Kamis, 29 Maret 2012

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS RANAH TUJUAN PEMBELAJARAN


harapan dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar dapat merumuskan tujuan pembelajaran secara tegas dan jelas, sehingga dapat melaksanakan pembelajaran yang benar-benar terfokus pada tujuan yang telah dirumuskannya.

A.      Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari strategi pembelajaran?
2.      Apa tujuan dari proses pembelajaran?
3.      Bagaimana strategi pembelajaran dalam ranah tujuan pembelajaran?

B.     Tujuan Penulisan
1.      Supaya mahasiswa dapat mengetahui pengertian strategi pembelajaran.
2.      Agar mahasisiwa mengetahui tujuan dari pembelajaran.
3.      Agar mahasiswa mengetahui hubungan startegi pembelajaran dalam ranah tujuan pembelajaran.























PEMBAHASAN

A.    Strategi Pembelajaran
Menurut Poerwadarminta, Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau intruere yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran. Pengertian ini lebih mengarah kepada guru sebagai pelaku perubahan. Muhammad Surya memberikan pengertian pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengertian ini lebih menekankan kepada murid (individu) sebagai pelaku perubahan. Strategi pembelajaran adalah suatu rencana yang dilaksanakan pendidik (guru) untuk mengoptimalkan potensi peserta didik agar siswa terlibat aktif dan mencapai hasil seperti yang diharapkan.

B.     Tujuan Pembelajaran
1.      Pengertian tujuan pembelajaran
Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp dan David E. Kapel menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
Henry Ellington menyatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran. Sementara itu, menurut Standar Proses pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajara yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Ini berarti kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran mencakup kemampuan yang akan dicapai siswa selama proses belajar dan hasil akhir belajar pada suatu kompetensi dasar. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diuraikan jika tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yaitu perubahan perilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dan tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan).

Meskipun para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam tapi tampaknya menunjuk pada esensi yang sama, yaitu:
1.    Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
2.    Tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik.
Dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa. Sementara itu, Fitriana Elitawati (2002) menginformasikan hasil studi tentang manfaat tujuan dalam proses belajar mengajar bahwa perlakuan yang berupa pemberian informasi secara jelas mengenai tujuan pembelajaran khusus kepada siswa pada awal kegiatan proses belajar-mengajar, ternyata dapat meningkatkan efektifitas belajar siswa.
Memperhatikan penjelasan di atas, tampak bahwa tujuan pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran, yang di dalamnya dapat menentukan mutu dan tingkat efektivitas pembelajaran.
2.      Manfaat tujuan pembelajaran
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
·         Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri
·         Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar
·         Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran
·         Memudahkan guru mengadakan penilaian.
3.      Macam Tujuan Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran guru seringkali tidak sekedar mencapai tujuan yang telah dirumuskan, guru juga berusaha untuk mencapai tujuan yang tidak dirumuskan. Pencapaian tujuan yang tidak dirumuskan diusahakan seecara tidak langsung dari kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran.
Tujuan-tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya secara tertulis dan diharapkan dan diharapkan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran disebut tujuan instruksional. Tujuan instruksional dirumuskan dengan dua cara, yaitu Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksioanal Khusus (TIK).
Tujuan Instruksional Umum adalah pernyataan umum tentang tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Karena rumusannya bersifat umum, TIU masih belum dapat membantu guru menentukan strategi pembelajaran.
Tujuan Instruksional Khusus merupakan pernyataan yang jelas dan lebih spesifik tentang tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran. TIK dirumuskan dengan mengacu kepada TIU yang telah ada dalam GBPP (Garis-garis Besar Program Pembelajaran). Penulisan TIK secara jelas dan berdasarkan perilaku yang dapat diamati dan dapat diukur, dapat :
·    Membatasi tugas dan menghilangkan segala kekaburan dan kesulitan dalam penafsiran.
·    Menjamin terlaksananya proses penilaian yang tepat
·    Membantu dalam memutuskan strategi yang paling tepat untuk keberhasilan proses pembelajaran.
·    Merupakan suatu rangkuman yang lengkap yang berfungsi sebagai pedoman awal.
Selain tujuan instruksional ada juga tujuan pengiring. Tujuan pengiring adalah tujuan yang harus dipikirkan guru dimana guru tidak perlu menuliskannya dalam persiapan mengajar. Tujuan pengiring dicapai sebagai dampak pengiring (nurturant effects) kegiatan pembelajaran. Walaupun tujuan pengiring tidak dirumuskan secara tertulis, tujuan pengiring tetap mengacu pada tujuan umum pembelajaran.
Kesadaran guru mengenai adanya tujuan pengiring yang dapat dicapai secara tidak langsung dalam kegiatan pembelajaran, akan dapat :
·    Menjamin pembentukan pelajar seumur hidup.
·    Menjamin terikatnya tujuan instruksional satu dengan tujuan instruksionala yang lain, sehingga terwujud tujuan pembelajaran yang lebih umum.
·    Meningkatkan kebermaknaan kegiatan pembelajaran bagi siswa.


Antara tujuan instruksional dengan tujuan pengiring mempunyai keterikatan satu sama lain. Keterikatan anatara keduanya dimungkinkan sebagai akibat adanya tujuan-tujuan pembelajaran yang tidak dapat dirumuskan dalam tujuan instruksional bidang studi tertentu. Misalnya untuk menghubungkan anatara tujuan instruksional mengenai berhitung (aritmatika) dengan tujuan instruksional mengenai rugi/laba (ekonomi), maka guru dapat memikirkan tujuan pengiring yang menjembatani antar keduanya. Konsekuensi logis dari adanya keterikatan antara tujuan instruksional dengan tujuan pengiring ini adalah dipilihnya pengalaman-pengalaman belajar yang memungkinkan untuk hal tersebut.

C.    Strategi pembelajaran dalam konteks ranah tujuan pembelajaran
            Seorang guru dalam memilih dan menetapkan strategi pembelajaran tidak lepas dari tujuan pembelajaran karena tujuan pembelajaran merupakan awal dan muara dari kegiatan pembelajaran itu sendiri. Guru professional harus dapat merumuskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk perilaku siswa yang dapat diukur yaitu menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah mengikuti pelajaran. Ada dua kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih tujuan pembelajaran, yaitu: (1) preferensi nilai guru yaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai apa yang penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara membelajarkannya; dan (2) analisis taksonomi perilaku; dengan menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat menentukan dan menitikberatkan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan dikembangkan, apakah seorang guru hendak menitikberatkan pada pembelajaran kognitif, afektif ataukah psikomotor.
            Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai tujuan pembelajaran, yang dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy). Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu:
1.      Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan ketingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Ranah kognitif terdiri dari 6 tingkatan, yaitu:
-         Pengetahuan (knowledge), merupakan kemampuan seseorang dalam menghafal atau mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang diterimanya. Contoh: Siswa dapat menggambarkan satu buah segitiga sembarang.
-         Pemahaman (comprehension), diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Contoh: Siswa dapat menjelaskan kata-katanya sendiri tentang perbedaan bangun geometri yang berdimensi dua dan berdimensi tiga.
-         Penerapan (application), diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul di kehidupan sehari-hari. Contoh: Siswa dapat menghitung panjang sisi miring dari suatu segitiga siku-siku jika diketahui sisi lainnya (Uno, 2008).
-         Analisis (analysis), diartikan kemampuan menjabarkan atau menguraikan suatu konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci, memilah-milih, merinci, mengaitkan hasil rinciannya. Contoh: Mahasiswa dapat menentukan hubungan berbagai variabel penelitian dalam mata kuliah Metodologi Penelitian.
-         Sintetis (synthetis), diartikan kemampuan menyatukan bagian-bagian secara terintegrasi menjadi suatu bentuk tertentu yang semula belum ada. Contoh: Mahasiswa dapat menyusun rencana atau usulan penelitian dalam bidang yang diminati pada mata kuliah Metodologi Penelitian.
-         Evaluasi (evaluation), diartikan kemampuan membuat penilaian judgment tentang nilai (value) untuk maksud tertentu. Contoh: Mahasiswa dapat memperbaiki program-program computer yang secara fisik tampak kurang baik dan kurang efisien pada mata kuliah Algoritma dan pemrograman (Suparman, 2001).
2.      Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interest, apresiasi atau penghargaan dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif ini ada 5, yaitu:
-         Kemauan menerima, berarti keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu seperti keinginan membaca buku, mendengar music, atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras berbeda.
-         Kemauan menanggapi, berarti kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif kegiatan tertentu seperti menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan, mengikuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas dilaboratorium atau menolong orang lain.
-         Berkeyakinan, berarti kemauan menerima sistem nilai tertentu pada individu seperti menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi atau penghargaan terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan untuk melakukan suatu kehidupan sosial.
-         Penerapan karya, berarti penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi, seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, bertanggung jawab terhadap hal yang telah dilakukan, memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
-         Ketekunan dan ketelitian, berarti individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya, seperti bersikap objektif terhadap segala hal.
3.      Ranah psikomotor berkaitan dengan ketrampilan atau skill yang bersikap manual atau motorik. Tingkatan psikomotor ini meliputi:
-         Persepsi, berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan. Contoh: mengenal kerusakan mesin dari suaranya yang sumbang.
-         Kesiapan melakukan suatu kegiatan, berkenaan dengan melakukan sesuatu kegiatan atau set termasuk di dalamnya metal set atau kesiapan mental, physical set (kesiapan fisik) atau (emotional set) kesiapan emosi perasaan untuk melakukan suatu tindakan.
-         Mekanisme, berkenaan dengan penampilan respon yang sudah dipelajari dan menjadi kebiasan sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan kepada suatu kemahiran. Contoh: menulis halus, menari, menata laboratorium dan menata kelas.
-         Respon terbimbing, berkenaan dengan meniru (imitasi) atau mengikuti, mengulangi perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh orang lain, melakukan kegiatan coba-coba (trial and error).
-         Kemahiran, berkenaan dengan penampilan gerakan motorik dengan ketrampilan penuh. Kemahiran yang dipertunjukkan biasanya cepat, dengan hasil yang baik namun menggunakan sedikit tenaga. Contoh: tampilan menyetir kendaran bermotor.
-         Adaptasi, berkenaan dengan ketrampilan yang sudah berkembang pada diri individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi pada pola gerakan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Contoh: orang yang bermain tenis, pola-pola gerakan disesuaikan dengan kebutuhan mematahkan permainan lawan.
-         Organisasi, berkenaan dengan penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi atau masalah tertentu, biasanya hal ini dapat dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai ketrampilan tinggi, seperti menciptakan model pakaian, menciptakan tarian, komposisi music.
Cara Pencapaian Tujuan
            Seperti yang telah dijelaskan bahwa setiap tujuan mempunyai taksonominya sendiri-sendiri. Lebih lanjut dapt dikenali bahwa setiap taksonomi merupakan kelas atau tingkat yang berjenjang dari tingkat rendah sampai tingkat tinnggi. Konsekuensi dari adanya hal iini, adalah diterimanya cara pencapaian tujuan cara berjenjang pula. Pencapaian tujuan pada tingkat yang rendah diperlukan untuk pencapaian pada tingkat yang lebih tinggi.
            Untuk tujuan ranah kognitif urutan pencapaiannya dimulai dari pengetahuan, pengertian, penggunaan analisis, sitesis, dan svaluasi. Misalnya untuk tujuan ranah kognitif : “ siswa mampu menerapkan sifat asosiatif pada operasi penjumlahan bilangan bulat”, maka siswa terlebih dahulu harus mampu menjelaskan pengertian sifat asosiatif pada operasi penjumlahan bilangan bulat.
            Dari iliustrasi tersebut, dapat dilihat bahwa sebelum bisa menerapkan (tingkat penggunan) sebelumnya siswa harus mampu menjelaskan (tingkat pengertian dan sebelumnya lagi siswa harus bisa menyebutkan (tingkat pengetahuan). Jelaslah bahwa pencapaian tujuan ranah kognitif dilakukan dan terlaksana secara berjenjang.
            Tujuan ranah afektif mempunyai uruntan dimulai dari menerima dan diakhiri dengan ketekunan dan ketelitian. Misalnya untuk ranah afektif :” siswa mampu mengenal tarian gaya Jawa Timuran”, maka sebelumnya sisiwa telah mampu mendaftar gaya tarian yang dipentaskan dan sebelumnya juga telah mampu mengamati gaya sebuah tarian.
            Cara pencapaian tujuan psikomotor juga sama dengan cara pencapaian tujuan kognitif dan afektif. Namun demikian, memperoleh kemampuan psikomotor adalah persoalan individual dan bukanlah persoalan kelompok. Oleh karena itu, mengkondisikan kegiatan pembelajaran secara individual akan lebih menguntungkan untuk pencapaian tujuan psikomotorik. Selain itu, cara pencapaian tujuan ranah psikomotorik bersifat procedural.



PENUTUP

  1. Kesimpulan
Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana yang dilaksanakan pendidik (guru) untuk mengoptimalkan potensi peserta didik agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mencapai hasil yang diharapkan. Guru dalam memilih strategi pembelajaran tidak lepas dari tujuan pembelajaran itu sendiri karena tujuan pembelajaran merupakan komponen penting dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Taksonomi tujuan pembelajaran atau ranah tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu ranah kognitif, rahah afektif dan ranah psikomotorik. Cara pencapaian tujuan dilakukan secara berjenjang sesuai dengan taksonominya sendiri-sendiri. Setiap ranah mempunyai tingkatan-tingkatan tersendiri dalam pencapaian tujuan pembelajaran.









DAFTAR PUSTAKA
Moedjiono. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud
(http://arditeach.wordpress.com/2010/09/25/strategi-pembelajaran/) diakses pada hari kamis, 18 November 2010 jam 14.00 WIB
(http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/definisi-strategi-pembelajaran.html) diakse pada hari kamis, 18 November 2010 jam 14.05 WIB
(http://dirgahayu.staff.uii.ac.id/2008/09/08/tujuan-pembelajaran/) diakses pada hari kamis, 18 November 2010 jam 14.10 WIB
(http://arditeach.wordpress.com/2010/09/25/strategi-pembelajaran/) diakses pada hari kamis, 18 November 2010 jam 14.46 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar