pembelajaran melalui asesmen (Freidman et al., 2001). Dengan kata lain penggunaan portofolio akan menjadikan asesmen merupakan bagian tak terpisahkan
dari pembelajaran. Hal ini berimplikasi bahwa prosedur asesmen tidak hanya melalui pengukuran dan penguatan terhadap hasil belajar, akan tetapi lebih ke arah penguatan pengembangan strategi-strategi, sikap-sikap, keterampilan-keterampilan, dan proses kognitif
yang esensial untuk pembelajaran sepanjang hayat. Lebih lanjut Freidman et al. (2001)
memperinci manfaat portofolio, sebagai berikut:
1. Sumbangan portofolio terhadap asesmen
Sumbangan ini meliputi asesmen terhadap hasil pembelajaran, penyediaan bukti-bukti kinerja, penggambaran bukti-bukti yang dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu, kemajuan siswa sebagai hasil belajar, serta asesmen formatif dan sumatif.
2. Berfokus pada atribut-atribut kepribadian siswa
Manfaat dalam area ini misalnya menyediakan bukti-bukti personal dan profesional dalam pembelajaran siswa, menyediakan umpan balik terhadap nilai-nilai, perasaan, dan cara untuk penanganan sejumlah pengalaman yang signifikan terhadap kepribadiannya.
3. Menguatkan hubungan antara guru dan siswa
Memungkinkan adanya dialog antar siswa dan dengan guru, mengingatkan siswa bahwa pembelajaran adalah proses dua arah, cerminan kerja siswa dan guru, meningkatkan harapan guru terhadap kemampuan berpikir dan pemecahan masalah siswanya.
4. Merangsang penggunaan strategi-strategi reflektif
Memfasilitasi penggunaan pengalaman masa lalu untuk pembelajaran dan mengenali kemajuan, merangsang penggunaan keterampilan reflektif, menggunakan strategi-strategi analisis dalam proses metakognitif, dan memungkinkan guru untuk memisahkan kualitas bukti dari kemampuan siswa dalam merefleksikan bukti tersebut.
5. Meluaskan pemahaman terhadap kompetensi profesional
Persepsi siwa dan interpretasinya terhadap pengalamannya akan menumbuhkan pemahaman siswa terhadap pertumbuhan profesional. Oleh karena itu, portofolio sangat bernilai untuk siswa.
Hal lain yang bernilai adalah bahwa portofolio itu “nyata” (tangible), sehingga merupakan sarana efektif untuk berkomunikasi dengan siswa, orang tua, guru lain, dan kepala sekolah tentang kemajuan siswa (Jones, 2001).

C.    Jenis Portofolio

Portofolio yang berbeda-beda jenisnya dihasilkan dari dan untuk memenuhi maksud dan konteks pendidikan. Tidak ada satu ‘portofolio”; terdapat berbagai portofolio (Foster and Masetr, dalam Klenowski, 2002). Berdasarkan tujuan asesmen portofolio, menurut Klenowski (2002) portofolio dapat dibagi menjadi: 1) portofolio untuk tujuan sumatif, 2) portofolio untuk sertifikasi dan seleksi, 3) portofolio untuk tujuan penilaian dan promosi, 4) portofolio untuk mendukung pembelajaran dan pengajaran, 5) portofolio untuk tujuan pengembangan profesional.

Menurut Duffy (1999), terdapat empat jenis atau tingkatan portofolio berdasarkan tanggung jawab siswa terhadap kerjanya dan bagaimana guru membantu siswanya:
                                                      
1. Portofolio Semua Hal (The Everything Portfolio)
Portofolio semua hal (atau portofolio perkembangan) merupakan suatu kumpulan karya
siswa melintasi berbagai variasi siswa, kelas, semester, atau tahun. Portofolio ini berisi
karya siswa, baik selama proses maupun draft final. Seleksi karya dalam portofolio jenis
ini bukan merupakan tujuan utama. Guru menggunakan portofolio jenis ini untuk
mengevaluasi kemajuan siswa. Guru dapat menggunakan informasi dalam portofolio
jenis ini untuk sebagai bahan pertemuan antara guru, siswa, dan orang tua atau antara
guru dengan siswa. Secara umum, portofolio ini dievaluasi sebagai contoh karya siswa
dalam berbagai tingkat pencapaian kompetensi, jadi cenderung sumatif.
2. Portofolio Produk (The Product Portfolio)
Di dalam portofolio produk, guru menyediakan daftar isi suatu topik atau produk. Siswa
memasukkan contoh-contoh karyanya dalam area daftar isi tersebut. Portofolio ini
menjadi semacam ceklis kompetensi. Guru merumuskan topik penting untuk dipelajari,
dan siswa menyelesaikan tugas-tugasnya untuk menuntaskan topik tersebut, dan
dibuktikan oleh terpenuhinya daftar isi seputar topik itu dengan karya siswa. Evaluasi
portofolio ini berupa pertemuan antara guru dan siswa, dan selama pertemuan guru dapat
memberikan umpan balik sumatif, namun umpan balik ini sebagai informasi formatif
bagi siswa. Guru memilih karya terbaik siswa, dan menjelaskan mengapa itu merupakan
karya terbaiknya. Informasi dari penjelasan guru ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk
mengembangkan portofolio selanjutnya.
3. Portofolio “Pameran” (The Showcase Portfolio)
Di dalam portofolio “pameran” atau protofolio contoh, guru menyediakan daftar isi suatu
topik, dan siswa mengevaluasi elemen-elemen untuk portofolionya dan memberikan
alasan rasional untuk tiap seleksinya. Siswa diingatkan untuk tidak sekedar memasukkan
karya yang dinilai baik oleh guru, akan tetapi harus pula mempertimbangkan audien dan
tujuan portofolio itu. Di dalam evaluasi portofolio, guru melakukan pertemuan dengan
siswa, dan guru memberikan umpan balik sumatif terhadap produk siswa serta umpan
balik formatif tentang alasan siswa selama proses seleksi karyanya.
4. Portofolio Tujuan (The Objective Portfolio)
Tingkat terakhir adalah portofolio tujuan. Di dalam portofolio jenis ini, guru merumuskan
daftar tujuan atau pernyataan tentang kualitas kinerja. Siswa menyeleksi dari kumpulan
karyanya untuk mempertemukan karya terbaiknya dengan tujuan tersebut. Portofolio
jenis ini sebaiknya tidak dibatasi pada karya tertulis saja, akan tetapi segala artifak dan
kinerja siswa (misalnya dalam berbagai berbagai format media) yang berkaitan dengan
tujuan atau kualitas kinerja yang diminta. Portofolio jenis ini membutuhkan kemampuan
siswa dalam menganalisis tujuan, mereviu kemungkinan karya, menyeleksi contoh
terbaik dari keterampilan yang diminta dalam tujuan, serta memberikan alasan seleksi
karyanya. Untuk setiap tujuan yang telah dituntaskan, guru memberikan umpan balik
kualitatif individual. Untuk tujuan yang belum dituntaskan, guru memberikan umpan
balik formatif yang memungkinkan siswa mendapatkan pemahaman yang lebih baik
tentang tujuan tersebut.

D.    Penerapan Asesmen Portofolio

Portofolio haruslah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. Menurut
Gronlund (2003) pertimbangan utama dalam perencanaan pengembangan portofolio adalah
tujuan portofolio, jenis-jenis bukti yang dimasukkan, petunjuk untuk menyeleksi dan
mengevaluasi isi, merawat dan menggunakan portofolio, serta mengevaluasi portofolio.
Dalam mengevaluasi kinerja siswa secara keseluruhan yang tercermin dalam portofolio,
dapat disusun kriteria umum untuk mengevaluasi struktur portofolio, tingkat kemajuan siswa,
serta rubrik skor keseluruhan. Secara lebih operasional Cooper (dalam Sweat-Guy &
Buzzetto-More, 2006) mengidentifikasi enam langkah apabila hendak melakukan asesmen
portofolio: mengidentifikasikan ruang lingkup keterampilan, mendesain hasil belajar yang
dapat diukur, mengidentifikasikan strategi pembelajaran, mengidentifikasikan indikator
kinerja, mengumpulkan bukti, dan penilaian. Walaupun tampak operasional, pernyataan
Cooper ini lebih mengarah kepada langkah-langkah asesmen kinerja secara umum.
Klenowski (2002) merumuskan langkah-langkah pengembangan asesmen portofolio,
yang ia bagi menjadi tiga fase, sebagai berikut:
1. Fase satu: Konseptualisasi portofolio
Fase ini meliputi pemahaman asesmen perkembangan, kontinum perkembangan, peta
kemajuan, dan acuan patokan. Kemampuan untuk mengembangkan dokumen portofolio
memerlukan waktu dan ditunjukkan oleh akumulasi koleksi karya. Maksud asesmen
perkembangan adalah untuk menilai pencapaian siswa dalam peta kemajuan, kontium
perkembangan, atau seperangkat deskriptor kemajuan untuk mengidentifikasikan
pengalaman belajar yang sesuai dan memonitor belajar siswa. Kegiatan ini di dalam
“ranah KTSP” mirip dengan merumuskan pengalaman belajar dan indikator dari suatu
level Kompetensi Dasar (KD).
2. Fase dua: Pengembangan portofolio
Kegiatan dalam fase ini meliputi asesmen formatif, umpan balik, asesmen kinerja, dan
memantapkan validitas. Asesmen formatif terjadi pada selama proses dan ditujukan untuk
meningkatkan pembelajaran siswa. Proses kompleks ini cenderung berpusat pada guru,
dengan guru berperan memberikan umpan balik pada aspek-aspek spesifik yang
ditujukan untuk membantu siswa memperbaiki kinerjanya. Asesmen kinerja dapat
menjadi bagian integral dari karya portofolio. Validitas portofolio akan dibahas dalam
subbab tersendiri.
3. Fase tiga: Penilaian portofolio
Kegiatan dalam fase ini meliputi memastikan reliabilitas, standar, asesmen sumatif, dan
asesmen holistik. Hal yang berkaitan dengan reliabilitas dibahas dalam subbab tersendiri.
Asesmen sumatif berimplikasi pada peninjauan kinerja yang telah lalu. Di dalam
portofolio, asesmen sumatif ditujukan untuk menentukan karya siswa dibandingkan
dengan kriteria target.

F. Isu-isu Teknis tentang Portofolio

1. Validitas Portofolio
Validitas dalam asesmen portofolio mengacu kepada bukti yang tersedia untuk
interpretasi asesmen dan konsekuensi potensial dalam pemanfaatan asesmen (Klenowski,
2002). Semua asesmen pada dasarnya berdasarkan sampling perilaku atau kinerja yang
digunakan untuk generalisasi ke ‘semesta perilaku’ (Nuttal, dalam Klenowski, 2002).
Sampling perilaku ini pada akhirnya bergantung pada asesor/guru, sehingga hal ini
menjadi titik kritis validitas asesmen, termasuk asesmen portofolio. Dikaitkan dengan
istilah-istilah validitas yang umum, Nitko (dalam Klenowski, 2002) menyatakan sebagai
berikut:
a. Validitas isi di dalam portofolio antara lain ditunjukkan apakah karya di dalam
portofolio searah dengan tujuan pembelajaran.
b. Validitas konstruk di dalam portofolio antara lain ditunjukkan, apakah karya di dalam
portofolio mencerminkan keterampilan yang sesuai dengan konstruk keterampilan.
(Sebagai contoh, keterampilan pemecahan masalah memiliki konstruk yang berbeda
dengan keterampilan komunikasi).
c. Validitas kriteria menunjukkan seberapa baik korelasi atau prediksi pengukuran
kriteria eksternal dengan fokus asesmen.
Friedman et al. (2001) menyatakan bahwa kekuatan asesmen portofolio adalah asesmen
portofolio memiliki kekuatan validitas prediktif, yakni menunjukkan kekuatan untuk
memprediksi kinerja atau profesionalitas selanjutnya.

2. Reliabilitas Portofolio
Esensi dari reliabilitas portofolio adalah apakah hasil asesmen dari portofolio serupa
masih sama jika dilakukan oleh dua orang asesor? Garret et al. (2003), setelah
menganalisis bahwa berbagai penelitian yang ada masih memfokuskan pada bagaimana
menerapkan asesmen alternatif dan dampak asesmen alternatif, merumuskan dasar
metodologi untuk proses establishing dan refining sistem penskoran asesmen alternatif
untuk skala luas, dengan memfokuskan pada reliabilitas asesmen portofolio. Garret et al.
(2003) merumuskan enam kriteria untuk penskoran portofolio yang reliabel, yakni:
1) Penskoran harus terjadi pada kondisi yang sama.
2) Kriteria yang spesifik, dibuktikan oleh rubrik penskoran, harus dipahami dan
digunakan.
3) Contoh-contoh (eksemplar) harus tersedia untuk tiap tingkat skala penskoran.
4) Pengecekan berkala untuk reliabilitas harus dilakukan.
5) Penilaian multipel harus digunakan dalam penskoran
6) Pencatatan akurat dan evaluasi proses harus dilakukan untuk memonitor hasilhasilnya.


G. Portofolio Elektronik (e-Portfolio)

Portofolio elektronik, selanjutnya disingkat e-portofolio, adalah koleksi digital artifakartifak
yang merepresentasikan indivisual, kelompok, komunitas, organisasi, atau institusi
(Lorenzo & Ittelson, 2005). Koleksi ini dapat diletakkan pada media cakram padat (CD atau
DVD) maupun web. Pada saat ini World Wide Web (WWW) telah mempermudah berbagai
pekerjaan, termasuk dalam pendidikan. Hypertext markup language (HTML) menyokong
hyperlinking, termasuk membuat bentuk web. Bentuk web mudah dibuat, diedit, disimpan,
dan ditayangkan. Web dapat menyokong pembelajaran dengan berbagai macam cara. Bentuk
web dapat meniadakan kertas dalam asesmen tertulis. Web memungkinkan karya siswa
tersedia untuk setiap orang di dalam komunitas pembelajarannya, baik siswa yang lain, guru,
orang tua, maupun administrator, menyediakan sarana bagi guru atau siswa yang alain untuk
mengomentari karya seorang siswa. Dengan menggunakan bentuk web, siswa dapat
mengkompilasi karya-karyanya yang terus berkembang dan kemampuan bentuk web untuk
hal tanpa batas. Suatu koleksi karya siswa ini akan menunjukkan upaya, kemajuan, dan
kemampuan siswa, dan ini merupakan portofolio siswa. Dengan demikian, bentuk web dapat
digunakan untuk mengoleksi portofolio oleh (maha)siswa, dan dengan mudah dapat diakses
oleh (maha)siswa lain, guru/dosen, orang tua, dan berbagai pihak lain. Portofolio dalam
bentuk web ini selanjutnya disebut portofolio elektronik, disingkat e-portofolio.
Menurut University of British, e-portofolio merupakan koleksi berbasis web dan bersifat
personal dari kerja, tanggapan terhadap kerja, dan merefleksikan penggunaan keterampilan
kunci dan prestasi untuk berbagai konteks dan periode. Di dalam e-portofolio, maha(siswa)
mengkoleksi, menseleksi, dan merefleksi (collect, select, and reflect) pembelajarannya di
dalam dan di luar kelas (Lakin, et al., 2003). E-Portofolio memberikan tambahan kuat dalam
asesmen karena menyediakan nilai tambah dan memperkaya siswa. Melalui e-portofolio,
tanggungjawab pembelajaran dikomunikasikan kepada siswa dan menjadikan pembelajaran
berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hewet (dalam Leah & Sharon, 2006),
bahwa e-portofolio membuat siswa merasa memiliki dan bertanggungjawab terhadap
pembelajarannya.
E-portofolio memerlukan sistem yang harus dikembangkan lebih dahulu, selanjutnya
(maha)siswa dapat mengakses template e-portofolio untuk diisi dengan karya-karyanya.
Sistem e-portofolio dapat didesain sesuai penjelasan Love & Cooper (dalam Sweat-Guy &
Buzzetto-More, 2006), yakni sistem e-portofolio haruslah menekankan pada tujuan
pembelajaran daripada isu-isu teknis, sehingga e-portofolio seyogyanya mengandung
template-template yang memudahkan siswa membangun portofolio sesuai dengan bahannya
dan memungkinkan siswa memberi komentar yang memberikan arah bahwa e-portofolio
sebagai metadokumentasi. Sedangkan menurut Darren (2003), terdapat lima elemen yang
harus diperhatikan dalam mendesain sistem e-portofolio, yakni desain, semantik, pembuatan
(factoring), komunitas, dan desentralisasi.
Salah satu sistem e-portofolio yang telah dikembangkan dan diteliti adalah StoneSoup
oleh Robin (2006). StoneSoup merupakan sistem aplikasi portofolio yang memfokuskan
pada proses belajar siswa, dengan area yang diteliti berupa bentuk web yang memungkinkan
siswa untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang telah mereka pelajari, digunakan sebagai
jembatan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa. Terdapat empat kategori standar
(yang dapat diubah oleh guru sesuai kebutuhan) dalam StoneSoup.
Keunggulan e-portofolio dibandingkan dengan portofolio tradisional berbasis kertas
menurut Beetham (dalam Orsini-Jones dan De, 2007) adalah:
1) Sistem berbasis kertas tidak dapat mengakomodasi peningkatan jangkauan asesmen
dan tidak fleksibel.
2) Pada saat ini umumnya perguruan tinggi telah memanfaatkan eLearning secara
ekstensif.
3) E-Portofolio dengan mudah mempublikasikan dalam bentuk web dan secara
profesional dapat ‘dilihat dan dirasakan’.
4) E-portofolio merupakan platform yang dapat digunakan untuk lintas keseluruhan
kurikulum.
5) E-portofolio umumnya dirancang untuk mendukung Perencanaan Pengembangan
Personal dan meningkatkan praktik keterampilan reflektif dan mandiri (kunci sukses
di dalam dunia akademik dan profesional).
6) E-portofolio berpusat pada pengguna, yakni pebelajar yang memiliki pilihan terhadap
siapa yang ‘dimungkinkan’ masuk ke dalam lingkungannya.
7) E-portofolio memungkinkan adanya sharing dengan sejumlah antar-muka (interface).
E-Portofolio membuat siswa melakukan refleksi diri dengan menyediakan beragam
fitur untuk mengekspresikan pengalaman belajarnya, dan merupakan bentuk asesmen yang
efektif untuk mendorong siswa dan dosen mengases keterampilan-keterampilan yang tidak
dapat diases oleh asesmen tradisional, misalnya berpikir tingkat tinggi, berkomunikasi, dan
berkolaborasi (Sweat-Guy & Buzzetto-More, 2006). Pernyataan ini mengindikasikan bahwa
asesmen e-portofolio dapat digunakan untuk mendorong dan merefleksi diri pertumbuhan
keterampilan generik pada siswa.
Penelitian Bhattacharya et al. (2007) menunjukkan adanya manfaat e-portofolio
terhadap siswa, guru, administrator, dan sumber daya manusia lain untuk keperluan
pembelajaran, asesmen, dan tenaga kerja. Akan tetapi, diperlukan kehati-hatian dalam
mengkaji basis teori tentang konsep e-portofolio sebelum mengimplementasikannya.
Penelitian Cranney et al. (2005) menunjukan bahwa dengan mengikutkan e-portofolio ke
dalam kurikulum dan menyediakan struktur pengembangan e-portofolio yang spesifik dalam
perkuliahan, terdapat peningkatan kepedulian terhadap tingkat kemampuan pada diri siswa
dan siswa terdorong untuk mengembangkan lebih lanjut kemampuannya. Hal ini
mengindikasikan bahwa asesmen portofolio dapat mendorong pertumbuhan kesadaran dan
motivasi untuk berkembang, yang merupakan salah satu atribut keterampilan generik, yang
memberi peluang perlu ditelitinya pemanfaatan sistem asesmen e-portofolio untuk
menumbuhkan berbagai keterampilan generik yang lain.
Penelitian Oliver et al. (1999) menemukan bahwa keterampilan generik dapat
dikembangkan dalam lingkungan pembelajaran berbasis-web. Temuan ini mengindikasikan
fungsi web dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan keterampilan generik, dalam hal ini
web dimanfaatkan untuk membangun sistem asesmen e-portofolio untuk menumbuhkan
keterampilan generik.

H. Kekurangan dan Kelebihan Portofolio

Konteks asesmen berkenaan dengan portofolio (Stiggins, 1994: 422):
Tujuan: dokumen peningkatan/kemajuan siswa selama satu satuan waktu.
Hakekat hasil belajar: pengetahuan, penalaran, keterampilan, produk, dan/atau afektif perlu dinyatakan dalam portofolio yang mengarahkan siswa untuk
mengumpulkan sampel pekerjaannya.
Fokus bukti: menunjukkan perubahan performan/kinerja siswa dari waktu ke
waktu atau status dalam satu aspek tertentu pada waktunya.
Rentang waktu: Apabila kemajuan siswa menjadi fokus, perlu ada pembatasan waktu (satu bulan, satu semester).
Hakekat bukti: Jenis bukti apa yang akan digunakan untuk menunjukkan
kemampuan siswa (tes, sampel pekerjaan, hasil observasi).


- Kelebihan portofolio :

(a) memungkinkan pendidik mengaseskemampuan siswa untuk membuat, menulis, menghasilkan berbagai tipe tugas akademik;
(b) memungkinkan guru menilai keterampilan atau kecakapan siswa;
(c) mendorong kolaborasi (komunikasi dan hubungan) antara siswa dan guru;
(d) memungkinkan guru mengintervensi proses dan menentukan di mana dan bilamana guru perlu membantu.

- Kelemahan Portofolio :
a. memerlukan waktu yang relatif panjang dan segera
b. guru harus tekun, sabar, dan terampil
c. tidak ada kriteria yang standar

 Walaupun tidak adanya kriteria yang standar dalam asesmen portofolio, tetapi ada komposisi tertentu yang menjadi kuncinya, terutama untuk asesmen portofolio di dalam kelas (Popham, 1995). Guru perlu meyakinkan dirinya bahwa siswa memiliki portofolionya sendiri. Guru juga perlu menentukan jenis sampel karya yang akan dikumpulkan. Setelah terkumpul sampel karya siswa perlu disimpan di tempat yang khusus. Selanjutnya guru bersama siswa memilih kriteria untuk menilai sampel karya portofolio. Dalam penilaian hendaknya diutamakan siswa yang menilai karya mereka sendiri secara sinambung. Yang tidak kalah pentingnya adalah menjadwal dan melaksanakan kegiatan seminar. Terakhir, sebaiknya orangtua siswa dilibatkan dalam proses asesmen portofolio.

Dalam penggunaan portofolio hendaknya dipertimbangkan beberapa hal :
Pertama, hargai kepemilikan siswa terhadap hasil karyanya.
Kedua, siswa (secara perorangan) serta guru bersama-sama memilih sampel karya siswa dalam konteks kelas yang mendukung minat siswa, pengambilan keputusan dan kolaborasi.
Ketiga, undanglah orangtua untuk terlibat dalam proses portofolio, atau tetap adakan kontak dengan mereka tentang kegiatan-kegiatan yang sedang dan telahberlangsung dalam proses portofolio melalui buletin atau berita sekolah.
Keempat, upayakan ada kegiatan diskusi untuk memantapkan tampilan portofolio, dengan cara memberikan masukan yang sifatnya memberi saran, bukan menilai, dalam hal menemukan atau memunculkan keunikan atau keunggulan karya mereka.
Kelima, diskusikan unsur-unsur lain yang mungkin ditampilkan dari karya mereka agar mereka yakin bahwa karya mereka layak untuk ditampilkan secara bertanggungjawab dan membanggakan.
Keenam, hendaknya siswa dibantu dalam memilih karya mereka untuk dipamerkan. Ketujuh, mintalah siswa untuk memberikan alasan mengapa mereka
memilih karya tertentu mereka untuk dipamerkan atau ditayangkan dengan cara
menuliskannya dalam kartu-kartu laporan secara teratur (periodik) untuk dapat dirujuk apabila akan diperbaharui atau direvisi.
Kedelapan, adakan waktu untuk mereviu portofolio oleh gurur sendiri, catat kekuatan dari masing-masing portofolio.
Kesembilan, perbaharui portofolio yang ada secara berkala, siswa dilibatkan untuk membandingkan, menganalisis, dan memilih dengan berhati-hati dan berdasarkan pertimbangan yang dapat dipertanggung-jawabkan.
Kesepuluh, siswa mendapat kesempatan untuk mendiskusikan dengan siswa lainnya dalam pertemuan yang dijadwal, atau bahkan digelar dalam forum yang lebih luas (pameran).
            Terakhir, gunakan portofolio dalam diskusi bersama orangtua, dan pihak pengambil keputusan tentang kemajuan dan perkembangan potensi siswa.

Dengan segala keunggulan dan keterbatasannya asesmen portofolio dapat
diberdayakan sebagai alternatif untuk mengases kemajuan siswa dalam beberapa aspek, bukan hanya aspek pengetahuan atau penguasaan materi pelajaran. Selain itu asesmen portofolio merupakan bagian yang terpadu dari pembelajaran, tidak terpisah. Salah satu keunggulan asesmen portofolio yang sangat potensial untuk diterapkan dalam pembelajaran (IPA) di SD adalah "self assessment". Melalui program yang direncanakan dengan baik guru mengembangkan kemampuan mereka untuk mengases kemajuan mereka sendiri. Dengan demikian mereka dapat menggunakan kemampuan  mereka untuk memperbaharui penguasaan materi dan kemampuan mereka dengan mereka sendiri aktif mencari dari berbagai sumber. Kemampuan ini sangat penting untuk dikembangkan baik bagi mereka sendiri maupun bagi kepentingan siswa yang menjadi tanggung jawab mereka.  Dengan menggunakan asesmen portofolio, guru sebagai fasilitator juga akan termotivasi untuk terus secara aktif meng"update" dan meng"upgrade" kemampuannya, karena asesmen portofolio memang sudah sejak beberapa tahun terakhir ini dianjurkan dengan sangat untuk diterapkan di sekolah dasar. Apabila guru dituntut untuk dapat menerapkan pembelajaran portofolio (yang melibatkan asesmen portofolio) dan menerapkan asesmen portofolio, maka sudah sepatutnya mereka memberdayakan diri untuk memberi contoh pada mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab mereka. Pelajaran IPA sangat memungkinkan guru SD untuk memberdayakan kemampuan dan potensi siswa untuk mengungkap gejala alam yang diobservasi melalui berbagai bentuk asesmen. Pelajaran IPA sangat memungkinkan guru SD untuk memberdayakan kemampuan dan potensi siswa untuk mengungkap gejala alam yang diobservasi melalui berbagai bentuk asesmen. Selanjutnya untuk mempertahankan kondisi belajar peserta didik agar mereka terdorong untuk mau belajar, perlu diperhatikan adanya kondidsi eksternal dan kondisi internal yang akan mempengaruhi prroses belajar. Selain itu peserta didik perlu diberi kesempatan untuk beraktivitas atau belajar dengan cara melakukan tugas-tugasnya (learning by doing) melalui tugas-tugas yang relevan dengan tujuan belajarnya.














PENUTUP

A. KESIMPULAN
Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja yang menyediakan bukti-bukti kompetensi siswa. Portofolio juga menunjukkan inisiatif, kemampuan dan keterampilan siswa. Penilaian portofolio ada bermacam-macam, diantaranya yaitu :

1. Portofolio Semua Hal (The Everything Portfolio)
2. Portofolio Produk (The Product Portfolio)
3. Portofolio “Pameran” (The Showcase Portfolio)
4. Portofolio Tujuan (The Objective Portfolio)

Penggunaan portofolio untuk asesmen siswa memungkinkan siswa dan guru menyelenggarakan proses pembelajaran melalui asesmen. Dengan kata lain penggunaan portofolio akan menjadikan asesmen merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran. Hal ini berimplikasi bahwa prosedur asesmen tidak hanya melalui pengukuran dan penguatan terhadap hasil belajar, akan tetapi lebih ke arah penguatan pengembangan strategi-strategi, sikap-sikap, keterampilan-keterampilan, dan proses kognitif yang esensial untuk pembelajaran sepanjang hayat.

B.SARAN
1.      Sebaiknya calon peserta didik memahami salah satu model asesmen ini  agar dapat menerapkannya pada kehidupan nyata.
2.      Sebaiknya para calon pendidik benar-benar merealisasikan pemahaman tentang penilaian portofolio ini jika sudah menjadi guru.
3.      Guru dapat menjadikan makalah in sebagai referensi metode penilalian portofolio.





DAFTAR PUSTAKA

          Nuryani Y. Rustaman & Andrian Rustaman. Asesmen Portofolio dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. www.upi.ac.id.Diakses tanggal 27 Oktober 2010

Wahono Widodoh. Asesmen Portofolio.ttp://vahonov.files.wordpress.com/2009/07
/asesmen-portofolio.pdf. Diakses tanggal 28 Oktober 2010
            Yulian Nurani Sujiono.2010.Mengajar dengan Portofolio.Jakarta:PT Indeks

         

1 komentar:

  1. Makasih ini sangat bermanfaat, terutama bagi sekolah yang mau akreditasi. Kebetulan sekolah saya mau akreditasi.

    BalasHapus