BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembaharuan pendidikan dan pembelajaran
selalu dilaksanakan dari waktu ke waktu dan tidak pernah berhenti. Pendidikan
dan pembelajaran berbasis kompetensi merupakan contoh hasil perubahan yang
dimaksud dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
Istilah belajar dan pembelajaran
merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran
sesungguhnnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau
memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk itu harus dipahami bagaimana
siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika guru dapat memahami
proses pemerolehan pengetahuan, maka guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran
yang tepat bagi siswanya.
Dalam proses pendidikan di sekolah tugas
utama guru adalah mengajar sedangkan tugas utama setiap siswa adalah belajar.
Keterkaitan antara belajar dan mengajar itulah yang disebut dengan
pembelajaran. Sedangkan menurut McAshan, kompetensi adalah suatu pengetahuan,
ketrampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang
telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif,
dan psikomotoriknya. Artinya tanpa pengetahuan dan sikap tidak mungkin muncul
suatu kompetensi tertentu.
Pembelajaran Berbasis Kompetensi
merupakan suatu model pembelajaran dimana perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaiannya mengacu pada penguasaan kompetensi. Pendekatan pembelajaran
berbasis kompetensi dimaksudkan agar segala upaya yang dilakukan dalam
pembelajaran benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang ditetapkan sehingga mereka tuntas dalam belajarnya. (Depdiknas,
2003: 8).
Selanjutnya
dibawah ini akan dibahas lebih lanjut tentang pembelajaran berbasis kompetensi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan pembelajaran berbasis kompetensi?
2.
Apa tujuan pembelajaran
berbasis kompetensi?
3.
Apa prinsip dari
pembelajaran berbasis kompetensi?
4.
Bagaimana
pengorganisasian pembelajaran berbasis kompetensi?
5.
Bagaimana penyajian
pembelajaran berbasis kompetensi?
6.
Apa saja aspek-aspek
yang harus diperhatikan dalam penilaian pembelajaran berbasis kompetensi?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui makna
pembelajaran berbasis kompetensi
2.
Untuk mengetahui tujuan
pembelajaran berbasis kompetensi
3.
Untuk mengetahui prinsip
dari pembelajaran berbasis kompetensi
4.
Untuk mengetahui pengorganisasian
pembelajaran berbasis kompetensi
5.
Untuk mengetahui penyajian
pembelajaran berbasis kompetensi
6.
Untuk mengetahui aspek-aspek
apa yang harus diperhatikan dalam penilaian pembelajaran berbasis kompetensi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran
Berbasis Kompetensi
Pembaharuan
pendidikan dan pembelajaran selalu dilaksanakan dari waktu ke waktu dan tidak
pernah berhenti. Pendidikan dan pembelajaran berbasis kompetensi merupakan
contoh hasil perubahan yang dimaksud dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dan pembelajaran.
Pendidikan
berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan
suatu jenjang pendidikan.
Kompetensi yang sering disebut dengan standar kompetensi adalah kemampuan yang
secara umum harus dikuasai lulusan. Kompetensi menurut
Hall dan Jones (1976: 29) adalah "pernyataan yang menggambarkan penampilan
suatu kemampuan tertentu secara bulat
yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati
dan diukur". Kompetensi (kemampuan) lulusan merupakan modal utama untuk
bersaing di tingkat global, karena persaingan yang terjadi adalah pada
kemampuan sumber daya manusia. Oleh karena itu, penerapan pendidikan
berbasis kompetensi diharapkan akan menghasilkan lulusan yang mampu
berkompetisi di tingkat global. Implikasi pendidikan berbasis kompetensi adalah
pengembangan silabus dan sistem penilaian berbasiskan kompetensi.
Paradigma
pendidikan berbasis kompetensi yang mencakup kurikulum, pembelajaran, dan
penilaian, menekankan pencapaian hasil belajar sesuai dengan standar
kompetensi. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada siswa melalui
proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan
prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran yang mencakup pemilihan materi,
strategi, media, penilaian, dan sumber atau bahan pembelajaran. Tingkat
keberhasilan belajar yang dicapai siswa dapat dilihat pada kemampuan siswa
dalam menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikuasai sesuai dengan standar
prosedur tertentu.
Pembelajaran Berbasis Kompetensi merupakan suatu model pembelajaran
dimana perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya mengacu pada penguasaan
kompetensi. Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan agar segala
upaya yang dilakukan dalam pembelajaran benar-benar mengacu dan mengarahkan
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang ditetapkan sehingga mereka tuntas
dalam belajarnya. (Depdiknas, 2003: 8).
Pembelajaran berbasis kompetensi didasarkan atas pokok-pokok pikiran bahwa apa
yang ingin dicapai oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran harus dirumuskan
dengan jelas. Perumusan dimaksud diwujudkan dalam bentuk standar kompetensi
yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Standar kompetensi meliputi standar materi
atau standar isi (content standard) dan standar pencapaian (performance standard).
Standar materi berisikan jenis, kedalaman, dan ruang lingkup materi
pembelajaran yang harus dikuasi siswa, sedangkan standar penampilan berisikan
tingkat penguasaan yang harus ditampilkan siswa. Tingkat penguasaan itu
misalnya harus 100% dikuasai atau boleh kurang dari 100%. Sesuai dengan
pokok-pokok pikiran tersebut, masalah materi pembelajaran memegang peranan
penting dalam rangka membantu siswa mencapai standar kompetensi.
Dalam rangka
pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar dipilih setelah identitas mata pelajaran,
standar kompetensi, dan kompetensi dasar ditentukan. Langkah-langkah
pengembangan pembelajaran sesuai KBK antara lain:
a.
menentukan identitas matapelajaran,
b.
menentukan standar kompetensi,
c.
kompetensi dasar,
d.
materi pembelajaran,
e.
strategi pembelajaran/pengalaman belajar,
f.
indikator pencapaian.
Setelah
pokok-pokok materi pembelajaran ditentukan, materi tersebut kemudian diuraikan.
Uraian materi pembelajaran dapat berisikan butir-butir materi penting (key
concepts) yang harus dipelajari siswa atau dalam bentuk uraian secara lengkap seperti
yang terdapat dalam buku-buku pelajaran.
Seperti yang diuraikan
di muka, materi pembelajaran (bahan ajar) merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar, bahan ajar atau
materi pembelajaran berisikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai
yang harus dipelajari siswa.
Materi pembelajaran
perlu dipilih dengan tepat agar dapat seoptimal mungkin membantu siswa dalam
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Masalah-masalah yang timbul
berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran menyangkut jenis, cakupan,
urutan, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran dan sumber bahan
ajar. Jenis materi pembelajaran perlu diidentifikasi atau ditentukan dengan
tepat karena setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi, media, dan
cara mengevaluasi yang berbeda-beda. Cakupan atau ruang lingkup serta kedalaman
materi pembelajaran perlu diperhatikan agar tidak kurang dan tidak lebih.
Urutan (sequence) perlu diperhatikan agar pembelajaran menjadi runtut.
Perlakuan (cara mengajarkan/menyampaikan dan mempelajari) perlu dipilih
setepat-tepatnya agar tidak salah mengajarkan atau mempelajarinya, misalnya
perlu kejelasan apakah suatu materi harus dihafalkan, dipahami, atau
diaplikasikan.
B. Tujuan Pembelajaran
Berbasis Kompetensi
Pembelajaran Berbasis
Kompetensi Pembelajaran berbasis kompetensi memiliki tujuan, sebagai berikut:
1.
Memberikan motivasi belajar kepada peserta didik agar dapat
mewujudkan ketercapaian tujuan pembelajaran secara optimal;
2.
Membina kedisiplinan dan rasa tanggung-jawab peserta didik
dalam mengikuti aturan main kelas, sehingga masing-masing peserta didik dapat
belajar sesuai dengan kemampuannya;
3.
Membimbing dan mengendalikan kegiatan belajar peserta didik
demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan secara optimal;
4.
Mengarahkan sikap atau perilaku peserta didik yang menyimpang
dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;
5.
Memberdayakan sarana kelas guna mendukung kelancaran kegiatan
belajar peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;
6.
Mewujudkan lingkungan belajar yang menyenangkan (kondusif)
sebagai wahana bagi peserta didik dalam menumbuh-kembangkan potensinya secara
optimal.
C. Prinsip Pembelajaran
Berbasis Kompetensi
Prinsip pembelajaran
berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:
1.
Berpusat pada peserta
didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek
pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi.
Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu
bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya;
2.
Pembelajaran terpadu
agar kompetensi yang dirumuskan dalam kompetensi dasar dan standar kompetensi
tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan,
dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan;
3.
Pembelajaran dilakukan
dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta
didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh
karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan
individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya;
4.
Pembelajaran dilakukan
secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas
(mastery learning) sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik
yang belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas
diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi berikutnya;
5.
Pembelajaran dihadapkan
pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta didik menjadi pembelajar yang
kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu
guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan
atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan;
6.
Pembelajaran dilakukan
dengan multi strategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajar
beragam bagi peserta didik;
7.
Peran guru sebagai
fasilitator, motivator, dan narasumber.
Salah
satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah
pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme. Dengan lima
strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu:
1.
Mengaitkan (relating)
Dalam
hal ini guru menggunakan strategi relating ini apabila ia mengkaitkan konsep
baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jelasnya, mengkaitkan apa yang
sudah diketahui siswa dengan informasi baru;
2.
Mengalami
(experiencing)
Merupakan
inti pembelajaran kontekstual dimana mengkaitkan berarti menghubungkan
informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan informasi baru dengan
pengalaman sebelumnya. Pembelajaran bisa terjadi dengan lebih cepat ketika
siswa memanfaatkan (memanipulasi) peralatan dan bahan serta melakukan
bentuk-bentuk penelitian yang aktif;
3.
Menerapkan (applying)
Ketika
siswa menerapkan konsep dalam aktivitas belajar memecahkan masalahnya, guru
dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistic dan relevan;
4.
Kerja sama
(cooperating)
Siswa
yang bekerja sama secara kelompok biasanya mudah mengatasi masalah yang komplek
dengan sedikit bantuan ketimbang siswa yang bekerja sama secara individual.
Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan pembelajaran
tetapi konsisten dengan dunia nyata;
5.
Mentransfer
(transferring)
Fungsi
dan peran guru dalam konteks ini adalah menciptakan bermacam-macam pengalaman
belajar denga fokus pada pemahaman bukan hapalan.
Diharapkan
peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal. Tujuh konsep utama
pembelajaran kontekstual, yaitu:
1.
Constructivisme
a.
Belajar adalah proses
aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman alami maupun
manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial untuk mencari makna dengan
memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka
berpikir yang dimiliki. Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan
peserta didik membangun sendiri pengetahuannya
b.
Kegiatan belajar
dikemas menjadi proses mengonstruksi pengetahuan, bukan menerima pengetahuan
sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui peserta didik. Peserta didik
menemukan ide dan pengetahuan (konsep, prinsip) baru, menerapkan ide-ide,
kemudian peserta didik mencari strategi belajar yang efektif agar mencapai
kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuannya itu
2.
Inquiry
Siklus inkuiri: observasi dimulai dengan bertanya,
mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, dan menarik simpulan. Langkah-langkah
inkuiri dengan merumuskan masalah, melakukan observasi, analisis data, kemudian
mengomunikasikan hasilnya
3.
Questioning
Berguna bagi guru untuk: mendorong, membimbing dan
menilai peserta didik; menggali informasi tentang pemahaman, perhatian, dan
pengetahuan peserta didik. Berguna bagi peserta didik sebagai salah satu teknik
dan strategi belajar
4.
Learning Community
Dilakukan melalui pembelajaran kolaboratif.
Belajar dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga kemampuan sosial dan
komunikasi berkembang
5.
Modelling
Berguna sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru
oleh peserta didik seperti cara menggali informasi, demonstrasi, dan lain-lain.
Pemodelan dilakukan oleh guru (sebagai teladan), peserta didik, dan tokoh lain
6.
Reflection
a.
Tentang cara berpikir
apa yang baru dipelajari
b.
Respon terhadap
kejadian, aktivitas/pengetahuan yang baru
c.
Hasil konstruksi pengetahuan
yang baru.
Bentuknya dapat berupa kesan, catatan atau hasil
karya
7.
Assesment
a.
Menilai sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan
b.
Berlangsung selama
proses secara terintegrasi
c.
Dilakukan melalui
berbagai cara (test dan non-test)
d.
Alternative bentuk:
kinerja, observasi, portofolio, dan/atau jurnal
D. Pengorganisasian
Pembelajaran Berbasis Kompetensi
1.
Kegiatan (1) s/d (4)
Dilaksanakan
dalam penyusunan standar kompetensi yang berlaku di masing-masing kompetensi
keahlian, digunakan sebagai acuan dalam pengembangan silabus.
2. Kegiatan (5) s/d (8)
Dilaksanakan oleh guru dalam
pengembangan RPP
3.
Kegiatan (9)
Mengembangkandraframbu-rambupembelajaran
mempertimbangkan:
a.
Karakter kompetensi serta keterkaitan antar kompetensi yang
terdapat dalam silabus matapelajaran,
b.
Peta kemampuan peserta didik,
c.
Kondisi sarana sekolah,
d.
Jumlah peserta didik dalam satu
rombongan belajar,
e.
Durasi waktu pembelajaran yang
dibutuhkan,
f.
Pengorganisasisan ruang atau tempat
yang akan digunakan, disesuaikan dengan rombongan belajar, alat dan media yang
tersedia, tempat duduk yang memudahkan untuk berkomunikasi multi arah,
g.
Pengorganisasian bahan ajar/modul.
4. Kegiatan (10)
Uji
coba, test lapangan, meninjau kembali rambu-rambu pembelajaranmemastikan apakah
rambu-rambu yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan baik
5. Kegiatan (11)
Sistem
manajemen pembelajaran
E.
Penyajian Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Pembelajaran Berbasis Kompetensi dapat diterapkan dalam
berbagai model pembelajaran, antara lain:
1.
Individual Learning
Model
pembelajaran individu Keller Plan ialah membuka kesempatan bagi siswa untuk
belajar menurut kecepatan masing-masing, dengan ciri-ciri:
a.
memungkinkan siswa
belajar sendiri;
b.
memperhatikan perbedaan
kecepatan belajar siswa;
c.
terdapat kejelasan tujuan
yang harus dipahami;
d.
memungkinkan siswa
berpartisipasi aktif;
e.
secara optimal
menerapkan belajar tuntas.
Prinsip-prinsip pada model Keller Plan
(Sudjoko, 1985) meliputi:
a.
Satu Course dibagi atas
beberapa unit yang berurutan;
b.
Tiap unit berisi
tujuan, prosedur kerja dan dan beberapa persoalan;
c.
Siswa belajar sendiri
atas petunjuk kerja dari unit satu ke unit berikutnya secara berurutan;
d.
Siswa bisa mengambil
ujian untuk masing-masing unit kapan saja merasa telah siap;
e.
Tiap kuliah dan demonstrasi
hanya digunakan untuk sekedar memberi motivasi belajar dan bukan merupakan
sumber informasi;
f.
Tidak harus ada media
seperti audio visual, tape dan slide;
g.
Staf yang terlibat
adalah instruktur (guru) dan Proctor (undergraduate students) yaitu siswa yang
dianggap mampu menguasai seluruh unit.
2.
Mastery Learning
Penguasaan belajar mastery
learning merupakan metode pembelajaran yang menganggap semua anak dapat belajar
jika mereka diberikan dengan kondisi pembelajaran yang tepat. Secara khusus,
penguasaan pembelajaran adalah metode dimana siswa tidak maju untuk tujuan
belajar selanjutnya sampai mereka menunjukkan kemahiran dengan yang sekarang.
Penguasaan kurikulum pembelajaran umumnya terdiri dari topik
diskrit yang semua siswa mulai bersama-sama. Siswa yang tidak memuaskan lengkap
topik diberi instruksi tambahan sampai mereka berhasil. Siswa yang menguasai
topik awal terlibat dalam aktivitas pengayaan sampai seluruh kelas dapat
kemajuan bersama. Penguasaan pembelajaran meliputi banyak unsur tutoring sukses
dan fungsi independen yang terlihat pada siswa. Dalam lingkungan belajar
penguasaan, guru mengarahkan berbagai teknik pembelajaran berbasis kelompok,
dengan dan spesifik umpan balik sering dengan menggunakan diagnostik, tes formatif , serta teratur memperbaiki
kesalahan siswa belajar membuat sepanjang jalan mereka.
3.
Student Active Learning
Dalam
pembelajaran siswa aktif, guru dan siswa sama-sama aktif. Masing-masing tahu
akan tugasnya masing-masing. Guru mengajar dan siswa diajar. Dalam pembelajaran
model ini guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang sedemikian rupa
sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan juga mengemukakan gagasannya.
Keaktifan siswa ini sangat penting untuk membentuk generasi yang kreatif, yang
mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan juga orang lain. Dalam
buku Ki Hajar Dewantara, dikatakan bahwa pembelajaran aktif pada hakekatnya
adalah pembelajaran yang direncanakan oleh guru dan dilaksanakan oleh siswa
dengan penuh riang gembira tanpa beban. Mampu mengekspresikan dirinya dan
mengeluarkan potensi unik yang ada dalam dirinya sehingga menghantarkan dirinya
menemukan minat dan bakatnya secara alami.
Dalam
pembelajaran active learning terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan.
Prinsip tersebut meliputi empat dimensi, yaitu:
a.
Dimensi subjek didik
1)
Keberanian mewujudkan
minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam
proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direnca
nakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok,
dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkani pendapat.
2)
Keberanian untuk
mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut
dan suatu proses belajar-mengajar maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar
mengajar. Hal mi terwujud bila guru bersikap demokratis.
3)
Kreatifitas siswa dalam
menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan
tertentu yang memang dirancang olch guru.
4)
Kreatifitas siswa dalam
menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan
tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
5)
Peranan bebas dalam
mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru.
b.
Dimensi Guru
1)
Adanya usaha dan guru
untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta partisipasi siswa
secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
2)
Kemampuan guru dalam
menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
3)
Sikap demokratis yang
ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
4)
Pemberian kesempatan
kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara, mama serta tingkat kemampuan
masing-masing.
5)
Kemampuan untuk
menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multi
media. Kemampuan mi akan menimbulkan lingkuñgan belajar yang merangsang siswa
untuk mencapai tujuan.
c.
Dimensi Program
1)
Tujuan instruksional,
konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan
siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.
2)
Program yang memungkinkan
terjadinya pengembangan konsep mau pun aktivitas siswa dalam proses
belajar-mengajar.
3)
Program yang fleksibel
(luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
4)
Dimensi situasi belajar-mengajar
5)
Situasi belajar yang
menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun
antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
6)
Adanya suasana gembira
dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
F. Aspek-aspek penilaian
dalam pembelajaran berbasis kompetensi
Dalam pembelajaran
berbasis kompetensi sistem penilaian terletak pada pelaksanaan penilaian yang
berkelanjutan serta komprehensif, yang mencakup aspek-aspek berikut:
1. Penilaian hasil
belajar
2. Penilaian proses
belajar mengajar
3. Penilaian kompetensi
mengajar guru
4. Penilaian relevansi
kurikulum
5. Penilaian daya dukung
sarana dan fasilitas
6. Penilaian program
(akreditasi)
BAB
III
PENUTUP
Pembelajaaran
berbasis kompetensi lebih menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dimana sesorang memiliki kompetensi tertentu apabila ia bukan hanya sekedar
tahu tentang sesuatu itu, tetapi bagaimana implikasi dan implementasi
pengetahuan itu dalam pola perilaku dalam kegiatan yang ia lakukan.
Oleh karena itu,
penerapan pendidikan berbasis kompetensi diharapkan akan menghasilkan lulusan
yang mampu berkompetisi di tingkat global.
Daftar Pustaka
Sanjaya, wina, (2008). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana
http://kidispur.blogspot.com/2009/01/prinsip-pembelajaran-berbasis.html,
diakses tanggal 22 November 2010, 15:20
http://www.smkn1majalengka.sch.id/bimtek_ktsp/Pengelolaan%20Pbk.pdf,
diakses tanggal 29 November 2010, 16:01
http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/12/pembelajaran-siswa-aktif/,
diakses tanggal 29 November 2010, 4:18
http://organisasi.org/strategi-pembelajaran-kontekstual-oleh-oleh-dari-plpg-slamet-p,
diakses tanggal 30 November 2010, 12:40
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Mastery_learning,
diakses tanggal 30 November 2010, 12:59
http://duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=406&Itemid=26,
diakses tanggal 30 November 2010, 13:38
http://education-mantap.blogspot.com/2010/05/prinsip-prinsip-cara-belajar-stswa.html,
diakses tanggal 1 Desember 2010, 08:01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar